Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

6 Keyakinan yang Membatasi Kita untuk Meraih Kesuksesan

19 Desember 2022   17:20 Diperbarui: 19 Desember 2023   17:14 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keyakinan yang membatasi  merupakan salah satu penghambat terbesar dalam meraih kesuksesan. 

Selain itu juga membatasi potensi tak terbatas dalam diri kita yang menghalangi kemampuan untuk menjadi lebih baik. Sebuah keadaan dimana kita terperangkap dalam satu pikiran dan tidak bisa move on ke pikiran yang lain.

Misalnya seorang yang introvert akan memiliki keyakinan tidak dapat bersosialisasi dengan baik, terlahir dari keluarga yang tidak mampu akan di takdirkan tidak bisa sukses.

Seorang wanita tidak pantas melakukan pekerjaan di bidang yang di dominasi oleh laki-laki, keberhasilan karier bila dapat bekerja di bidang atau institusi tertentu dan sebagainya. 

Intinya apa pun yang terjadi pada diri kita, kita akan selalu terperangkap oleh pemikiran kita sendiri.

Pikiran bawah sadar sangat luas tak terbatas yang merekam segala tindakan dan pikiran sepanjang kehidupan kita. 

Sering sekali tanpa disadari kita telah mengadopsi suatu keyakinan sejak kita anak-anak bisa dari orang tua,guru, orang-orang di sekitar kita atau lingkungan yang akhirnya membentuk karakter ketika dewasa.

Bisa juga karena suatu peristiwa menyakitkan yang terjadi di masa kecil misalnya mengalami perundungan, di olok-olok di di depan kelas, kekerasan fisik oleh orang tua, pelecehan seksual dan masih banyak lagi yang menimbulkan trauma dan luka batin yang sulit dihilangkan. 

Sejak saat itu kita tidak memiliki kepercayaan diri, tidak pantas untuk dicintai, atau merasa tidak sempurna.

Apa saja keyakinan yang membatasi diri kita dan bagaimana cara mengatasinya, mari kita bahas dan pelajari satu persatu.

1. Memiliki mentalitas sebagai korban (Victim Mentality).

Kita menempatkan diri kita sebagai korban atas semua hal buruk yang terjadi dengan menyalahkan orang lain atas kegagalan dan kekurangan kita. 

Mempercayai bahwa ada sesuatu di luar sana yang menentukan nasib, kebahagiaan, kesuksesan, dan keberuntungan kita. Sehingga hanya berfokus kepada faktor eksternal sebagai penyebab tanpa pernah instrospeksi ke dalam diri atas kesalahan kita.

Hidup harus berani mencoba, terus belajar dan tidak putus asa, kita memiliki kehendak bebas untuk memilih dan menentukan jalan hidup sendiri. 

Sudah banyak contoh orang-orang sukses yang berangkat dari kemiskinan, keterpurukan, dan ketidaksempurnaan fisik yang justru menjadikan kekurangannya sebagai pemicu keberhasilan mereka. 

Karena terus-menerus menyalahkan diri sendiri dan orang lain tanpa melakukan apapun hanyalah membuang-buang waktu .

2. Selalu membandingkan diri kita dengan orang lain. 

Ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain, perhatian kita akan terfokus pada apapun yang tidak kita miliki. Apalagi jika aktif di banyak sosial media.

Kita mulai membandingkan dengan teman, keluarga, atau para selebritas dan influencer. Menurut kacamata kita seakan-akan hidup mereka sudah sempurna dan bahagia sehingga kita menjadi insecure dan terpuruk bahkan sering disertai perasaan iri, cemburu, kedengkian dan kemarahan.

Rubahlah cara pandang kita terhadap kesuksesan seseorang dengan hal-hal baik dan positif. Misalkan ada teman yang membeli mobil baru justru menginspirasi kita untuk  lebih giat lagi bekerja agar bisa memiliki mobil yang sama. 

Dibandingkan kita menarik energi negatif dengan rasa iri dengki atau marah-marah menuduh korupsi, suka pamer, akan lebih baik kita ikut senang dan merasakan seolah-olah kita juga sudah memiliki mobil itu hanya belum tiba waktunya.

3. Hidup di masa lalu.

Kita selalu mengingat kisah pahit dan menyesali keputusan yang kita buat di masa lalu, memikirkannya dan berandai-andai dengan harapan hasilnya akan berbeda. 

Memori memang tidak akan pernah hilang dari ingatan kita karena merupakan sebuah bentuk energi. Yang perlu kita hapus adalah emosi dan perasaan akan kenangan pahit tersebut sehingga saat kita mengingatnya sudah tidak ada lagi perasaan menyesal, sedih atau kemarahan. 

Perasaan kita menjadi netral, tinggal bagaimana kita memberi perasaan baru yang lebih positif dan melepaskan energi masa lalu tersebut.

Menyalahkan masa lalu sama saja menyangkal masa kini. Lebih baik untuk memaafkan masa lalu itu baik kejadiannya, orang-orang yang terlibat di dalamnya atau sesuatu apapun itu karena satu-satunya orang yang dirugikan adalah diri kita sendiri.  

Hidup dan hadirlah seutuhnya untuk sekarang, hari ini dan saat ini dengan sebuah harapan baru. Jangan pernah hidup di masa lalu yang sudah terjadi atau mengkhawatirkan masa depan yang belum tentu terjadi.

4. Takut akan penilaian orang lain.

Penilaian ini bisa datang dari siapa saja baik dari orang tua, saudara, teman bahkan dari orang yang tidak kita kenal melalui berbagai  komentar di sosial media. 

Saat kita merasa takut orang akan menilai buruk dan menghakimi atas tindakan kita, maka kita akan menjalani hidup kita sama dengan apa yang orang lain pikirkan tentang kita atau sesuai dengan kebiasaan yang sudah ada. 

Pada akhirnya kita tidak berani bermain dalam lingkup yang lebih luas dan meredupkan cahaya dalam diri kita.

Apapun yang orang lain pikirkan tentang kita, siapapun orang yang menilai atau menghakimi, tidak akan ada pengaruhnya bagi kita karena segala sesuatu yang mereka lihat atas diri kita adalah menurut kapasitas mereka sendiri. 

Artinya perspektif mereka kemungkinan besar berasal dari lingkungan, trauma, karakter dan mental block yang membentuk karakter mereka yang sudah pastinya berbeda dengan pengalaman hidup dan keadaan kita. 

 5. Merasa tidak layak.

Seringkali kita menilai diri kita sendiri dengan sangat buruk. Ketika orang lain memuji kita hebat, bagus, keren, pintar dan hal-hal positif lainnya kita lebih percaya  sebaliknya atau menganggap diri kita jelek, kurang bagus, kurang di sini dan kurang di sana. 

Kita tidak akan memiliki kemampuan untuk menerima sesuatu hal yang baik seakan-akan sudah gagal dulu sebelum mencoba dan kehilangan kesempatan baik yang datang pada kita.

Setiap manusia terlahir memiliki pribadi yang unik dan berbeda dengan yang lain karena wawasan, karakter, pola pikir tidak dibangun secara instan melainkan melalui proses yang panjang dan bertahap dalam setiap fase kehidupan. 

Oleh karena itu, cobalah untuk lebih menghargai diri sendiri dan berpikir yang terbaik terhadap diri kita sendiri. Buanglah segala prasangka buruk atas diri kita karena itu hanyalah hasil dari pikiran yang kita ciptakan sendiri

6. Tidak keluar dari zona nyaman

Berada di zona nyaman memberikan rasa aman, nyaman dan jauh dari kesalahan dan resiko. Sekilas tampak memberikan kemudahan dan kebahagiaan hidup. 

Namun justru menyebabkan kita berjalan di tempat dan tidak berkembang mengikuti perubahan dan evolusi zaman yang dinamis.

Berani keluar dari zona nyaman merupakan sebuah tantangan yang akan mempercepat pertumbuhan hidup kita, suatu jalan menuju sukses karena dapat menemukan potensi diri kita yang sebenarnya. 

Kita jadi lebih percaya diri dan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri kita karena terbiasa menyelesaikan masalah, dan menghadapi konflik.

Berbagai keyakinan yang membatasi merupakan buah hasil dari pemikiran yang berada di alam bawah sadar kita. Untuk itu kita harus meng-uninstall dan memprogram ulang dengan sebuah pemikiran positif atau keyakinan baru menuju ke arah perubahan yang lebih baik untuk masa depan kita. 

Tidak ada kata terlambat selama kita terus berusaha dan mencoba serta tidak putus asa karena masing-masing dari kita memiliki timeline hidupnya sendiri-sendiri.

Jika kamu ingin menghasilkan hal besar, kamu harus memaksa dirimu melampaui batas yang kamu punya. Kamu harus memompa dirimu dan memiliki mental besar. Dan kamu harus melakukannya sendiri. Tidak ada orang yang bisa melakukannya untukmu. ~Tony Robbins~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun