Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjelajahi Keindahan Alam Wulai dan Mengenal Budaya Suku Asli Atayal

26 Oktober 2024   09:06 Diperbarui: 27 Oktober 2024   00:20 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naik perahu tradisional di Taman Yun Hsien. Foto: Rania Wahyono

Banyak dari wisatawan termasuk Indonesia yang melewatkan Taiwan sebagai tujuan wisata dibandingkan negara tetangganya Hongkong, Korea dan Jepang. 

Padahal, Taiwan menyimpan pesona wisata alam yang luar biasa, seperti Taman Nasional Taroko, Pegunungan Alishan, Hualien, Pingtung dan Wulai.

Terletak hanya sekitar 25 kilometer dari Taipei, Wulai merupakan permata tersembunyi yang terkenal dengan pemandangan alam dan air terjunnya yang memukau serta sumber mata air panas. 

Suku Atayal, suku asli Taiwan. Foto: https://thetaiwanphotographer.com/projects/
Suku Atayal, suku asli Taiwan. Foto: https://thetaiwanphotographer.com/projects/

Menariknya lagi mayoritas penduduk Wulai berasal dari suku Atayal, yang merupakan suku asli Taiwan ke-3 terbesar dari 16 suku asli yang ada di Taiwan. Suku-suku asli Taiwan ini sudah lebih dulu tinggal di Taiwan jauh sebelum pendatang dari Tiongkok datang.

Jembatan Gantung Wulai

Jembatan Gantung Wulai yang menjadi spot favorit wisatawan. Foto:Rania Wahyono
Jembatan Gantung Wulai yang menjadi spot favorit wisatawan. Foto:Rania Wahyono

Perjalanan dimulai dari stasiun MRT Xindian di pusat kota Taipei, di lanjut naik bis no 849 dari halte bis tepat di luar stasiun Xindian. Lama perjalanan sekitar satu jam melewati jalanan berkelok menyusuri sungai Nanshi menuju desa kecil Wulai yang berada di atas pegunungan.

Tiba di Wulai, sudah terasa sensasi udara segar dari pegunungan dan pepohonan hijau yang memberi keteduhan alami. Suasana berbeda yang jarang ditemui di tengah hiruk pikuk perkotaan.

Tidak jauh dari halte bis, tampak Jembatan Gantung Wulai atau Wulai Suspension Bridge membentang di atas sungai Nanshi yang airnya berwarna hijau kebiruan. Dengan panjang sekitar 60 meter, jembatan gantung Wulai ini menjadi spot foto favorit karena latar belakang alamnya yang indah, terutama saat matahari terbenam.

Suku Atayal

Museum Suku Atayal. Foto: Rania Wahyono
Museum Suku Atayal. Foto: Rania Wahyono

Tidak lengkap rasanya berkunjung ke Wulai tanpa berkunjung ke Museum Atayal untuk mengenal budaya dan asal usul suku Atayal, suku asli Taiwan yang merupakan rumpun dari suku Austronesia. 

Tak heran bila rumah, tradisi dan pakaian tenun khas Atayal dan wajahnya mirip dengan suku Dayak di Kalimantan.

Nasi Bambu kuliner khas suku Atayal. Foto: Rania Wahyono
Nasi Bambu kuliner khas suku Atayal. Foto: Rania Wahyono

Saya mencoba beberapa makanan tradisional suku Atayal yaitu nasi yang diisi irisan jamur lalu dipanggang dalam bambu. 

Rasanya unik, dengan aroma bambu yang kuat. Selain itu di sepanjang Wulai Old Stret banyak dijual pakaian tenun khas Atayal yang di dominasi warna merah.

Toko di Old Street yang menjual pakaian Suku Atayal. Foto: Rania Wahyono
Toko di Old Street yang menjual pakaian Suku Atayal. Foto: Rania Wahyono

Air Terjun Wulai

Air terjun Wulai dilihat dari observation Deck. Foto: Rania Wahyono
Air terjun Wulai dilihat dari observation Deck. Foto: Rania Wahyono

Tempat terfavorit di Wulai adalah Air Terjun Wulai, yang menjulang setinggi 80 meter mengalir menuruni tebing. Untuk menuju kesana perlu berjalan kaki sejauh 1,6 km melalui jalur pendakian.

Wulai Old Street yang menjual berbagai kuliner dan souvenir. Foto: Rania Wahyono
Wulai Old Street yang menjual berbagai kuliner dan souvenir. Foto: Rania Wahyono

Saya memilih naik Log Cart atau kereta wisata untuk menghemat waktu dan tenaga karena masih banyak tempat yang harus di eksplore. Sepanjang jalan menuju ke stasiun Waterfall Station, melewati Wulai Old Street yang dipenuhi dengan kios aneka kuliner dan souvenir khas suku Atayal.  

Log Chart atau kereta wisata Wulai yang akan mengantar ke Dek Observatory Air terjun Wulai. Foto: Rania Wahyono
Log Chart atau kereta wisata Wulai yang akan mengantar ke Dek Observatory Air terjun Wulai. Foto: Rania Wahyono

Kereta Wisata Wulai awalnya dibangun oleh Jepang pada tahun 1928 untuk mengangkut kayu melewati pegunungan. Kini kereta-kereta ini dirombak menjadi kereta wisata lucu beraneka warna.

Jalur Log Cart yang akan dilewati menuju Air terjun Wulai. Foto: Rania Wahyono
Jalur Log Cart yang akan dilewati menuju Air terjun Wulai. Foto: Rania Wahyono

Kereta wisata Wulai akan membawa pengunjung melewati jalur kereta dengan pemandangan yang indah dan langsung menuju ke deck observasi air terjun Wulai untuk mendapatkan pemandangan terbaik.

Naik Perahu Tradisional di Taman Yun Shien

Naik perahu tradisional di Taman Yun Hsien. Foto: Rania Wahyono
Naik perahu tradisional di Taman Yun Hsien. Foto: Rania Wahyono

Taman Yun Hsien (Yunxian Park) berada di atas Air Terjun Wulai. Naik kereta gantung merupakan satu-satunya cara untuk menuju ke taman Yun Shien karena lokasinya di atas air terjun.

Kereta Gantung yang melintasi Air Terjun Wulai. Foto: Rania Wahyono
Kereta Gantung yang melintasi Air Terjun Wulai. Foto: Rania Wahyono

Selama perjalanan akan melewati air terjun Wulai dan pemandangan alam yang menyejukkan dari ketinggian, lembah-lembah hijau dan aliran sungai yang bisa terlihat di lantai kereta gantung yang transparant.

Track dan tangga menuju Taman Yun Shien. Foto: Rania Wahyono
Track dan tangga menuju Taman Yun Shien. Foto: Rania Wahyono

Area taman Yun Shien  telah di fasilitasi track pejalan kaki melintasi jalur alam yang indah menuju titik tujuan. Salah satu tujuan yang menarik adalah aktivitas berperahu di danau kecil dengan perahu dayung tradisional. 

Perahu-perahunya terbuat dari kayu dengan dayung manual tanpa mesin. Jadi pengunjung bisa mendayung sambil menikmati keindahan alam di tengah danau.

Papan petunjuk dengan patung suku Atayal. Foto: Rania Wahyono
Papan petunjuk dengan patung suku Atayal. Foto: Rania Wahyono

Sumber Mata Air Panas

Wisatawan sedang merendam kaki di sumber air panas Wulai. Foto: Rania Wahyono
Wisatawan sedang merendam kaki di sumber air panas Wulai. Foto: Rania Wahyono

Desa Wulai berasal dari kata Ulai, yang dalam bahasa Atayal berarti sumber air panas. Oleh karena itu Wulai bersama dengan Beitou, menjadi tujuan wisata air panas nomor satu di Taiwan. 

Air dari sumber mata air panas Wulai konon mengandung natrium bikarbonat, yang bagus untuk menghilangkan sel kulit mati dan melemaskan otot yang kaku setelah letih berjalan.

Tidak seperti tempat lain yang sudah dikembangkan menjadi pemandian modern, di Wulai terdapat mata air panas alami yang terletak di tepi sungai. 

Di sini, saya bisa merendam kaki sambil menikmati keindahan alam pegunungan. Sebuah pengalaman seru yang membuat saya merasa benar-benar terhubung dengan alam.

***

Wulai mungkin bukan destinasi wisata populer di Taiwan, tetapi justru itulah daya tarik utamanya. Cocok bagi yang ingin healing melepas penat dari keramaian dan hiruk pikuk gemerlap kota. Dari air terjun, budaya asli suku Atayal, hingga sumber mata air panas yang menenangkan.

Meskipun lelah berjalan, mendaki pegunungan dan naik puluhan anak tangga. Saya merasa perjalanan ini telah memberikan sesuatu yang lebih dari sekadar petualangan fisik. 

Menjelajahi wisata alam yang memberikan sebuah pengalaman unik di mana pemandangan alam dan budaya setempat berpadu menjadi satu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun