2. Adaptasi Peran Baru
Â
Sebelum menikah seorang ibu adalah wanita single yang bebas melakukan apa saja dan tidak ada yang bergantung padanya. Setelah menjadi Ibu situasinya berubah, ada seorang bayi yang sangat bergantung kepadanya. Ibu harus menyusui bayi, mengganti popok dan banyak peran yang belum pernah dilakukan ketika masih single atau belum punya anak yang sering membuat ibu kewalahan.
Penyesuaian terhadap peran baru ini bisa menjadi sumber stress dan kelelahan emosional.Tanggung jawab baru sebagai ibu, ekspektasi dari diri sendiri dan orang lain, serta kekhawatiran tentang kemampuan dalam merawat bayi dapat meningkatkan tekanan emosional.
3. Kelelahan Fisik
Kelelahan fisik merupakan faktor utama yang sering menjadi pemicu baby blues karena terbangun di malam hari karena mengganti popok atau menyusui karena bayinya lapar. Ibu harus begadang di malam hari padahal di siang hari harus melakukan pekerjaan rumah tangga atau harus bekerja.
Melahirkan adalah proses yang sangat menguras energi. Ditambah lagi dengan kurang tidur dan kelelahan dalam merawat bayi yang sering mengganggu pola tidur yang bisa memperburuk kondisi emosional ibu.
4. Masalah ASI
Tidak semua ibu lancar dalam memberikan ASI kepada bayinya. Ada yang mengalami payudaranya bengkak atau ASI-nya belum bisa keluar. Akibatnya bayi terus-menerus menangis karena lapar dan tidak mau diberi susu formula. Sehingga ibu menjadi merasa tidak mampu mengurus bayi.
5. Perubahan FisikÂ
Sebagai wanita seringkali memperhatikan penampilan fisik. Setelah melahirkan tubuh mengalami banyak perubahan seperti stretch mark di perut, jadi gendut dan kulitnya kendor padahal dulunya langsing perutnya rata. Hal-hal seperti ini bisa membuat jadi tidak percaya diri yang akhirnya memperparah baby blues.
6. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal dapat menjadi penyebab kondisi ibu yang mengalami baby blues bertambah parah. Â Komentar-komentar orang lain entah dari suami, mertua, tetangga atau teman-teman yang seakan-akan menghakimi atau menyinggung perasaan.