Mohon tunggu...
Rangga Prastiko
Rangga Prastiko Mohon Tunggu... -

Saya orang yang percaya bahwa dalam diri setiap manusia, potensi untuk berbuat kebaikan selalu lebih besar dibandingkan potensi untuk berbuat kejahatan. Temui saya juga di Twitter @ranggaprastiko

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mobil Murah, Antara Gorengan Politik dan Gorengan Bakwan. (Bagian 1)

17 November 2013   21:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:02 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat saya menulis ini, saya memutuskan menulis sambil ditemani gorengan bakwan panas buatan sendiri dan secangkir teh hangat, meski belum ada studi terhadap efek kolesterol antara dua gorengan tersebut saya tetap percaya gorengan bakwan itu jauh lebih baik daripada gorengan politik.

Sekarang sedang hangat-hangatnya dibahas masalah mobil murah (meski saya lebih setuju istilah LCGC, kalau 100 jutaan dibilang murah ya sebenernya tidak juga sih, yg ngomong itu kelihatannya sudah kebanyakan duit), timbul pro dan kontra di masyarakat yang menurut saya adalah hal yang wajar, yang menurut saya tidak wajar adalah arah argumentasi dari kedua belah pihak tersebut yg terlihat asal ngomong.

Argumentasi yang PRO diwakili oleh pemerintah, ini sih saya cukup ngetweet aja udah ambruk fondasinya, mari kita bahas satu persatu kenapa argumentasi yang PRO itu sangat lemah dan menunjukan ketidaksiapan pihak yang ditanya dalam memberikan keterangan,  mari kita mulai :

1. Argumentasi  dari Pak MS Hidayat (Menteri Perindustrian) :

"Kasih tahu Pak Jokowi, ini juga ditujukan kepada rakyat yang berpenghasilan kecil dan menengah, rakyat yang mencintai dia juga. Harus diberikan kesempatan kepada rakyat kecil yang mencintai Pak Jokowi untuk bisa membeli mobil murah,"

Jawaban : Waduh Pak MS  Hidayat sepertinya tidak paham ya istilah rakyat kecil, harga LCGC yang paling murah (saya ambil harga Daihatsu Ayla karena lebih murah, Agya lebih mahal pastinya) adalah 76 juta rupiah dan itu mobil tanpa AC (yang saya yakin tidak akan laku kecuali anda tinggal di kutub utara), dan harga tengah sebesar 90 jutaan, dan yg paling mahal 107 juta rupiah. Rakyat kecil mana yg bisa cicil mobil  dengan harga diatas ? kecuali harga mobil cuma beda tipis sama Motor kaya Tata Nano, nah bolehlah Pak MS Hidayat ngomong begitu. saya sebagai penikmat bakwan merasa tersinggung karena dianggap orang kaya (padahal tidak kaya hehehe...)

2. Argumentasi dari Pak Hatta Rajasa (Menko Perekonomian) :

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan bahwa mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) harus mengonsumsi BBM nonsubsidi.

Jawaban : Karena pemerintah sadar kalau sudah salah ngomong, Argumentasinya digeser ke arah penghematan penggunaan BBM bersubsidi, ini lebih parah lagi ngawurnya, sekarang mana bisa kita harapkan orang yang beli LCGC beli Petramax, lha wong yang beli Jazz, Altis, bahkan Alphard aja masih pada mau minum premium, padahal kantong yg beli mobil mewah itu sudah tebal lho, masa yg beli LCGC yang notabene berkantong tipis disuruh beli Petramax ?, ya dijamin pemilik LCGC tidak akan beli Pertamax. Ini sudah ngawur kebablasan.

Tapi mungkin bisa sih pemilik LCGC disuruh beli Pertamax, taruh aja satu TNI  bersenjata lengkap di masing-masing SPBU dan tulis di spanduk depan SPBU : YANG BELI PREMIUM HANYA BOLEH MOTOR DAN ANGKOT, SELAIN ITU BAKAL DITEMBAK !, Dijamin beli Petramax semua hehehe...

Nah karena yang nulis mau menikmati bakwannya lagi, maka bagian pertama tulisan ini saya tutup. nanti di bagian kedua saya akan bahas pendapat yang KONTRA LCGC, yang sedihnya tidak kalah ngawurnya sama pendapat yang PRO kebijakan LCGC.

sumber :

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/09/19/1848186/Pemerintah.Tegaskan.Mobil.Murah.Harus.Minum.Pertamax

http://nasional.kompas.com/read/2013/09/12/1507206/Menteri.Perindustrian.Kasih.Tahu.Pak.Jokowi.Mobil.Murah.untuk.Rakyat.Kecil

Bandung 21 September 2013,

Rangga Prastiko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun