Sebenarnya saya cukup skeptis dan pesimistis terhadap hubungan atau lebih tepatnya cara berhubungan masyarakat kita, remaja kita atau generasi sekarang. Ini terjadi karena terlalu banyak dinding di depan mata mereka sehingga mata mereka tepat berada pada permukaan dinding itu. Benar, Terlalu banyak informasi, terlalu banyak hal idealis, menyebabkan masyarakat saat ini di butakan oleh matanya sendiri. Jika pun ingin mundur, Kita tidak bisa dengan pelan begitu saja, karena akan terus di tabrakan oleh informasi, harus ada paksaan untuk itu.
Mungkin inti dari segala permasalahan di dunia ini atau khususnya tentang hubungan, adalah kebijaksanaan yang hilang. Terlalu banyak bijaksana bijaksana yang palsu dan akhirnya hanya akan menjadi kanker yang terus menggerogoti semua orang. Cinta selalu ada dalam proses, bukan sebuah hasil, dan untuk berperoses, kita perlu sebuah kebijaksanaan. Memaksakan kehendak sendiri atau keegoisan sendiri khususnya terhadap pasangan hanya akan merusak hubungan, sama hal nya seperti radio tadi. Semakin didiamkan frekuensi buruknya, maka akan merusak secara fisik ataupun mental dari radio tersebut.Â
Bagaimana cara menyelesaikan masalah ini?Â
Kunci dari penyelesaian masalah ini yang pertama adalah berasal dari diri kita sendiri. Bersikap dewasa, mengerti keburukan dan kebaikan diri kita dan mencoba lebih bijaksana secara moral dan nurani. Dengan begitu, ketika pasangan dapat menerima semua kebijaksanaan, maka akan dengan mudah frekuensi radio tersebut terhubung dan jernih. Barulah waktunya untuk berkomunikasi dan mengenal satu sama lain.Â
Dengan bermodal kebijaksanaan individu ini, maka seharusnya, pasangan dapat saling menerima satu sama lain. Dan terakhir, ketika komunikasi dan perasaan telah terhubung, maka tinggal pikirkan masa depan pasangan tersebut.Â
Karena sebenarnya, kesalahan pasangan/pacaran adalah memikirkan masa depan langsung. Menjadi keluarga lah, pernikahan lah, anak lah, rumah lah, dan warisan. Namun ini ada dalam tahap dimana segala sesuatu dari ketiga poin sebelumnya telah stabil dan bijaksana. barulah kita dapat menyikapi hal hal yang tadi.
Inti dari tulisan ini adalah, kita harus kembali kefitrah kita sebagai manusia, berpasangan, bersosial dengan baik menggunakan falsafah atau kebijaksanaan didalamnya, Dengan begitu, kita akan lebih tenang dan tidak menimbulkan kerusakan fisik atau mental dari masing masing individu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H