Mohon tunggu...
Rangga Dwiekie Phrabaswara
Rangga Dwiekie Phrabaswara Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

Mahasiswa baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kunjungan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta ke Museum AH. Nasution, Mengkaji Peristiwa G30SPKI Melalui Sosiologi Komunikasi

16 Juli 2024   00:15 Diperbarui: 16 Juli 2024   00:45 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Jumat, 5 Juli 2024, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta melakukan kunjungan ke Museum AH. Nasution. Kunjungan ini merupakan bagian dari salah satu kegiatan mata kuliah sosiologi komunikasi yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa mengenai peristiwa sejarah nasional, khususnya G30S/PKI, serta bagaimana peristiwa tersebut dapat dikaji melalui perspektif sosiologi komunikasi.

Museum AH. Nasution, yang terletak di kawasan Menteng, Jakarta, adalah saksi bisu dari peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia. Museum ini dulunya adalah rumah dari Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, salah satu tokoh penting dalam peristiwa G30S/PKI. Mahasiswa diajak untuk melihat langsung berbagai ruangan rumah yang kini dimuseum kan yang menggambarkan malam tragis pada 30 September 1965, ketika usaha pembunuhan terhadap Nasution yang dilakukan oleh para PKI.

Dalam kunjungan ini, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk berdialog dengan Pak Royen selaku Kurator dari perwakilan museum AH. Nasution, yang memberikan penjelasan mendalam mengenai konteks dan kronologi peristiwa G30S/PKI. Melalui penjelasan ini, mahasiswa diharuskan mampu mengkaji dan dapat memahami bagaimana informasi disampaikan dan diterima oleh masyarakat pada masa itu, serta bagaimana narasi sejarah dibentuk dan dipertahankan.

Berdasarkan pandangan saya pribadi terhadap kekejaman yang dilakukan oleh PKI atas penejelasan naratif dari yang Pak Royen berikan kepada mahasiswa UMJ,  saya sangat amat prihatin terhadap kejadian berdarah tersebut karena memang sebegitu kejamnya PKI untuk mengubah ideologi bangsa kita. Mereka berniat memulai perubahan dengan melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap jenderal-jenderal kala itu.

Bahkan tiap kali Pak Royen menjelasakan tiap peristiwa dari ruangan per ruangan, mulai dari ruangan kamar tidur Jenderal AH. Nasution hingga tempat istirahat terjadinya peristiwa berdarah tragis terhadap ajudan jenderal AH. Nasution, yaitu Pierre Andries Tendean.

Saya benar-benar menela'ah dan mencoba mencerna informasi bersejarah tersebut dengan hati nasionalis saya sebagai seorang mahasiswa, saya cuman bisa kaget karena apa yang dilakukan oleh PKI benar-benar melenceng dari ideologi bangsa Indonesia.

Namun bila kita kaji peristiwa tersebut berdasarkan teori sosiologi komunikasi yang paling relevan ialah teori kultivasi. Dikarenakan teori tersebut mengemukakan bahwa paparan media yang berulang-ulang dapat membentuk persepsi jangka panjang mengenai realitas sosial. Pengaruh ini disebut "efek kultivasi". Hal yang membuat relevan ialah Ketika peristiwa G30SPKI telah menjadi Sejarah, akan tetapi pemerintah melalui kegiatan agenda rutin memutar film "Pengkhianatan G30S/PKI" yang diputar secara rutin setiap tahun merupakan contoh bagaimana pemerintah menggunakan media untuk membentuk dan memperkuat persepsi masyarakat mengenai peristiwa tersebut. Pesan yang diulang-ulang melalui media dapat mengkultivasi pandangan masyarakat sehingga mereka menerima versi sejarah yang disajikan sebagai kenyataan yang tak terbantahkan..

Singkatnya kunjungan ke Museum AH. Nasution memberikan wawasan berharga bagi mahasiswa dalam memahami hubungan antara komunikasi, sejarah, dan kekuasaan. Mereka diajak untuk kritis terhadap sumber-sumber informasi dan lebih memahami pentingnya mempelajari sebuah Sejarah di masa kini.

Dalam konteks akademik, kunjungan ini memperkuat pemahaman mahasiswa mengenai teori-teori sosiologi komunikasi, khususnya mengenai bagaimana komunikasi yang terjadi masa lampau menjadi sebuah Pelajaran untuk di masa kini dan di masa yang akan datang.

Sebagai penutup, kunjungan ini tidak hanya memberikan pengalaman edukatif tetapi juga membangkitkan rasa nasionalisme dan kesadaran sejarah bagi mahasiswa. Sangat diharapkan mahasiswa juga dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam analisis kritis terhadap isu-isu komunikasi dan sosial di masa kini, serta menjadi generasi penerus yang mampu membangun narasi yang lebih inklusif dan berimbang mengenai sejarah bangsa. Dan di akhir saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya terhadap para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun