Waktu luang adalah termasuk yang kutunggu. Sungguh lucu. Padahal pekerjaan, adalah yang paling kuutamakan dalam hari-hariku. Itu karena alasan sederhana saja. Tidak bekerja, berarti tidak makan.
Kini waktu untuk beristirahatku tiba juga, setelah seharian bekerja.
Hmm.. begitu banyak pilihan, dari sekadar menikmati tayangan di televisi, hingga merawat mawar di halaman. Namun tak mungkin melakukan kesemua itu secara bersamaan, bukan?
Jujur saja, ada satu hal yang paling menjadi pilihan favoritku, yakni membaca buku.
Hal pertama dalam ritual perayaan ini adalah dengan mengelus mesra sampul buku alias cover-nya. Kupandangi dengan mesra judul buku yang menghias di mukanya. Seakan ia pun balas berkedip, mengajakku untuk menebak isi tubuhnya. Warna dan gambar ilustrasi mulai berpendar ceria, menari-nari di sekitar indra penglihatanku. Sampul buku ini buatku, bagai pintu gerbang untuk menyelami samudera ilmu.
Kubuka jendela substansinya, dengan tak sabar, seakan seseorang yang dalam keadaan dahaga dan ketakutan sebelum kehabisan ide maupun cerita.
Aliran pengetahuan berebut masuk ke dalam benakku. Di antara pilar-pilar bab dan aksara, pada lembaran-lembarannya, aku terperangkap dengan rela.
Terserah pada suasana hati ini, untuk menyerapnya secara intens.
Kadang ia melintas bagai bayangan, lewat begitu saja. Namun terkadang pula ia bagai sepotong roti yang empuk, lembut, dan begitu penurut untuk dicerna.
Nikmat sangat.
Rasa puas melanda di dada setelah mengubah ketidaktahuan menjadi (sedikit) lebih tahu.
Wahai, tapi mengapa ada sedikit rasa 'serakah' mendera, yang mencuat tak hanya sekali dua kali: timbulnya keinginan untuk turut menulisi lembaran-lembaran di depanku dan menyisipkannya ke dalam buku.
Tunggu apa lagi, mari berpesta, membaca...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H