Mohon tunggu...
Rangga Maulana Dandiansyah
Rangga Maulana Dandiansyah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi saya bermain gitar

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Nilai Tukar Rupiah

1 Juni 2024   20:37 Diperbarui: 1 Juni 2024   20:39 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Hutang luar negeri adalah suatu bentuk bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah negara-negara maju atau badan-badan internasional kepada pemerintah negara lain untuk mendukung kegiatan pembangunan ekonomi. Hutang luar negeri dapat berupa pinjaman bilateral, multilateral, atau fasilitas kredit ekspor, komersial, sewa guna usaha, dan surat berharga negara yang diterbitkan di luar negeri dan dalam negeri.

Dampak Hutang Luar Negeri

Hutang luar negeri memiliki beberapa dampak yang perlu dipertimbangkan.

Dampak negatifnya termasuk:

1. Ketergantungan pada modal asing: Hutang luar negeri dapat membuat negara menjadi ketergantungan pada modal asing, sehingga dapat berimplikasi pada keterbatasan kemandirian ekonomi negara.

2. Pemicu meningkatnya ketergantungan: Hutang luar negeri dapat menjadi pemicu meningkatnya ketergantungan negara pada modal asing dan pembuatan utang luar negeri secara berkesinambungan.

3. Menghambat kemandirian ekonomi: Hutang luar negeri dapat menghambat tumbuhnya kemandirian ekonomi negara, serta pemicu terjadinya kontraksi belanja sosial, merosotnya kesejahteraan rakyat, dan melebarnya kesenjangan.

4. Mengintervensi negara: Lembaga keuangan multilateral diyakini telah bekerja sebagai kepanjangan tangan negara-negara Dunia Pertama pemegang saham utama mereka, untuk mengintervensi negara-negara penerima pinjaman.

5. Menyebarluaskan kapitalisme neoliberal: Hutang luar negeri diyakini telah dipakai oleh negara-negara pemberi pinjaman, terutama Amerika, sebagai sarana untuk menyebarluaskan kapitalisme neoliberal ke seluruh penjuru dunia.

Hutang luar negeri di Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi negara, tetapi juga menghadapi beberapa masalah. Berikut adalah penjelasan secara rinci mengenai hutang luar negeri di Indonesia terhadap pembangunan negara:

Sejarah dan Peran Hutang Luar Negeri

Hutang luar negeri di Indonesia telah menjadi bagian dari strategi pembiayaan pembangunan sejak zaman penjajahan. Pada masa Orde Baru, Indonesia mengandalkan hutang luar negeri untuk membiayai pembangunan ekonomi. 

Pada tahun 1997-1998, krisis ekonomi menyebabkan Indonesia mengalami ketergantungan yang tinggi terhadap hutang luar negeri, sehingga pemerintah harus membuat utang baru dari IMF untuk membiayai pemulihan ekonomi. 

Hutang luar negeri memiliki dampak yang kompleks terhadap pembangunan ekonomi Indonesia. Sisi positifnya adalah bahwa hutang luar negeri dapat membantu menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, serta membiayai pembangunan ekonomi nasional. 

Namun, sisi negatifnya adalah bahwa hutang luar negeri dapat menimbulkan beban bunga yang tinggi dan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional. Indonesia masih sangat membutuhkan bantuan dana pinjaman luar negeri untuk mendorong pembangunan di Indonesia. 

Pada tahun 2000, hutang luar negeri Indonesia mencapai 144 Miliar US Dolar dan terus meningkat hingga 353 Miliar US Dolar pada tahun 2017. Tingkat hutang luar negeri Indonesia juga telah melewati batas pinjaman yang dilihat dari rasio hutang terhadap PDB, mencapai 31.77% pada tahun 2000. Pemerintah Indonesia awalnya lebih banyak menggunakan hutang luar negeri untuk membiayai pembangunan, tetapi seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia, pinjaman luar negeri bersyarat lunak menjadi semakin terbatas diberikan. 

Oleh karena itu, pemerintah mulai menggunakan pinjaman komersial dan mendukung pinjaman swasta. Sekarang, lebih dari 40% hutang luar negeri RI dibuat oleh sektor swasta. Untuk mengatasi masalah hutang luar negeri, beberapa alternatif telah dipertimbangkan, seperti pembelian kembali hutang (buy back), pengalihan hutang dengan harga diskon ke dalam ekuitas, dan penangguhan (rescheduling) yang disertai dengan komitmen untuk membayar kembali. Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan kemampuan untuk memobilisasi modal di dalam negeri dan mengurangi hutang baru secara bertahap.

Pengaruhnya Terhadap Nilai Tukar Rupiah

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau spekulasi, ketidakstabilan ekonomi, dan tingkat penjualan.

Inflasi dapat diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga, seperti Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Biaya Hidup, Indeks Harga Produsen, dan Deflator PDB.

Inflasi memiliki dampak positif dan negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Dampak positifnya termasuk meningkatnya pendapatan pemerintah dari pajak dan meningkatnya kegiatan ekonomi, sedangkan dampak negatifnya termasuk menurunnya daya beli masyarakat dan meningkatnya biaya hidup.

Dalam sintesis, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan memiliki dampak positif dan negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi.

Pengaruh hutang luar negeri di Indonesia terhadap nilai tukar rupiah dapat dilihat dari beberapa penelitian yang dilakukan. Berikut adalah beberapa hasil yang ditemukan:

1. Pengaruh Positif: Dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Trunojoyo, ditemukan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) memiliki pengaruh positif terhadap utang luar negeri di Indonesia. Jika terjadi kenaikan kurs, maka utang luar negeri juga akan meningkat karena Indonesia membayar utang luar negeri dalam valuta asing.

2. Pengaruh Negatif: Dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Negeri Yogyakarta, ditemukan bahwa nilai tukar rupiah memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika nilai tukar melemah, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat, tetapi jika nilai tukar kuat, maka pertumbuhan ekonomi akan menurun.

3. Pengaruh pada Jangka Panjang: Dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Negeri Yogyakarta, ditemukan bahwa pengaruh hutang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia berlangsung dalam jangka panjang. Besarnya beban pembayaran utang yang harus dibayar oleh Indonesia dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

4. Pengaruh pada Cadangan Devisa: Dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Trunojoyo, ditemukan bahwa impor, nilai tukar rupiah, dan utang luar negeri berpengaruh positif terhadap cadangan devisa Indonesia dalam jangka panjang. Namun, dalam jangka pendek, impor dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh, sedangkan utang luar negeri berpengaruh positif.

5. Pengaruh pada Utang Luar Negeri: Dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Malang, ditemukan bahwa nilai tukar rupiah memiliki pengaruh positif terhadap utang luar negeri Indonesia. Jika nilai tukar rupiah naik sebesar 1%, maka utang luar negeri akan naik sebesar 0,19%. Sementara suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap utang luar negeri, dan inflasi memiliki pengaruh positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun