Mohon tunggu...
M.Fuad Usman
M.Fuad Usman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Food Researcher and Developer

Big Ideas Are Nothing Unless They Are Shared

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bukan Thailand Namanya Jika Tidak Bisa Mengubah Tanaman Pagar Menjadi Emas

24 Januari 2021   23:13 Diperbarui: 27 Januari 2021   06:08 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baguru ka nan manang. Mancontoh ka nan sudah"

Bukan Thailand namanya jika negara itu tidak bisa mengubah tanaman pagar jadi emas. Entrepreneur Thailand dikenal andal mengubah Teh menjadi komoditi ekspor yang memiliki nilai tambah berlipat ganda, layaknya emas. Seakan mereka memiliki kesaktian midas touch; legenda manusia sakti yang mengubah apapun yang ia sentuh menjadi emas.

Belakangan ini produk minuman   Thai Tea  tumbuh bak cendawan di musim hujan di Indonesia. Khusus di Jakarta, counter Thai Tea mudah ditemukan di setiap pelosok kota. Namanyapun dibikin agak keThailand Thailanan, seperti Theguk, Nginum, Ngaus, dsb.

Minuman yang katanya berasal dari teh hijau Thailand itu menjadi minuman favorit remaja dan anak anak. Namun tidak disarankan untuk diminum oleh orang dewasa. Karena keseringan minum Thai Tea dapat membuat  seorang menjadi “ pabrik gula berjalan ”, atawa menderita penyakit gula. Karena kandungan gulanya amant sangat tinggi.

Dalam soal nilai tambah produk, Thai Tea  itu begitu jumawa di negeri ini, sedangkan teh dalam negeri kelihatan inferior. Padahal Indonesia termasuk salah satu produsen teh dunia.

Sayang karena teh kita inferior, Indonesia tidak dapat nilai tambah dari komoditi itu sebesar yang didapatkan Thailand. Tahun 2019, Thailand mengekspor teh senilai $ 3.5 juta, atau 74% dari total produksi

Merasa penasaran, penulis mencoba mencari tahu lebih banyak mengenai produk teh Thailand itu. Kebetulan, putri penulis termasuk penyuka Thai Tea. Harga per pak dengan berat 500 gramnya dibandrol Rp 60,000.

Bandingkan dengan teh produk dalam negeri. Paling banter 500 gram dihargai Rp. 30,000. Jadi harga teh Thailand sebelum jadi minuman bubble tea 2 kali lipat dibandingkan teh produk Indonesia.

Tapi tunggu dulu, asli atau tidaknya Thai Tea yang ada di pasar perlu dipertanyakan. Karena mungkin saja terjadi pemalsuan melihat tingginya permintaan dan harga yang menggiurkan. Penasaran akan hal itu, penulis mulai melakukan testing. 

Alhasil, penulis tidak terkejut mendapati Thai Tea yang dibeli oleh sang putri berasal dari tanaman pagar yang menjadi minuman tradisional Indonesia.  Mungkin Thai Tea yang penulis testing itu adalah Thai Tea yang dipalsukan,  Wallahu ‘alam bissawab.

Thailand Dijuluki "Kitchen of The World" 

Branding Thailand sebagai Kitchen of the World bukanlah sebuah slogan kosong. Tapi berdasarkan pada data dan fakta. Luas daratan ngeri itu hanya ¼ dari luar daratan negeri kita ( 1,913,600 km²/513,100 km²). Tapi, dalam soal ekspor produk makanan, Indonesia kalah melulu. ( Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand mencapai $ 4.2 miliar).

Dikutip dari The National Food Institute of Thailand, pada tahun 2019 Total eksport produk makan Thailand mencapai US$ 34.9 miliar. 

Thai Board of Investment (TBI) membeberkan bahwa saat ini terdapat 9000 pabrik makanan. Industri makanan berkontribusi 23 % terhadap PDB, menyerap 20 juta tenaga kerja di bidang pertanian dan industri pengolahan makanan, dan menampung 80% pasar produk pertanian. 

Besarnya kontribusi produk makanan dalam PDB negeri itu, menguatkan tagline Thailand sebagai “ Kitchen of the world”. Berikut daftar beberapa produk makanan Thailand yang merajai dunia:

1. Tapioka. Peringkat 1 dunia dengan nilai ekspor $3.1 miliar.

2. Tuna kaleng. Peringkat 1 dunia dengan nilai ekspor $ 2 miliar

3. Nanas. Peringkat 1 dunia dengan nilai ekspor $ 611 juta

4. Beras. Thailand merupakan eksportir beras nomor 2 di dunia setelah India. Tahun 2019 Thailand mengekspor besar seberat 11 juta ton dengan nilai mencapai $4,197 miliar

5. Gula. Peringkat ke-2 dunia dengan nilai ekspor $ 3 miliar.

6. Saus dan Bumbu Masak. Total ekspor mencapai $784,791 juta dengan rincian:

Saus sambal 10%),
Saus tiram (9%),
bumbu pasta kare (9%),
kecap (7%) ,
lain lain (65%). 

Sedangkna Indonesia berada pada peringkat ke 3 importir Saus Sambal dan Bumbu masak Thailand dengan pangsa pasar 5%.

7. Produk Makanan Halal. Thailand termasuk 5 besar produsen produk makanan halal dunia dengan nilai ekspor mencapai nilai $ 5,8 miliar. Lagi-lagi Indonesia menjadi pasar produk makanan halal terbesar Thailand dengan share 19%.

Untuk menunjang pertumbuhan produk makanan halal, pemerintah Thailand mengalokasikan dana senilai $ 11,5 juta. Thailand memiliki 8000 pabrik makanan olahan dan 150,000 produk yang telah mendapatkan sertifikat halal.

8. Durian.Thailand adalah eksportir durian terbesar di dunia dengan nilai mencapai $ 817 juta. Pasar utama durian Thailand adalah China dan Indonesia.

Majunya industri makanan olahan Thailand didukung oleh 4 faktor: Peranan pemerintah, SDA berlimpah, SDM terlatih, dan lembaga R&D yang andal dan bekelanjutan.

Dikutip dari laman UNDP, pemerintah Thailand mengalokasikan dana untuk kegiatan R&D senilai $11,5 miliar ( 1% dari PDB ). 

Berikut daftar lembaga R&D yang menjadi Driving Force pertumbuhan industri makanan Thailand: 

  1. The National Food Institute (NFI). NFI Bekerjasama dengan produsen makanan olahan Thailand melaksanakan GMP atau HACCP dalam proses produksi.
  2. Agricultural Reseach Development Agency (ARDA). Bekerjasama dengan NFI mengembangkan produk makanan olahan dan mendidik sumber daya manusia dibidang tersebut.
  3. The Standard Institute of Thailand 
  4. The Halal Science Centre, Chulalongkorn University
  5. Institute of Food Research and Product Development
  6. KU food Research and Services in Thailand
  7. Cassava Research and Technology Research, melakukan R&D tapioka
  8. The Food Processing Industry Club
  9. Food innopolis berlokasi di Thailand Science Park, distrik Khlong Luang, Provinsi Pathum Thani. Berperan sebagai pusat riset makanan dan pusat inovasi makanan dunia.

Kita tidak akan pernah memiliki durian yang konsisten mutu dan rasanya, atau duku yang tidak ada bijinya  tanpa R&D yang andal dan berkelanjutan. 

Sumber:

thaiembdc.org | boi.go.th | bangkokpost.com | statista.com | worldtopexorter.com 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun