Jadi saya akan membahas tentang permasalahan apa saja sih yang ada di Banyuwangi, sebelumnya saya tidak ingin menjelek kan kota Banyuwangi karena saya juga orang Banyuwangi. Disini saya hanya ingin menceritakan menurut sudut pandang saya tentang permasalahan yang ada di Banyuwangi. Mari kira mulai dari beberapa aspek, seperti kemacetan di bebrapa titik, kondisi jalan yang buruk, banjir akibat alih fungsi lahan dan yang pasti tidak jauh dari kata kemiskinan.
Saya akan memulai dari kondisi jalan yang kurang baik.Beberapa jalan di Banyuwangi mengalami kerusakan yang sudah lama, dengan aspal yang terkelupas dan beberapa titik bahkan berubah menjadi genangan. Hal ini sangat berbahaya bagi pengguna jalan dan membutuhkan penanganan serius dari pemerintah. Pada tahun 2020, sebanyak 55% Â jalan di Kabupaten Banyuwangi dalam kondisi rusak. Â Memang benar hal ini nyata terjadi pada jalan jalan di Banyuwangi. Sebab saya pernah melihat beberapa korban dari ketidak layakan aspal pada jalan jalan protokol, dimana kebanyakan korbannya jatuh karena lubang lubang yang cukup dalam dan besar.Â
Ada penanganan yang dilakukan oleh bupati Banyuwangi, tetapi hal itu juga tidak sepenuhnya membuat jalan jalan menajadi bagus. Di karenakan penanganan jalannya haya sebatas menambal jalan jalan yang berlubag itu, dan malah membuat kontur pada jalan bergelombang dan tidak nayaman. Beberapa waktu yang lalu setelah pengangkatan bupati baru, ada sindiran dari warga banyuwangi yang berbunyi "jalan rayaku tak secantik bupatiku" saat pesan tersebut sampai ke bupati yang baru, beliau mengambil sikap tegas dan membenahi jalan protokol dengan utuh, jadi jalan yang mulanya bergelombang jadi mulus dan nyaman saat berkendara. Semoga kedepannya dilakukan perbaikkan jalan dengan rata.
Selamjutnya adalah masalah kemacetan. terutama di sekitar Pelabuhan Ketapang, telah menjadi masalah yang sudah biasah terjadi. Pembangunan dermaga di Pelabuhan Gilimanuk, Bali, telah menjadi salah satu penyebab kemacetan panjang di Ketapang, Banyuwangi. Hal ini mengakibatkan penumpukan kendaraan di jalan menuju pelabuhan. Saya akan mengambil contoh lain, yaitu pada kecamatan saya Genteng.Â
Di Genteng sendiri adalah jangung kota, jadi banyak pusat perbelanjaan yang ada di sana seperti mall, pasar, dan toko toko untuk kebutuh an sehari hari. Akibat dari itu adalah banyaknya jumal orang yang ke Genteng untuk belanja atau pun haya jalan jalan.Â
Ditambah lagi dengan lebar jalan yang tidak memadai dengan jumlah kendaraan yang berlalu lalang, hal ini juga di dukung oleh jalan antar profinsi, di pernuruk dengan adanya pasar yang ada pada tengah kota dan melewati jalan antar profinsi. Kemacetan tidak dapat terelak kan pada saat siang hingga sore hari, di karnakan bahu bahu jalan yang harusnya longgar malah di jadikan tempat parkir oleh orang orang di pasar, yang semestinya ada 4 lajur menjadi hanya bisa di gunakaan 2 lajur. Tidak jarang juga dengan beberapa Pak Ogah yang sok, asal memberhentikan mobil atau motor yang sedang melaju pada jalur antar profinsi secara mendadak untuk menyebrangkan orang dari pasar. Hal ini tidak pernah di tanggapi oleh DISHUB, padahal sudah banyak warga yang mengeluh dengan ini.
Lalu ada banjir akibat alihfungsi lahan. Alih fungsi lahan di Banyuwangi memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Masalah sosial ekonomi, alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian atau industri dapat mengakibatkan lahan pertanian yang sempit dan kemiskinan yang ditandai dengan pendapatan rendah. Ketidakseimbangan lingkungan, alih fungsi lahan dapat mengganggu keseimbangan lingkungan dan menyebabkan banjir bandang di dataran tinggi yang disebabkan resapan air yang kurang baik di akibatkam penabangan pohon pohon. Alih fungsi lahan pertanian mengurangi produksi pangan dan memperburuk ketidakpastian pangan masyarakat. Intinya, alih fungsi lahan di Banyuwangi dapat mengakibatkan dampak yang signifikan pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan lahan yang baik dan rutin untuk mengurangi dampak negatif dari alih fungsi lahan tersebut.
Dan yang terakhir adalah kemiskinan. Menurut data PPLS 2011 (diolah 2012), ada 163.994 jiwa penduduk miskin kategori 1 (individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10%). Pada tahun 2021, angka kemiskinan di Banyuwangi sebesar 8,07%, meningkat 0,01 persen dibandingkan tahun 2020. Sementara angka pengangguran naik. Meski begitu, Pemkab Banyuwangi melalui Bappeda juga telah memetakan beberapa wilayah yang masih memiliki angka kemiskinan yang lumayan tinggi. Dikatakan, jumlah penduduk miskin di Banyuwangi sudah turun dari 8,07% pada tahun 2021 jadi 7,51 pada tahun 2022. Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan di Banyuwangi tetap menjadi masalah yang perlu ditangani dengan serius. Pemerintah setempat telah melakukan berbagai upaya untuk dapat menurunkan angka kemiskinan, namun masih tetap ada beberapa wilayah yang memiliki angka kemiskinan yang cukup tinggi. Selain itu, lembaga pendidikan, dan lembaga keuangan masih dirasakan oleh warga kurang mampu hanya berorientasi pada keuntungan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang lebih lanjut dan terencana untuk menangani masalah kemiskinan di Banyuwangi.
Sekian dari apa yang dapan saya sampaikan pada blog ini, semua ini adalah murni dari apa yang selama ini saya lihat dan rasakan di Banyuwangi, khususnya  Genteng. Mohon maaf jika ada salah kata dari saya, sekali lagi saya tidak berniat menjelekkan pihak manapun, saya hanya menyampaikan kritik saya pada blog ini. Semoga kedepannya Banyuwangi berkembang dan tumbuh dengan baik, lancar tanpa adanya pihak yang di rugikan atau semacamnya. Sekian dari saya terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H