Tak ada yang tahu siapa nama sahabat tersebut. Tapi ia berhasil menorehkan sebuah sejarah emas, tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk sekelompok manusia yang merindukan sebuah kemuliaan. Tidak untuk ini sejatinya aku berjuang Yaa Rasulullah ketika Rasulullah hendak membagikan ghanimah (harta rampasan perang) melainkan untuk mendapatkan tusukan tombak disini,..disini,..disini sembari menunjuk lehernya.
Sejarahpun ternyata membuktikan kebersihan dan ketulusan niat dari sahabat tersebut, tidak sekedar berucap tapi ia bagian dari rencana hidup serta impian akan design kematian yang akan menghampiri nantinya. Ia ditemukan sudah tidak bernyawa ketika Utsman bin Affan diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk melihat para syuhada ketika perang Uhud. Tusukan tombak tepat di leher, seperti impiannya. Ruhnya terbang melayang bertemu dengan Rabb nya terkasih.
Abdullah bin jahsy pernah berujar kepada sahabatnya Sa’d bin Abi Waqqash. Aku merindukan kematianku di medan perang. Tidak hanya engkau wahai saudaraku, akupun memilki impian yang sama ujar Sa’d bin Abi Waqqash.
Penggal kehidupan berikutnya menghantarkan Abdullah bin Jahsy kepada impiannya untuk syahid di medan perang. Menarik perkataan Sa’d kemudian ketika menemukan sahabatnya telah di medan perang. Ternyata ia lebih memilki kekuatan akan impiannya yang besar untuk bertemu dengan Rabbnya lewat kematian di medan perang mendapatkan kemuliaan sebagai syuhada.
Ya Allah, matikan aku di negri Nabi mu ini. Do’a yang diucap oleh Umar bin Khattab yang ternyata di dengar oleh anaknya Hafshah. Wahai ayah, mengapa di tengah kota Madinah yang tentram lagi damai ini engkau malah justru berharap kematian di Madinah pun juga di saat seluruh Jazirah Arab hampir dikuasai oleh Islam.
Berikutnya dalam perjalanan kehidupan Amirul Mukminin ini kita temukan kematiannya di saat memimpin sholat subuh di masjid Nabawi. Ia ditusuk oleh Lu’ lu’, salah seorang budak dari persi.
Kerinduan akan kematian berikut caranya tidak hanya kita temukan dalam episode sejarah dari para sahabat. Abad 21 ini juga menghadirkan ragam pejuang dengan impian kematiannya masing2 dan kemudian sejarahpun mencatat mereka sebagai bagian dari para syuhada.
Setiap kita akan menemukan kematian, dan aku lebih memilih kematianku dengan rudal apache dari Israel. Ucapan fenomenal dari seorang pejuang HAMAS dari negri para Nabi di Palestina. Dan terbukti ia menemukan kesyahidan dengan tembakan rudal apache yang ditembakkan oleh Israel.
Banyak lagi yang lain dengan ragam bentuk kematian yang memang sudah sejak awal di cita-citakan.
Berbicara mengenai kematian, berarti kita sedang membicarakan sebuah kehidupan. Karena ada banyak orang yang sebenarnya masih hidup tapi sejatinya ia telah mati, tapi sebaliknya banyak yang telah mati tapi ternyata ia masih hidup di tengah masyarakat dan mewujud. Distulah keunikan dari para pejuang yang merindukan kematian. Sebab dalam terminologinya kematian adalah sebuah cara baginya untuk mendapatkan sebuah kehidupan, maka kemudian tidaklah mengherankan jika kita temukan mereka berlomba-lomba untuk mendapatkannya.
Berbeda sebaliknya bagi mereka yang takut akan kematian, justru dengan kematian itulah menjadi akhir dari kehidupannya..
Generasi pejuang merupakan sekumpulan orang dengan kerinduan yang luar biasa akan kematina. Yang tetap bagi mereka adalah kematian itu sendiri berikut dengan waktu. Persoalan cara atau bagaimana kematian itu menghampiri kita menjadi sebuah pilihan tersendiri bagi merka untuk memilihnya. Maka ruang untuk mendesign bagaimana kita melewatinya adalah sebuah pilhan. Ruang kehidupan yang dilewatipun mensyiratkan akan kehidupan mereka.
Semoga saja kita termasuk bagian dari generasi pejuang tersebut.
Ya Allah, golongkan kami kedalam orang2 yang mendapatkan khusnul khatimah di penghujung hidupnya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H