Mohon tunggu...
Rangga Putra
Rangga Putra Mohon Tunggu... -

Lahir di Kota Pahlawan Surabaya dan besar di Kota Santri Gresik. Suka Bismillah dan Alhamdulillah.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Catatan Perjalanan: Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah (3)

7 November 2011   13:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:57 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat tinggal Kotawaringin Barat

Setelah ‘lurus saja ikuti jalan ini,’ dari kejauhan ada sebuah papan besar seperti papan reklame, di situ tertulis ‘Selamat tinggal Kotawaringin Barat’. Setelah itu, jalan ternyata masih sangat jauh, waktu saya melewati papan ‘selamattinggal’ itu saya sempat melihat arloji. ’14.05’ itu berarti 5 jam dari Pangkalan Bun.

Saya belum istirahat. Hujan mulai turun. Tidak ada tempat berteduh. Segalanya sawit. Jalanan menjadi tambah berat dan licin. Bahu saya mulai linu karena beban yang saya pikul. Pergelangan serta telapak tangan kanan terasa nyeri karena menahan tuas gas kendaraan. Mega-pro saya sempat terjatuh akibat jalan yang licin. Untunglah tidak ada orang, jadi saya tidak perlu malu. Ditambah hujan, lengkap sudah penderitaan saya. Pakaian dalam tas ransel basah semua.

“Sampai kapan ini?” tanya saya dalam hati.

Pusat pemerintahan Kabupaten Sukamara terletak di Kecamatan Sukamara. Jalan demi jalan, rusak-bagus-rusak-bagus, dan seterusnya telah dilewati. Sudah lima jam berlalu. Percayalah! Anda bahkan tidak ingat jalan jika harus kembali lagi.

Sampai di sini, saya sudah terlalu capek untuk mengingat, sehingga tulisan ini pun jadi singkat-singkat.

Pendek cerita, kira-kira 1 jam setelah melalui jalan ‘Selamat Tinggal’ tadi, baru nampak jalan beraspal yang bagus. Hujan deras tiba-tiba kembali mengguyur. Hujan ini lebih mirip hujan jarum, sakit sekali bila mengenai wajah dan tangan. Suaranya bila menghantam helm, “tak tak tak crak!” Sungguh ini bukan hujan yang handa harapkan untuk bertemu.

Jalan tadi berbelok ke kanan. Terdapat papan jalan bertuliskan ‘Jl. Tjilik Riwut.’ Di sebelah kiri jalan tampak sebuah gedung pemerintahan tapi kecil ukurannya. Di papan nama gedung tersebut tertulis Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sukamara. Tidak ada gedung-gedung lain.

Di tengah suara hujan, saya berteriak keras, “Juaaaannnccc***k!!!” saya gembira sekaligus letih. Saya gembira karena mengetahui saya telah sampai, saya letih karena memang letih. Saya ingin berhenti untuk berteduh, tapi gerbang kantor itu terkunci. Sekitar 100 meter dari kantor dinas tadi, ada gedung lagi, yang satu ini Aula Pelatihan Guru. Gedung ini tidak punya gerbang sehingga langsung saja saya belok kiri.

Gedung ini kelihatan masih baru, halamannya luas, cat putihnya juga bagus, tapi kotornya bukan main, seperti tidak pernah digunakan dalam jangka waktu yang lama. Di selasar pintu masuk gedung, terdapat berbagai macam bangkai binatang jenis serangga dan amfibi, seperti orong-orong, capung, kupu-kupu sampai bangkai katak yang dirubung semut. Semua pemandangan itu membuat bulu kuduk saya berdiri, juga menambah pikiran buruk tentang kabupaten ini.

Setelah hujan mulai reda, yang ada dipikiran saya cuma satu, begitu sampai di Sukamara, saya akan langsung ke penginapan atau losmen. Saya capek dan ingin segera beristirahat.

Saya lanjutkan perjalanan.

Di tepi jalan yang beraspal bagus ini, berjajar-jajar kantor-kantor dinas, di sebelah kiri, Badan Pusat Statistik, Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan lain-lain. Yang menggelitik saya ialah dinas-dinas berikut ini; Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi, Kebudayaan dan Pariwisata. Lalu, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Energi dan Koperasi. Silahkan anda simpulkan sendiri.

Setelah itu, tampak bundaran besar ditengah-tengah perempatan, sebelum bundaran, di sebelah kiri, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sukamara, di seberangnya Polisi Resor (Polres) Kabupaten Sukamara. Setelah bundaran di sebelah kiri, Kantor Bupati Sukamara, di seberangnya, Kejaksaan Negeri Sukamara. Hampir seluruh kantor-kantor dinas maupun instansi-instansi vertikal berada di komplek ini. Tapi sepi. Mungkin masih hujan, lagian ini hari minggu.

Saya terus saja mengikuti jalan beraspal, sambil mengingat kata Dewi, “Pemukiman penduduk lokasinya jauh dari pusat pemerintahan.” Sekitar 10 kilometer dari bundaran, di seberang SMP 1 Sukamara, saya melihat warung mie ayam. Tiba-tiba saya lapar. Langsung saja saya parkir dan pesan satu mangkuk. Cuek saja berbasah-basah.

Setelah selesai makan, saya menghampiri si bapak penjual.

“Berapa pak?”

“Sedoso.” (Sepuluh)

“Sedanten?” (Semua)

“Nggih.” (Ya)

Orang jawa ternyata. Karena saya pikir jika mempunyai ikatan geografis, bapak tersebut pasti memberi tahu dimana lokasi losmen murah.

“Niku wonten teng sebelah warnet ngajenge bakul buah, murah seket ewu Dik,” (Itu ada di sebelah warnet depan pedagang buah, murah Rp50 ribu Dik)

“Oh nggih matur nuwun,” (Oh iya terima kasih)

Segera saja saya menuju lokasi. Tapi tidak ketemu. Saya lurus saja, karena memang jalan porosnya cuma ini. Hingga akhirnya ada satu losmen besar dekat kantor Kecamatan Sukamara.

Losmen Habibina namanya. Bersih tempatnya. Kamar-kamar ada di lantai dua. Kurang lebih terdapat 20 kamar di sini. Rp60 ribu per malam. Dua ranjang spring bed dan TV di dalam kamar. Ya sudahlah, asal malam ini bisa istirahat, besok cari yang lebih murah. Waktu itu sempat saya lihat arloji, 16.45. Kurang lebih 8 jam perjalanan dari Pangkalan Bun-Sukamara. Saya capek hingga akhirnya tertidur pulas.

[caption id="attachment_142217" align="aligncenter" width="1024" caption="Losmen saya yang berwarna biru."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun