Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melintasi Jalur Rel Kereta Unik dan Bersejarah Solo-Wonogiri

14 Desember 2023   15:00 Diperbarui: 19 Desember 2023   17:57 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur Rel Kereta di Jaman Belanda. Foto:nationaalarchief.nl/onderzoeken/fotocollectie/2649b9c2-7fe5-d558-d357-f9be6a9525b7/

Indonesia dan perkeretaapian memiliki sejarah panjang sejak zaman Hindia Belanda karena awal mula jaringan rel kereta api di Indonesia dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1864. 

Oleh karena itu setelah Indonesia merdeka Belanda banyak meninggalkan bangunan stasiun dan jalur kereta api, salah satunya adalah jaringan rel kereta api dari Solo menuju  Wonogiri dan berakhir di Baturetno.

Jalur kereta ini terbilang unik karena satu-satunya jalur rel kereta api di Indonesia yang terletak di pusat kota berdampingan dengan kendaraan yang lalu lalang di sepanjang jalan protokol utama kota Solo. 

Sejarah Jalur Kereta Solo Wonogiri

Kota Solo dulunya pernah memiliki jalur trem menggunakan kuda sebagai tenaga penariknya yang dikelola oleh Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM). Perusahaan trem kuda swasta SoTM membangun jalur trem mulai dari Stasiun Jebres ke arah barat menuju Stasiun Purwosari Solo dan berakhir di Stasiun Boyolali. 

Jalur tersebut merupakan jalur lintasan perekonomian kota Solo kala itu melewati Benteng Vastenburg, pasar Gede dan pabrik Gula Gembongan. Maka tak heran mayoritas pengguna trem adalah kaum saudagar, priyayi serta juragan perkebunan dan kemungkinan juga dikarenakan ongkosnya yang dirasa mahal untuk wong cilik.

Kereta Jaladara melintasi jalur rel Solo -Wonogiri di sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi kota Solo. Foto:news.republika.co.id/berita/o3c8b7382
Kereta Jaladara melintasi jalur rel Solo -Wonogiri di sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi kota Solo. Foto:news.republika.co.id/berita/o3c8b7382

Tahun 1899 SoTM tidak dapat melanjutkan kiprah bisnisnya karena banyak kuda yang terjangkit penyakit dan mati. Akhirnya SoTM menjalin kerja sama dengan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatsschappij (NISM) sebuah perusahaan kereta api swasta untuk mengganti tenaga kuda dengan lokomotif tenaga uap dan selesai pada tahun 1908.

Tiga tahun kemudian tepatnya pada tanggal 1 Januari 1911 jalur trem milik SoTM secara resmi diambil alih oleh NISM sekaligus memiliki hak penuh atas jalur trem di kota Solo sampai Boyolali.  Itulah mengapa jalur kereta ini berada di sepanjang jalan utama jantung kota Solo.

Kereta Trem Ditarik Kuda melintasi kebun Tebu. Foto: blusukanjalurmati.blogspot.com
Kereta Trem Ditarik Kuda melintasi kebun Tebu. Foto: blusukanjalurmati.blogspot.com

Tujuan mengakuisisi jalur trem tersebut karena jalur tersebut mengarah ke beberapa pabrik gula Gembongan dan Colomadu  disamping itu juga wilayah Boyolali tanahnya subur dan memiliki sumber mata air bersih.

Dengan pergantian menjadi lokomotif tenaga uap, jalur kereta api diperpanjang hingga Baturetno melalui Sukoharjo dan Wonogiri. Penambahan jalur rute itu karena wilayah tersebut merupakan kawasan pegunungan batu kapur yang kaya akan batu gamping (limestone) yang banyak terdapat di Selomarto, Nguntoronadi, Gamping dan Baturetno, dimana batu gamping  sangat diperlukan untuk pembangunan sarana infrastruktur dan keperluan industri pabrik gula.  

Transportasi kereta api memberikan alternatif perjalanan yang lebih cepat dan efisien untuk mengangkut komoditi hasil pertanian, batu gamping dan juga tebu untuk diolah di beberapa pabrik gula seperti Pabrik Gula Tasikmadu, Gondang Baru, Colomadu, Gembongan dan Mojo.

