Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menelusuri Rainbow Village di Taichung, Taiwan Pasca Kepergian Rainbow Grandpa

9 Oktober 2024   09:19 Diperbarui: 9 Oktober 2024   15:45 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rainbow Village atau Desa Pelangi menjadi salah satu tempat paling hits dan populer untuk dikunjungi di Taichung, sekaligus merupakan salah satu tempat paling instagrammable di Taiwan. 

Namun di balik warna-warni keindahan mural di Rainbow Village, tersimpan cerita menyentuh dan inspiratif tentang perjuangan, kreativitas, dan semangat Huang Yung Fu. Seorang veteran Tentara Nasional Kuomintang (KMT) berasal dari Taishan, Guangdong Tiongkok yang melukis mural di pemukimannya agar tidak digusur oleh pemerintah. 

Kisah Huang Yung Fu dan Sejarah Rainbow Village

Huang Yung Fu atau sering dipanggil Rainbow Grandpa di depan rumahnya. Foto: taipeitimes.com/News/taiwan
Huang Yung Fu atau sering dipanggil Rainbow Grandpa di depan rumahnya. Foto: taipeitimes.com/News/taiwan

Sejarah Rainbow Village dimulai saat desa ini menjadi tempat tinggal bagi para veteran perang. Huang Yung Fu bersama dengan dua juta Tentara Nasional Kuomintang (KMT) dan warga Tiongkok pimpinan Chiang Kai Sek, melarikan diri ke Taiwan setelah kalah dalam Perang Saudara Tiongkok pada tahun 1949.

Para tentara ini ditempatkan di desa-desa tanggungan militer di atas tanah milik Kementerian Pertahanan Nasional di seluruh wilayah Taiwan. Seiring berjalannya waktu banyak rumah yang rusak dan ditinggalkan penghuninya.

Pada tahun 1990-an, pemerintah daerah di Taiwan berencana untuk merobohkan rumah-rumah desa yang rusak ini, dan menempatkan penduduknya di perumahan yang baru. Namun Huang menolak untuk meninggalkan rumahnya hingga tahun 2010 ia adalah satu-satunya warga yang tersisa.

Merasa bosan, dan juga setelah mendengar bahwa pemerintah berencana untuk merobohkan pemukiman tersebut, Huang mulai melukis dinding rumah dan jalan-jalan di desanya dengan cat warna-warni dengan tujuan untuk melestarikannya, agar pemerintah tidak menggusur pemukimannya. Karyanya menjadi bentuk protes damai terhadap rencana penggusuran tersebut. 

Warna-warni mural menyelimuti dinding hingga jalan Rainbow Village karya Huang Yung Fu. Foto: Rania Wahyono
Warna-warni mural menyelimuti dinding hingga jalan Rainbow Village karya Huang Yung Fu. Foto: Rania Wahyono

Huang akhirnya berhasil menarik perhatian publik dan mahasiswa dari universitas Ling Tung dan Hung Kuang yang menemukan karya seninya. Mereka memprakarsai Kampanye Selamatkan Desa Pelangi dan berhasil mengajukan petisi kepada walikota Taichung untuk melestarikan koleksi 11 rumah yang tersisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun