Untuk Festival Kopi Tambora ini, Pemerintah Kabupaten Bima dan Dompu sudah melakukannya lebih dari 4 tahun terakhir. Namun kesannya selalu ‘seremonial’, tidak pernah menjadi ‘magnet’ tersendiri untuk para wisatawan maupun warga masyarakat lain layaknya ‘Festival Moyo’ di Sumbawa atau Festival Gendang Belek yang ada di Lombok. Pertanyaan saya, apakah anda yang membaca ini pernah mendengar adanya Festival Kopi Tambora yang ternyata sudah berlangsung selama 4 tahun terakhir ?? bayangkan Setiap kali Festival Kopi Tambora diadakan, Pemerintah daerah menghabiskan dana 100 – 200 juta rupiah, dan tanpa efek positif pengembangan kreatifitas dan kesejahteraan masyarakat sekitar itu.
Tapi mungkin pikiran dan gagasan kita yang ‘freedom’ beda dengan pikiran kawan-kawan kita yang lain yang terkungkung dalam sistim dan pola yang ter-koridor dalam kebiasaan yang ada. Tetapi apapun itu, mari kita nantikan perhelatan Dua Abad Tambora ini dengan Kreatifitas yang memiliki nilai jual atau dengan ‘gigit jari’ sebagai penonton yang memenuhi gelanggang saja.
===========
Kota Bima. Diambang Sore menanti lembayung senja, 6 Januari 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H