Untuk menyambut Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), siswa SMAN 1 Padalarang (termasuk saya) akan merubah sampah organik menjadi Eko-enzim. Hal ini sebagai peringatan penting bagi siswa untuk peduli terhadap sampah yang dihasilkan setiap tahunnya.
Saya mengumpulkan sampah yang ada di rumah seperti kulit buah dan sisa sayuran sebagai bahan pembuatan Eko-enzim. Saya lebih banyak mengumpulkan kulit jeruk agar nantinya tidak terlalu bau. Eko-enzim merupakan larutan zat organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa organik, gula, dan air.
Atiek Mariati, relawan Eko-enzim yang bertempat tinggal di Kapanewon Kalibawang, menerangkan bahwa Eko-enzim adalah cairan alam serbaguna yang merupakan hasil fermentasi dari gula, sisa buah/sayuran dan air, dengan perbandingan 1 : 3 : 10.
Eko-enzim merupakan cairan pembersih yang multifungsi, di antaranya:
- Membersihkan lantai sebagai pengganti cairan pel
- Membersihkan toilet
- Membersihkan permukaan dapur
- Membersihkan piring dan peralatan makan lainnya
- Membersihkan dan memurnikan udara
- Menyuburkan tanaman
- Mengusir hama
Karena multifungsi, Eko-enzim bisa digunakan sebagai pengganti cairan pembersih rumah tangga biasa. Dengan menggunakan Eko-enzim, kita bisa menghemat pengeluaran untuk membeli cairan pembersih yang berbeda-beda. Selain itu, karena terbuat dari bahan alami dan organik, juga bisa mengurangi penggunaan bahan kimia. Cocok untuk kita yang rentan alergi jika kontak dengan bahan kimia.
Mengapa Eko-enzim bisa digunakan sebagai pembersih organik? Dikutip dari Waste4Change, Eko-enzim memiliki kandungan alkohol dan asam asetat yang dihasilkan dari proses fermentasi. Kedua zat inilah yang berfungsi sebagai pembasmi bakteri dan kotoran.
Cairan serbaguna dengan berbagai manfaat ini ternyata sangat mudah untuk dibuat. Berikut bahan-bahan serta cara membuatnya.
Alat dan Bahan
Gunakan perbandingan bahan 1:3:10
- 100g gula merah
- 300g sampah kulit buah atau sisa sayuran
- 1 liter air
- Botol plastik atau wadah tertutup
Catatan:
- Dianjurkan menggunakan lebih banyak kulit buah-buahan dibandingkan sisa sayuran
- Gunakan kulit jeruk agar cairan Eko-enzim beraroma segar
- Jangan gunakan wadah berbahan logam karena kurang elastis
Cara Membuat:
- Tuang semua bahan ke dalam botol plastik atau wadah tertutup, kemudian campurkan gula dan air ke dalam wadah tapi tidak sampai penuh.
- Simpan di tempat yang kering dan sejuk dengan suhu dalam rumah
- Buka tutup wadah penyimpanan setiap hari pada minggu pertama untuk menghilangkan gas hasil fermentasi
- Buka tutup wadah penyimpanan setiap dua hari sekali pada minggu kedua dan ketiga
- Aduk cairan pada waktu penyimpanan satu bulan dan dua bulan
- Cairan Eko-enzim siap dipanen minimal setelah tiga bulan penyimpanan.
Lama pembuatan Eko-enzim, menurut Atiek, adalah 3 bulan di wilayah tropis, dan 6 bulan di sub-tropis. Hasil akhir berupa cairan berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar. Warna Eko-enzim bervariasi dari coklat muda hingga coklat tua, bergantung pada jenis sisa buah/sayuran dan jenis gula yang digunakan. Eko-enzim yang baik ciri-cirinya, antara lain memiliki tingkat keasaman ( pH) di bawah 4,0 dan beraroma asam segar khas fermentasi.
Pembuatan Eko-enzim ini adalah salah satu upaya dalam memanfaatkan sampah organik. Masalah sampah haruslah menjadi fokus seluruh komponen masyarakat, mulai dari pemerintah hingga kita yang setiap harinya membuang sampah. Pengelolaan sampah yang benar dapat menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkannya menjadi bahan yang berguna seperti Eko-enzim. Dengan begitu kesehatan kita juga dapat terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H