Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Realitas Hedonisme: Mengurai Kebenaran di Balik Kesenangan dan Kebahagiaan Sesaat

12 Agustus 2024   15:01 Diperbarui: 12 Agustus 2024   15:02 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menikmati kehidupan sepuasnya. Foto: pexels.com/cottonbro studio 

You Only Live Once kata mereka, kamu hanya hidup sekali jadi tidak perlu memikirkan hari esok nikmatilah kesenangan hari ini. Lupakan masa lalu, jangan terlalu memikirkan masa depan.

Benarkah demikian? Bagi beberapa orang kalimat tersebut menjadi pembenaran untuk bebas menikmati hidup sepuasnya. Menghabiskan uang untuk party, travelling, belanja barang branded atau makan di restoran mewah. Tanpa disadari sebagian orang sering kali terjebak dalam pencarian kenikmatan sesaat yang dikenal sebagai hedonisme. 

Hedonisme berasal dari kata Yunani yaitu hedone yang berarti kesenangan, sebuah pandangan bahwa kebahagiaan diperoleh dari pemenuhan kesenangan dan penghindaran dari rasa sakit. 

Di satu sisi, hedonisme tampak menarik karena menawarkan kebebasan untuk menikmati hidup tanpa batasan. Namun, dalam jangka panjang apakah hedonisme benar-benar akan membawa kepuasan dan kebahagiaan sejati?

Hedonisme dan Ilusi Kebahagiaan

Belakangan ini banyak selebritis atau istri pejabat yang suka pamer gaya hidup mewah di media sosial. Namun ternyata berasal dari hasil korupsi. Walaupun dari hasil kejahatan korupsi mereka merasa tidak bersalah dan mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan dari gaya hidup flexing yang mereka pertontonkan.

Meskipun hal-hal ini dapat memberikan kebahagiaan sesaat, kenyataannya kebahagiaan yang diperoleh dari hedonisme cenderung bersifat sementara padahal keinginan manusia tidak akan pernah ada habisnya. 

Sebagai contoh, seseorang mungkin merasa puas setelah membeli barang mahal, tetapi perasaan itu sering kali cepat pudar, digantikan oleh keinginan yang baru untuk mencari kesenangan berikutnya. Hedonisme menyebabkan adiksi, seperti candu yang terus-menerus menginginkan lebih dan lebih. 

Bagi yang hanya bergaji pas-pasan, ketika uang dan tabungan hampir terkuras habis, mereka tak segan untuk menggunakan Paylater atau kartu kredit untuk memenuhi gaya hidup hedon mereka.

Apakah kesenangan sesaat ini masih bisa dinikmati sementara harus menanggung beban hutang dan bunga tinggi, keluarga berantakan karena tidak dapat membayar tagihan rumah tangga dan uang sekolah anak.

Ilusi kebahagiaan dalam hedonisme sering kali membuat seseorang merasa hampa setelah kesenangan sementara berlalu. Tanpa keseimbangan yang tepat, dapat terjebak dalam siklus tanpa akhir yang berfokus pada pencarian kenikmatan sementara, yang pada akhirnya mengabaikan kesenangan jangka panjang yang lebih bermakna.

Kesalahpahaman dalam Mengartikan Paham Hedonisme

Persepsi umum tentang hedonisme sering kali salah kaprah, karena banyak yang menganggap hedonisme semata-mata sebagai pencarian kesenangan sesaat dan gaya hidup yang berlebihan. 

Padahal konsep asli hedonisme seperti yang dipahami oleh filsuf Yunani kuno Epikurus, pendiri mazhab filsafat epikureanisme yang sealiran dengan paham hedonisme justru jauh lebih mendalam dan kompleks.

Hedonisme Epikureanisme sebenarnya tidak mendorong pencarian kesenangan yang berlebihan atau sesaat, melainkan menekankan pada keseimbangan serta kebijaksanaan dalam memaknai dan mencari kebahagiaan. 

Epikurus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari kesenangan fisik yang berlebihan, melainkan dari kesejahteraan mental dan ketenangan batin. Baginya, hidup yang hedonistik adalah hidup yang diisi dengan kesenangan sederhana, seperti pertemanan yang erat, ketentraman jiwa, kebebasan dari rasa takut cemas dan gelisah serta pemahaman diri yang mendalam.

Kesalahpahaman tentang hedonisme ini mungkin muncul karena banyak yang mengaitkan hedonisme dengan gaya hidup modern yang sering kali menekankan konsumsi berlebihan dan kesenangan instan, seperti belanja tanpa batas, pesta yang mewah, atau liburan yang ekstravaganza. 

Padahal, pandangan hedonistik yang lebih autentik justru menekankan pentingnya memilih kesenangan yang memberikan kebahagiaan jangka panjang dan menghindari kesenangan yang dapat menyebabkan rasa sakit di masa depan.

Oleh karena itu perlu untuk meluruskan persepsi dan pemahaman bahwa hedonisme yang sesungguhnya lebih berkaitan pada pencapaian kepuasan hidup yang mendalam daripada sekadar mengejar kesenangan sementara. Kuncinya adalah menemukan keseimbangan antara menikmati kesenangan dan menjaga kesejahteraan jangka panjang baik fisik maupun mental.

Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Hedonisme

Hedonisme, meskipun sering kali disalahpahami dan dianggap sebagai perilaku negatif sebenarnya memberikan beberapa pelajaran yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan untuk mencapai kebahagiaan yang lebih seimbang dan bermakna.

Filsuf Aristippos menekankan pentingnya menikmati kesenangan di saat ini tanpa terlalu khawatir tentang masa depan yang belum pasti. Sisi positif dari ajaran ini mengajarkan kita untuk hidup dalam momen sekarang dan mengambil peluang kebahagiaan yang ada di depan kita tanpa harus menunggu sampai usia lanjut yang belum tentu kita dapat mencapainya. 

Kamu bekerja keras dan menabung untuk kebahagiaan di hari tua. Ketika sudah lansia, ternyata fisikmu sudah tidak cukup kuat untuk bepergian jauh ke destinasi impianmu dan banyak pantangan makanan yang bisa di konsumsi karena kondisi kesehatan. Pada akhirnya tabunganmu hanya dihabiskan untuk mengobati penyakitmu atau diwariskan daripada dinikmati sendiri.

Kamu juga tidak perlu harus menunggu harus kaya untuk menikmati liburan bersama keluarga atau teman-temanmu. Nikmati liburan yang bisa kamu jangkau selagi bersama anak-anakmu, bila perlu ambilah cuti. Kamu akan menyesal telah melewatkan momen kebersamaan saat anakmu dewasa nanti dan telah memiliki kehidupan sendiri hingga tak ada satupun kenangan indah bersama yang bisa dikenang.

Kekhawatiran sering kali menjadi penghalang utama kebahagiaan. Hedonisme mengajarkan bahwa kita seharusnya tidak membiarkan ketakutan atau kecemasan menghalangi kita untuk menikmati hidup asalkan bijak dalam mengelola keuangan sesuai kondisi dan kemampuan. Kebebasan dari kekhawatiran berlebihan ini adalah kunci untuk mencapai ketenangan batin dan kepuasan sejati.

******

Kepuasan dan kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari kesenangan sesaat. Hedonisme jika dipahami dengan benar, bukanlah tentang hidup berlebihan atau mengejar kesenangan tanpa batas. Sebaliknya, hedonisme mengajarkan kita tentang kebijaksanaan dalam menikmati hidup sesuai kemampuan, keseimbangan antara kesenangan dan tanggung jawab, serta pentingnya menemukan kebahagiaan dalam momen saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun