Kita selalu mengingat kisah pahit dan menyesali keputusan yang kita buat di masa lalu, memikirkannya dan berandai-andai dengan harapan hasilnya akan berbeda.Â
Memori memang tidak akan pernah hilang dari ingatan kita karena merupakan sebuah bentuk energi. Yang perlu kita hapus adalah emosi dan perasaan akan kenangan pahit tersebut sehingga saat kita mengingatnya sudah tidak ada lagi perasaan menyesal, sedih atau kemarahan.Â
Perasaan kita menjadi netral, tinggal bagaimana kita memberi perasaan baru yang lebih positif dan melepaskan energi masa lalu tersebut.
Menyalahkan masa lalu sama saja menyangkal masa kini. Lebih baik untuk memaafkan masa lalu itu baik kejadiannya, orang-orang yang terlibat di dalamnya atau sesuatu apapun itu karena satu-satunya orang yang dirugikan adalah diri kita sendiri. Â
Hidup dan hadirlah seutuhnya untuk sekarang, hari ini dan saat ini dengan sebuah harapan baru. Jangan pernah hidup di masa lalu yang sudah terjadi atau mengkhawatirkan masa depan yang belum tentu terjadi.
4. Takut akan penilaian orang lain.
Penilaian ini bisa datang dari siapa saja baik dari orang tua, saudara, teman bahkan dari orang yang tidak kita kenal melalui berbagai  komentar di sosial media.Â
Saat kita merasa takut orang akan menilai buruk dan menghakimi atas tindakan kita, maka kita akan menjalani hidup kita sama dengan apa yang orang lain pikirkan tentang kita atau sesuai dengan kebiasaan yang sudah ada.Â
Pada akhirnya kita tidak berani bermain dalam lingkup yang lebih luas dan meredupkan cahaya dalam diri kita.
Apapun yang orang lain pikirkan tentang kita, siapapun orang yang menilai atau menghakimi, tidak akan ada pengaruhnya bagi kita karena segala sesuatu yang mereka lihat atas diri kita adalah menurut kapasitas mereka sendiri.Â
Artinya perspektif mereka kemungkinan besar berasal dari lingkungan, trauma, karakter dan mental block yang membentuk karakter mereka yang sudah pastinya berbeda dengan pengalaman hidup dan keadaan kita.Â