Tim Kode Keras, yang terdiri dari mahasiswa lintas universitas, berhasil meraih juara pertama dan penghargaan Best Social Media Exposure dalam Hackathon Nasional 2024 yang diadakan oleh MAXY Academy. Mereka menciptakan sistem IoT berbasis machine learning untuk mendeteksi hama dan mendukung pertanian modern di Desa Leuwimalang, Bogor. Meskipun menghadapi tantangan teknis dan logistik, tim ini berhasil memukau para juri dengan solusi yang relevan dan inovatif, sekaligus memanfaatkan media sosial secara kreatif untuk mendukung perjalanan kompetisi mereka. Kemenangan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berinovasi dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.Â
Surabaya, 11 Desember 2024 -- Prestasi gemilang kembali ditorehkan oleh talenta muda Indonesia dalam ajang Hackathon Nasional 2024 yang diadakan oleh MAXY Academy. Tim Kode Keras, yang terdiri dari Rizqi Kevin Octavian dari Universitas Bina Bangsa, Nabila Myisha dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, dan Halida Ery Hardani dari STMIK Sinar Nusantara, berhasil meraih juara pertama serta penghargaan Social Media Exposure dalam kompetisi yang berlangsung di Desa Leuwimalang, Bogor.Â
Cerita di Balik Kemenangan Tim Kode Keras
Kompetisi Hackathon Nasional 2024 menjadi ajang unjuk kemampuan inovasi berbasis teknologi bagi peserta dari seluruh Indonesia. Tim Kode Keras beranggotakan individu-individu dari latar belakang yang beragam, dan mereka terbentuk melalui proses seleksi acak pada hackathon tingkat awal yang diadakan di platform pembelajaran MAXY Academy. Meskipun awalnya tidak saling mengenal, mereka berhasil menciptakan sinergi yang solid dalam mengembangkan solusi teknologi untuk tantangan yang dihadapi.
Pada tahap final, peserta diberikan studi kasus nyata di Desa Leuwimalang, yang menghadapi permasalahan lahan kosong dan gangguan hama pada pertanian lokal. "Awalnya, kami hanya melakukan riset awal mengenai masalah di desa tersebut. Ketika survei lapangan dilakukan pada tahap final, kami menemukan bahwa solusi yang dirancang benar-benar relevan dengan kondisi setempat," ujar Rizqi Kevin Octavian, mahasiswa Ilmu Komputer.
Tim ini menciptakan sistem berbasis IoT (Internet of Things) yang dapat memonitor dan mendeteksi hama secara otomatis, dengan teknologi machine learning sebagai inti pemrosesan data. Sistem ini dirancang untuk memberikan data real-time yang dapat membantu petani memantau lahan mereka lebih efektif, mengurangi potensi kerugian akibat serangan hama, dan meningkatkan hasil panen secara keseluruhan.
Sukses Mengembangkan IoT
Sistem IoT yang dikembangkan oleh Tim Kode Keras memanfaatkan sensor yang dapat mengumpulkan data terkait kondisi lingkungan, seperti kelembaban tanah, suhu udara, dan keberadaan hama. Data ini diproses melalui algoritma machine learning yang memungkinkan deteksi dini terhadap ancaman hama, serta memberikan rekomendasi tindakan yang harus diambil oleh petani. Salah satu keunggulan dari sistem ini adalah fleksibilitasnya untuk diadaptasi pada berbagai jenis lahan pertanian.
Namun, pengembangan teknologi ini bukan tanpa tantangan. "Kami menghadapi masalah pada logika pemrograman dan kesesuaian dataset yang digunakan dalam machine learning," jelas Rizqi. Selain itu, perangkat keras (hardware) juga menjadi kendala. Komponen seperti sensor dan modul IoT memerlukan investasi biaya yang tidak sedikit, dan sebagian besar pembiayaan dilakukan secara mandiri oleh tim. "Kami harus benar-benar kreatif dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk mencapai hasil terbaik" tambahnya.
Sempat Grogi Saat Pitching Day
Perjalanan menuju kemenangan tidaklah mudah. Selain tantangan teknis, tekanan selama presentasi proyek (pitching day) juga menjadi ujian tersendiri. "Walaupun sempat grogi, kami mendapat feedback positif dari para juri, terutama dari Kak Stefen, yang membuat kami semakin termotivasi," ungkap Nabila, mahasiswa Sastra Inggris dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa keberagaman latar belakang dapat menjadi kekuatan dalam menyelesaikan tantangan bersama.
Pada tahap final, survei lapangan di Desa Leuwimalang memperkuat relevansi solusi yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. "Kami menemukan korelasi yang kuat antara hasil riset awal dan masalah nyata yang dihadapi oleh petani lokal," jelas Nabila. Sistem ini pun mendapat apresiasi tinggi dari para juri karena inovasinya yang menjawab kebutuhan spesifik masyarakat desa.
Sukses Bawa Pulang Penghargaan Best Social Media Exposure
Tim Kode Keras tidak hanya unggul dalam pengembangan teknologi tetapi juga dalam strategi komunikasi digital. Mereka berhasil meraih penghargaan Best Social Media Exposure berkat kreativitas dalam memanfaatkan platform media sosial. Rizqi menceritakan tentang inisiatif mereka untuk membuat konten seperti "Day in My Life" selama kompetisi. Konten ini menjadi ciri khas yang memperkuat kehadiran digital mereka. "Kami ingin menampilkan sisi unik dari perjalanan kompetisi ini melalui media sosial, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi tim kami," ungkapnya.
Konten yang mereka hasilkan berhasil menarik perhatian peserta lain dan masyarakat umum, memberikan dampak positif terhadap citra tim. Pendekatan ini menunjukkan bahwa kemampuan storytelling yang kuat dan strategi digital yang tepat dapat menjadi elemen penting dalam mendukung kesuksesan sebuah tim.