Mohon tunggu...
Rangga Cindraputra
Rangga Cindraputra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA

Semangat Menulis Teman-Teman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lukisan Pelangi Kehidupan Bernama Toleransi

18 November 2024   23:24 Diperbarui: 18 November 2024   23:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sambutan Pak Kyai mengawali Kegiatan Eksursi Agama/dok. pri

"Pelangi yang muncul setelah hujan adalah janji alam bahwa masa buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja"

- Windry Ramadhina. 

Pelangi merupakan sebuah fenomena yang terjadi ketika terbentuk sebuah jembatan besar di langit penuh warna-warna yang berbeda, tetapi terlihat sangat indah. Sebuah peristiwa misterius ini dianggap hal yang indah, tetapi bagaimana dengan kehidupan nyata? Apakah kehidupan bisa dibentuk seperti pelangi? 

Keunikan pelangi berada pada warna-warna yang berbeda menyatu dan muncul membentuk jembatan yang indah. Sama seperti kehidupan, kita lahir di dunia yang penuh perbedaan suku, ras, agama, dan budaya. Memang, hidup tidaklah semudah sebuah pelangi, tetapi seandainya kita dapat bersatu dan hidup harmonis dalam perbedaan maka akan membentuk sebuah lukisan hidup yang indah bernama toleransi.

Apakah lukisan hidup ini dapat terwujud? Salah satu contoh lukisan ini adalah sebuah kegiatan yang saya ikuti beberapa hari yang lalu bernama Ekskursi Agama. Kegiatan ini diadakan oleh Kolese Kanisius untuk memberikan kesempatan untuk pelajar kelas 12 merasakan kehidupan di berbagai pondok pesantren yang tersebar di Jabodetabek. Tugas para kanisian di sana adalah berdialog dan merasakan secara penuh aktivitas para santri dan santriwati di pondok pesantren. Saya kebetulan mendapatkan kesempatan berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Falah di daerah Pandeglang. 

Sebuah Perjumpaan Baru

Saya belum pernah melihat secara langsung atau berkunjung ke pondok pesantren. Awalnya saya menganggap pondok pesantren sebagai sebuah "sekolah buangan" bagi anak-anak yang tidak berkesempatan mengenyam pendidikan di sekolah swasta maupun negeri. Namun, perspektif tersebut sudah tiada hilang setelah saya berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Falah. 

Disambut dengan sekolah tanpa pagar, membuat saya sedikit cemas akan kehidupan saya 3 hari 2 malam ke depan, tetapi saya tetap harus kuat. Setelah turun dari bus, kami disambut dengan hangat oleh para pengurus pesantren. Saya dan teman-teman dikumpulkan di sebuah aula kecil untuk mengikuti acara sambutan dari Pak Kyai. Satu bagian dari pesan beliau kepada kami adalah "kehidupan di pesantren tidak enak, kalian datang di sini sebagai wujud training, bukan hanya untuk kalian, tetapi untuk kami juga". Dalam 3 hari ini, kami merasa diuji untuk bertahan dan membangun relasi-relasi baru di Pondok Pesantren Al-Falah sehingga dapat menemukan jawaban atas toleransi. 

Lingkungan Pondok Pesantren Al-Falah sangat berbeda dengan lingkungan kota yang saya biasa lihat sampai bosan. Daerah Al-Falah sangatlah terbuka, hanya ada 1 gedung besar sebagai tempat rapat para guru dan perlengkapan sekolah. Selain itu, bangunan sekolah cukup kecil, tetapi banyak dalam jumlah karena Al-Falah sangat luas. Lalu juga ada bangunan yang digunakan sebagai tempat tidur para santri atau disebut "kobong". Selama di sini, saya harus tidur melawan nyamuk setiap hari, tetapi pengalaman tidur di kobong sangatlah unik karena harus tidur bersama para santri sehingga merupakan kesempatan yang baik untuk berbincang dengan mereka. 

Sambutan Pak Kyai mengawali Kegiatan Eksursi Agama/dok. pri
Sambutan Pak Kyai mengawali Kegiatan Eksursi Agama/dok. pri

Lukisan Impian Menjadi Nyata

Satu pengalaman yang membangun sebuah harapan baru mengenai konsep toleransi di Indonesia. Ketika malam hari, salah satu acara yang kami lakukan adalah diskusi bersama. Aktivitas ini dilakukan dengan membagi kami dalam beberapa kelompok dengan para santri dan berdiskusi mengenai sebuah topik yang akan diangkat oleh Pak Ustad. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun