" Mengapa?" tanya bapak suatu ketika
" Sebab saya akan ajak dia berkenalan dengan lapar"
" Lalu?"Â
" lalu saya tidak akan merasa lapar lagi sebab lapar sudah lelah datang pada saya, benar tidak?" seloroh sayaÂ
Bapak tertawa, ibu juga.
                                                            **
Saya kembali menelusur ke bukit yang lain, cermat-cermat saya kais tanah gembur itu dengan pengait saya. Memang saya termasuk yang berprestasi dalam pulung-memulung, kecermatan yang saya warisi dari ibu dan keterampilan dari bapak yang cekatan.
Satu-satunya kebolehan yang saya dapat dari tempat ini. Anak-anak berseragam itu pasti tidak mampu memulung sebaik saya.
Kembali ingatan aneh kepyar dalam kepala saya, seakan saya pernah mengalami dulu-dulu; Ada seorang gadis di hadapan saya sedang mengais botol bekas. Menyatu dengan ingatan dalam kepala saya, seolah-olah saya tahu apa saja yang akan dia lakukan selanjutnya, dan tebakan saya tidak salah.
Saya seperti melihat masa depan walau singkat. Gadis itu berlaku persis seperti apa yang saya andaikan dalam kepala saya. Gerak-geriknya, caranya berjalan, kemana gadis itu menghunuskan pengait, warna rambutnya yang pirang, matanya yang cekung, badannya yang ceking dan bajunya yang cemong. Saya yakin betul pernah melihatnya, saya yakin pernah mengalami ini.
Seandainya saya bisa merogoh ingatan saya keluar seperti sebuah gulungan film bekas yang sering saya temukan. Saya akan memperlihatkan pada gadis itu dengan cara diterawang ke langit, dan berkata bahwa dialah gadis yang ada dalam lembaran film itu.
Tapi toh saya hanya menyapa dan melirik saat dia berjalan melewati saya.