Jalur Rel Kereta di Jaman Belanda. Foto:nationaalarchief.nl/onderzoeken/fotocollectie/2649b9c2-7fe5-d558-d357-f9be6a9525b7/
Jalur Rel Kereta di Jaman Belanda. Foto:nationaalarchief.nl/onderzoeken/fotocollectie/2649b9c2-7fe5-d558-d357-f9be6a9525b7/

Baca juga :Mengenang Nagasaki 78 Tahun Setelah Tragedi Bom Atom

Revitalisasi dan Pengaktifkan Kembali Jalur Solo Wonogiri oleh Bapak Joko Widodo.

Setelah lama nonaktif, pada awal tahun 2007 bapak Joko Widodo yang kala itu menjabat sebagai Wali Kota Solo mulai menggagas kembali untuk mengaktifkan jalur Solo Wonogiri sebagai jalur pariwisata.

Jalur yang dipilih hanya dari Stasiun Purwosari Solo berakhir di Stasiun Wonogiri, karena jalur kereta menuju Stasiun Boyolali sudah lama ditutup dan banyak jaringan rel yang sudah tertutup oleh jalan aspal dan bangunan.

Sedangkan jalur lintas Wonogiri menuju Baturetno sejak 1 Mei 1978 telah ditutup dikarenakan pembangunan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Butuh alokasi anggaran yang besar untuk membuat jembatan yang melintasi Waduk Gajah Mungkur.  

Pada bulan September 2009 dimulai revitalisasi penggantian rel kereta api dimulai dari Stasiun Purwosari hingga Stasiun Wonogiri dan perbaikan dua jembatan yang akan dilintasi kereta yaitu jembatan Bengawan Solo dan jembatan sekitar Pasar Nguter Sukoharjo. 

Rel kereta api yang semula menggunakan jenis R25 menjadi R42 dan bantalan kayu diganti menjadi bantalan beton. Dengan adanya penggantian rel kereta tersebut, kereta api nantinya bisa dijalankan dengan lebih cepat dari sebelumnya.

Kereta Wisata Jaladara dan Railbus Batara Kresna

Dengan dibukanya kembali jalur kereta api Solo-Wonogiri, Pemkot Solo bekerja sama dengan PT KAI mengoperasikan Railbus Batara Kresna dan kereta wisata Jaladara atau Sepur Kluthuk sebagai destinasi wisata berbasis transportasi. 

Kereta uap Jaladara sendiri adalah kereta peninggalan pemerintah Hindia Belanda buatan Jerman yang dikirim langsung ke Indonesia tahun 1896. Kereta ini masih menggunakan bahan bakar kayu jati dan air guna menghasilkan uap untuk menggerakkan lokomotif. Rute kereta Jaladara berangkat dari Stasiun Purwosari Solo menuju Stasiun Kota Sangkrah sepanjang kurang lebih 6 kilometer.

Bangunan Stasiun Wonogiri masih orisinal kini diaktifkan kembali setelah Rute Solo-Wonogiri dibuka. Foto: DokPri 
Bangunan Stasiun Wonogiri masih orisinal kini diaktifkan kembali setelah Rute Solo-Wonogiri dibuka. Foto: DokPri 

Sedangkan jalur kereta Solo - Wonogiri yang sempat mati suri beberapa dekade lalu kembali hidup dengan hadirnya kereta Batara Kresna yang menghubungkan kembali jalur kereta Solo - Wonogiri yang beroperasi dua kali pulang pergi dalam sehari. Sehingga beberapa stasiun yang sudah lama nonaktif seperti Stasiun Kota Sangkrah, Stasiun Pasar Nguter dan Stasiun Wonogiri kini mulai dapat dipergunakan kembali. 

Bagian Bangunan Stasiun Purwosari yang tetap dipertahankan aslinya. Foto: Dokpri
Bagian Bangunan Stasiun Purwosari yang tetap dipertahankan aslinya. Foto: Dokpri

Stasiun Purwosari saat ini melayani perjalanan kereta ekonomi komersial, angkutan barang, Commuter line, Railbus Bathara Kresna dan Kereta wisata Jaladara. Stasiun ini telah mengalami beberapa kali perombakan dan penambahan bangunan untuk menunjang fasilitas stasiun namun bangunan utama yang asli masih tetap dipertahankan dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya tahun 2013.

Referensi: https://heritage.kai.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun