Mohon tunggu...
RANGGA NUGRAHA
RANGGA NUGRAHA Mohon Tunggu... Akuntan - Hi There
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

This is me

Selanjutnya

Tutup

Politik

Inilah Alasan Etnis Jawa dan Sumatera Sering Menjadi Pemimpin

13 Juli 2021   22:34 Diperbarui: 13 Juli 2021   22:47 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap orang sejatinya memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Tidak heran bila menjadi seorang pemimpin merupakan impian banyak orang, Anda mungkin termasuk salah satunya. Sayangnya, tidak semua orang bisa benar-benar menjadi pemimpin.

Kenyataannya, seorang pemimpin yang baik merupakan tugas yang berat dan tidak hanya sekedar tekad yang tinggi. Sosok seorang pemimpin sejatu harus didukung sejumlah kriteria tertentu yang diperolehnya dari proses panjang dan konsisten.

Seorang pemimpin sejati harus didukung sejumlah kriteria tertentu yang diperolehnya dari proses panjang dan konsisten.

Namun, pemimpin tidak hanya timbul begitu saja. Ada proses yang bisa membuatnya pantas dijadikan pemimpin. Selain proses dan pengalaman, faktor genetika juga bisa menjadi acuan seseorang bisa menjadi pemimpin atau tidak.

Guru Besar Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja Prof Dr I Made Sutama, MPD menegaskan, kontribusi faktor genetik seseorang untuk sukses menjadi seorang pemimpin hanya 30 persen dan 70 persen lainnya sangat tergantung dari hasil penempaan dirinya di lapangan.

"Oleh sebab itu, dasarnya semua orang memiliki potensi menjadi pemimpin, hanya saja yang perlu dipikirkan adalah bagaimana menempa jiwa pemimpin itu," kata Prof Sutama.

Perlu diketahui, seorang pemimpin yang baik harus memiliki komitmen, kompetensi, keberanian, ketajaman, fokus, murah hati, dan inisiatif.

Selain itu, pemimpin juga memiliki sifat mau mendengarkan, semangat yang tinggi, bersikap positif, mampu memecahkan masalah, disiplin dan tidak mudah merasa terancam.

Etnis Jawa dan Sumatera

Tak hanya dari faktor genetika saja seseorang bisa menjadi pemimpin, tetapi dari faktor etnis juga bisa menentukan, misalnya etnis Jawa.

Hal itu bisa dilihat dari Presiden Republik Indonesia dari masa ke masa. Hampir semua Presiden yang menjabat sejak merdeka, mereka berasal dari etnis Jawa, kecuali BJ Habibie yang berasal dari Sulawesi Selatan.

Mulai dari Presiden pertama Indonesia Soekarno yang berasal dari Blitar. Kemudian, Soeharto dari Bantul, dan Abdurrahman Wahid dari Jombang.

Selanjutnya ialah Presiden perempuan pertama Indonesia Megawati Soekarnoputri yang lahir di Yogyakarta, Susilo Bambang Yudhoyono berasal dari Pacitan, dan Joko Widodo berasal dari Surakarta. Mereka mampu menjadi figur presiden dari etnis Jawa.

Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia Aditya Perdana mengatakan, Presiden Indonesia hampir semuanya beretnis Jawa. Menurutnya, hal tersebut disebabkan dominasi pemegang suara yang berada di pulau terpadat di Indonesia ini. Alhasil, jumlah penduduk yang amat besar ini harus diwakili sosok seorang pemimpin.

"Ya faktanya pemilih sebagian besar ada di Jawa, jadi artinya ketika bicara tentang politik identitas, maka alasan itu masuk akal. Bahwa pemimpin yang berasal dari kelompok yang besar, dia harus diwakili," kata Adit.

Tak hanya etnis Jawa yang dinilai mampu menjadi pemimpin, etnis Sumatera juga bisa disandingkan. Sebut saja Moh Hatta. Wakil Presiden pertama Republik Indonesia ini berasal dari Sumatera Barat.

Pemimpin yang gemar membaca ini kerap dijuluki sebagai Bapak Pembangunan dan Bapak Koperasi Indonesia. Bung Hatta sempat mengatakan, kewajiban utama seorang pemimpin ialah membaca perasaan rakyat dan memberikan jalan kepada perasaan itu.

Seorang pemimpin harus bisa menangkap persoalan rakyat dari yang terkecil hingga terbesar. Juga mengetahui persoalan yang masih terpendam.

Lantas, bagaimana seorang pemimpin masa depan yang memiliki etnis Jawa dan Sumatera? Tentu pemimpin itu bakal menjadi sosok yang memiliki pemikiran layaknya Mohammad Hatta dan berjuang layaknya Soekarno.

Selain pemimpin di atas, tahukah kamu bahwa pemimpin beretnis Jawa dan Sumatera terdapat pada sosok Ketua DPR RI, Puan Maharani. Puan merupakan putri dari pasangan Taufiq Kiemas yang berasal dari Lampung dan Megawati Soekarno Putri yang berasal dari Yogyakarta. Perpaduan dua etnis Jawa dan Sumatera sangat kental pada Puan,

Tak hanya itu, wanita bernama lengkap Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi ini lahir dari darah keluarga politikus. Ayahnya merupakan Ketua MPR RI, sementara kakek dan ibunya merupakan mantan Presiden RI.

Sebagai salah satu keturunan Presiden RI pertama Soekarno, nama Puan Maharani juga dianggap banyak kalangan bakal menjadi penerus kepemimpinan di Partai Banteng.

Puan memilih bergelut di dunia politik sejak ia masih muda, mengikuti jejak sang ibu, Megawati Soekarnoputri. Karier politiknya dirintis dengan menjadi anggota KNPI dan menjadi kader PDI-P.

Hingga kemudian, Puan melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR RI periode 2009-2014. Puan Maharani dilantik menjadi anggota dewan pada umurnya yang ke-36 tahun. Karier politiknya mulai menanjak sejak Puan menjadi Ketua Fraksi PDIP di DPR menggantikan seniornya Tjahjo Kumolo.

Pada 2 pemilu berikutnya, Puan terpilih kembali menjadi anggota DPR RI. Kini, Puan Maharani dipercaya sebagai Ketua DPR perempuan pertama di Indonesia, dengan masa jabatan periode 2019-2024.

Kariernya di panggung politik membuat Puan Maharani kerap diberikan penghargaan. Salah satunya, mendapatkan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden Joko Widodo.

Puan berpendapat, penganugerahan tanda kehormatan yang diterimanya dapat menjadi pemacu bagi dirinya untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa, dan negara.

"Ini amanah yang harus saya sikapi dengan makin bersemangat mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara," ujar Puan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun