Lama pembuatan Eko-enzim, menurut Atiek, adalah 3 bulan di wilayah tropis, dan 6 bulan di sub-tropis. Hasil akhir berupa cairan berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar. Warna Eko-enzim bervariasi dari coklat muda hingga coklat tua, bergantung pada jenis sisa buah/sayuran dan jenis gula yang digunakan. Eko-enzim yang baik ciri-cirinya, antara lain memiliki tingkat keasaman ( pH) di bawah 4,0 dan beraroma asam segar khas fermentasi.
Pembuatan Eko-enzim ini adalah salah satu upaya dalam memanfaatkan sampah organik. Masalah sampah haruslah menjadi fokus seluruh komponen masyarakat, mulai dari pemerintah hingga kita yang setiap harinya membuang sampah. Pengelolaan sampah yang benar dapat menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkannya menjadi bahan yang berguna seperti Eko-enzim. Dengan begitu kesehatan kita juga dapat terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H