Mohon tunggu...
Rangga Yudhika
Rangga Yudhika Mohon Tunggu... -

Hati seorang Indonesia, pecinta backpacker style dan fotografi\r\n...because life is a journey\r\nwww.ranggayudhika.wordpress.com\r\n@ranggayudhika

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menjadi Saksi Sebuah Kehidupan Bayi Penyu

9 Februari 2012   15:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:51 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mesin kapal pun dimatikan sebagai pertanda bahwa  kapal motor kami telah tiba. Uniknya, bukannya berhenti di dermaga, kami justru berhenti di tengah-tengah laut dangkal. Saat itu pula sejauh mata memandang, perairan jernih terhampar di depan mata. Tibalah kami di taman wisata laut pulau Sangalaki yang ketika itu masih cukup jauh dari publikasi tujuan favorit wisata –Saat ini pulau Sangalaki di dalam Kepulauan Derawan yang terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, sudah menjadi salah satu dari lima wisata perairan terbaik di Indonesia. Sambil mengangkat tas dan barang bawaan kami di atas kepala, kami berjalan menerobos air laut setinggi pinggang kami. Ya, kapal motor tidak dapat bersandar di pesisir pantai karena memang begitu alaminya pulau Sangalaki yang ironisnya dimiliki oleh pihak asing ini! Tujuan utama wisata di pulau ini selain penginapan eksotis adalah penangkaran penyunya yang begitu rapih dan dirawat. Kami pun langsung berlari diatas hamparan pasir putih yang begitu bercahaya memantulkan sinar matahari menuju “Penangkaran Penyu Semi Alami” yang dikelola balai konservasi Kalimantan Timur.

1329754742180445833
1329754742180445833
Memasuki sebuah gerbang berbentuk pintu kayu, kami justru takjub karena banyak papan-papan kecil yang ditanamkan di dalam pasir. Kami sempat kebingungan, mengapa hanya ada papan-papan tersebut, tapi tidak ada kolam-kolam penyu seperti bayangan kami. Ternyata papan-papan tersebut tidak lain adalah penanda usia telur-telur yang sedang dikonservasikan di penangkaran tersebut sambil menunggu meretasnya sang calon bayi. Di beberapa papan petunjuk, ternyata terdapat puluhan penyu kecil yang sedang berusaha keluar dari lapisan kulit telurnya di di dalam pasir-pasir tersebut. Kami melihat secara langsung bagaimana masing-masing penyu tersebut keluar dari cangkang telur yang melapisi mereka.Mereka tampak berusaha memanjat lubang-lubang yang tampak begitu dalam dibandingkan dengan ukuran kecil tubuh penyu tersebut. Ada sebagian pe
13297549271583612483
13297549271583612483
nyu-penyu yang telah dipindahkan ke ember kecil yang siap untuk kami lepaskan ke hamparan pasir luas. Dengan begitu semangatnya kami mulai memegang dan berfoto-foto bersama para bayi mengagumkan tersebut. Penyu-penyu tersebut tidak tampak begitu lemah, namun justru begitu aktif dan bersemangat. Ternyata penyu berbeda dengan kura-kura. Penyu lebih berwarna hitam, dan kepala penyu tidak tampak terpisah dengan cangkak badannya.
Di tengah isu pemusnahan penyu secara ilegal dan perampasan telur penyu yang dijual bebas, begitu terasa begitu bahagia ketika kami masing-masing memegang satu penyu kecil tersebut dan melepaskan di pinggir pantai. Dengan gembiranya juga, penyu-penyu cilik tersebut secara serempak langsung merayap pertama kalinya menuju laut bebas. Lambat laun satu per satu sudah tiba di sisi pinggir pantai dan memasuki perairan terbuka. Disitulah sesunggunya kehidupan baru mereka dimulai, dengan tempaan arus, gangguan ikan-ikan besar, untuk hidup di dalam lautan yang begitu luas.  

Konon, penyu-penyu tersebut dapat berenang hingga ribuan

kilometer jauhnya hingga melintasi benua.

Bayangkan, ribuan langkah besar berawal dari beberapa langkah kecil para penyu tersebut memasuki sisi laut. Mungkin kita masing-masing tidak dapat melakukan hal yang besar untuk alam ini, namun satu tindakan kecil akan begitu berarti bagi lingkungan kita. Pengalaman melepaskan kehidupan penyu muda dan menjadi saksi munculnya satu kehidupan sang penyu rasanya tidak akan pernah saya lupakan.
@ranggayudhika - Indonesia.Is.Me www.ranggayudhika.multiply.com Travelling while u are still breathing

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun