Salah satu Pantai Eksotik di Kota Bima selain Amahami, Lawata, Ni’u dan Ule,adalah Pantai Kolo. Kolo merupakan sebuah daerah yang letaknya dipesisir pantai. Kelurahan Kolo masuk ke dalam kecamatan Asakota, dengan jumlah penduduk lebih dari 3000 jiwa. Luas wilayah kelurahan ini adalah 9,25 km persegi.
Kapal – kapal laut yang hendak menuju pelabuhan Bima harus melalui perairan Kolo. Perairan Kolo merupakan satu– satunya pintu masuk menuju pelabuhan Bima. Sejak tahun 1945, Kolo telah dikenal oleh masyarakat Bima sebagai importir barang-barang dari Singapura. Dan sudah lama pula warga Kolo ini menjalin hubungan yang harmonis dengan para Cukong dan Toke di Pulau Batam maupun Singapura. Hampir setiap bulan mereka berlayar menuju Batam dan Singapura untuk membeli barang-barang seperti pakaian dan alat elektronik untuk dijual kembali di Bima. (http://pariwisatakotabima.net/index.php/kolo). Tapi Penulis disini tidak sedang membahas bisnis illegal warga Kolo yang selama ini dikenal murah meriah. Penulis mencoba mencabik-cabik sisi potensi Pantai Kolo yang tengah menjadi trendtopic pembahasan pasca lebaran beberapa hari terakhir. Tidak kurang dari 5.000 Pelancong berwisata ke PantaiKolo. Hitungan ini berdasarkan survey rekan-rekan Civitas BABUJU pada hari Minggu pagi (11/8). Sedikitnya, terdapat 328 Mobil pribadi, umum dan truck serta lebih kurang 1.320 Kendaraan Roda dua yang menuju Kolo pada pagi hari minggu pukul 09.00 – 12.00. (Titik Lokasi Survey, di jalur Puncak Songgela kelurahan Kolo).
Bisa dibayangkan, bila rata-rata dalam 1 minggu ada 250 mobil dan 1.000 motor yang mengunjungi Pantai Kolo. Disini, Pemerintah bisa menyiapkan lahan Parkir dan Toilet Umum serta Kamar Ganti diatas areal Homestay Kota yang kini terbengkalai. Anggap saja untuk Parkir Mobil Rp 5.000 per hari dikalikan 250 mobil, sedikit tidak ada 1.250.000 rupiah, belum lagi Parkir 1.000 motor dikalikan 2,000 rupiah per satu kali Parkir, setidaknya ada 2.000.000. ditambah lagi jasa Toilet umum dan Kamar ganti, rata-rata digunakan oleh 2.000 orang dalam seminggu bila dikalikan 2.000 per sekali pakai, setidaknya ada 4.000.000 rupiah. Nah, bila dikalkulasi hal itu dalam seminggu saja, setidaknya Panorama Pantai Kolo untuk PAD Kota Bima bisa menyerap hingga 10.000.000 Rupiah, atau 30 Juta rupiah dalam sebulan dan atau 360 juta rupiah dalam setahun.
Pemerintah Kota pun tidak perlu mem-Pos-kan dana APBD miliaran untuk itu, Penulis pikir dengan mengerahkan Dana CSR (Coorporate Social Responsibility) dari berbagai Perusahaan yang ‘bercokol’ di Kota Bima sangat lebih mencukupi. Seperti misalnya, CSR Provider Seluler, CSR Perusahaan Perhotelan maupun CSR beberapa Insdustri Otomotif yang ada di Kota Bima. Apalagi di sekitar pantai Kolo sedang berlangsung pembangunan PLTU dengan kapasitas cukup besar yaitu sebagai pusat suplay listrik kebutuhan Pulau Sumbawa dan Pulau Flores. Wow….!! Nah, dengan itu, pemerintah Kota Bima bisa memberi Tema “Pantai Kolo Sejuk dan Hijau”. Tarik dana-dana CSR itu untuk Menghijaukan dan Men-Sejuk-an Pantai Kolo. Sehingga semakin hari, yang berkunjung di Pantai Kolo pun semakin ramai karena semakin hari semakin tertata dan nyaman untuk dikunjungi. Bukankah Dana CSR itu adalah Dana deviden untuk Rakyat…?? Dan Rakyat butuh ruang untuk melepas lelah dan bersantai ria melepas penat bersama keluarga, Pantai Kolo adalah Sasaran yang tepat.
Bukan kah kita semua yang berkunjung ke Pantai Kolo dan sekitarnya untuk berwisata mendambakan Kenyamanan, Keamanan dan Keindahan Panorama…?? Jika ya, Ayo, kita sama-sama tantang Walikota Bima untuk menata dan Mengelola Pantai Kolo dan Baik dan tepat. Sehingga kita semua semakin BANGGA DENGAN BIMA…. Wallahualam… Pantai So Ati, 11 Agustus 2013
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI