Sudah sejak awal saya sangat tertarik mengikuti perkembangan jembatan #Suramadu.Dari dimulainya mimpi pembangunan jembatan karya anak bangsa ini, disusul dengan peresmiannya oleh presiden RI pada 10 Juni 2009 yang lalu, hingga kasus diperetelinya besi-besi jembatan tidak lama setelah peresmian ini.
Saya jadi teringat dengan memori tujuh tahun lalu ketika bersama ayah seorang teman saya yang seorang konstruktor, saya pernah masuk dan berdiri di tengah-tengah jembatan yang belum rampung. Waktu itu masih sangat terasa goyangan jembatan ini karena baru terhubung tidak lebih dari satu kilometer dari sisi daratan Surabaya.
Cukup menakjubkan ketika saya mendengar ayah teman saya ini berkata, “tiang jembatan ini tidak permanen. Karena ditanam di dalam pasir, sisi tiang kiri dan tiang kanan yang justru saling menyeimbangkan.” Saya tidak tahu apakah ilustrasi itu benar atau tidak, yang pasti kekaguman saya terhadap jembatan Suramadu benar-benar dimulai sejak hari itu. Beberapa tahun ke depan, akan ada jalan karya anak bangsa yang bisa menghubungkan Surabaya dengan pulau yang terlihat di depan mata saya itu.
Tujuh tahun berselang, kali ini untuk pertama kalinya saya, @riandyyudhika @rayudhika dan keluarga #MerahPutih kami akhirnya akan melintasi jembatan terpanjang di Indonesia ini. Selesai membayar tiket tol, pemandangan luas pelabuhan tanjung perak di sisi kiri dan kemegahan struktur jembatan sepanjang 5,438 km yang membentang di depan mata langsung membuat saya terperangah. Dengan bangga saya menikmati perjalanan diatas jembatan yang mayoritas dibangun oleh anak bangsa ini.
Saking begitu kagum dan nekatnya, meskipun dilarang untuk menepikan kendaraan,my super mom saya sampai turundari mobil sebanyak empat kali untuk berfoto di tengah-tengah jembatan. Selesai melintasi jembatan yang ternyata dipenuhi dengan kamera cctv ini, untuk pertama kalinya kami berhasil menginjakkan kaki di satu lagi pulau di Indonesia, Madura! Kalau saja saat itu kami berada di Australia dan tertangkap kamera cctv, mungkin kami akan menerima denda seperti yang diterima paman saya ketika selesai menjalani liburan disana. Inilah keunikan dan beruntungnya tinggal di Indonesia!
Sensasi Bebek Madura
Tujuan pertama sekaligus yang paling sering disarankan orang Surabaya ketika memasuki Madura tak lain yaitu Bebek Sinjay. Dimana-mana rasanya semua orang mempromosikan secara word-of-mouth restoran ini. Ternyata memang shocking!!! Siang itu restoran yang menu utamanya hanya bebek + kremes + sambal ini sudah dipenuhi lebih dari seribuan orang. Keramaiannya bahkan jauh diatas Sate Maranggi di Purwakarta yang bagi saya sudah sangat menakjubkan.
Fenomena Bebek Sinjay ini sekaligus membuktikan adanya kaitan erat antara #wisata dengan #kuliner, #infrastruktur dan pendapatan daerah. Industri wisata bisa turut membangun industri kuliner (atau sebaliknya) dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan daerah. Karena peningkatan pendapatan penduduk setempat dan pendapatan pemerintah atas pajak, infrastruktur pun akan turut berkembang.
Di tengah antrian yang begitu panjang, kami harus mengangkat bendera putih sekaligus membatalkan rencana menikmati bebek Madura ini. Saya angkap topi melihat muka-muka pengunjung yang masih setia menunggu datangnya bebek pujaan di meja-meja mereka. Mungkin kegagalan ini sekaligus menjadi undangan kami untuk kembali lagi ke Madura dengan strategi datang lebih awal ke bebek Sinjay. Saya jadi bertanya-tanya apa hubungan antara Madura dengan bebek? Di sepanjang jalan tersebar beragam restoran yang menjual menu bebek.Justru hampir tidak ada restoran yang secara khusus menjual sate madura.
Tidak kesampaian makan di Bebek Sinjay, pilihan kami jatuh ke restoran dengan segmen yang berbeda. Menu yang ditawarkan restoran itu tidak jauh berbeda. Bebek madura. Yang membedakan adalah adanya live music nyanyian tradisional di tengah pendingin udara yang sejuk. Sambil mencicipi soto Madura di kota aslinya, kami menikmati menu Madura yang memang mantap.
Jembatan Suramadu ini bukan cuma menghubungkan dua buah pulau, tapi juga menjembatani kehidupan masyarakat Madura. Perekonomian disana juga terus tumbuh. Bukan tak mungkin 5-10 tahun ke depan sudah ada berbagai wahana hiburan seperti "Madura Ocean Park". Beragam hotel dari mulai hostel backpacker sampai bintang lima akan mulai menjamur di daratan yang begitu luas ini. Daerah Sumenep dengan pantai-pantainya, api abadi dan berbagai wisata budaya serta alam memang menjadi daya tarik yang menggoda.
Dalam perjalanan pulang kami berhenti sebentar di tukang durian yang dijual di mobil pick up. Ah, serunya mencicipi durian Madura yang dengan latar belakang persawahan luas. "Sekarang ramai disini mas. Kalau akhir pekan padat," kata si abang penjual durian sambil duduk di belakang mobil pick up nya. Waktu kami tanyakan kenapa tidak berjualan di depan bebek Sinjay yang ramai, si abang dengan gayanya seperti pakar marketing menjawab, "kalau di depannya langsung orang masih kenyang mas, tapi kalau sambil jalan pulang ke jembatan dan sudah agak jauh seperti disini, itu baru ramai." Dalam hati saya berpikir hebat juga ilmu marketing abang ini.
Sebagai oleh-oleh, pulau ini siap menawarkan buah tangan berupa batik Madura. Deretan toko penjaja oleh-oleh sebelum meninggalkan pulau ini kelak akan menjadi lebih rapih dan menjadi sentra perdagangan masyarakat sekitar.
“One's destination is never a place, but a new way of seeing things.”―Henry Miller. Pulau yang baru saya kunjungi ini mengajarkan bahwa Madura tidak hanya mengenai sate madura, karapan sapi dan kuda lumping. Jika selama ini banyak pernyataan yang menyimpulkan orang Madura adalah orang yang emosional dan tidak ramah, itupun salah. Orang Madura dengan logatnya yang khas siap menjadi duta pulau ini.
“A wise traveler never despises his own country.” –Carlo Goldoni
@ranggayudhika www.ranggayudhika.multiply.com Travelling while u r still breathing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H