Selanjutnya, saya menghargai bagaimana film ini menggunakan setting, kostum, dan properti yang otentik untuk merekonstruksi suasana tahun 90-an, yang tidak hanya memperkuat pesan cerita tetapi juga menciptakan nuansa yang khas. Tema utama yang berkisar pada perjuangan reformasi dan konflik idealisme sangat menarik, mengeksplorasi dampak idealisme politik terhadap hubungan pribadi dan profesional. Film ini juga menawarkan refleksi tentang pencarian makna hidup dan identitas melalui dialog dan simbolisme yang kaya.
Dari perspektif ekstrinsik, pesan filosofis film tentang kehidupan dan pencarian diri sangat menyentuh saya. Keindahan pengambilan gambar dan atmosfer yang diciptakan menambah nilai estetika film, memperkuat pesan dan suasana yang ingin disampaikan. Penampilan luar biasa dari Jefri Nichol dan Agnes Natasya Tjie, yang berhasil menggugah emosi dan membuat karakter mereka terasa sangat nyata, juga layak mendapatkan pujian.
Sebagai penikmat film yang menghargai karya sinematik dengan latar sejarah yang kaya, saya menemukan film "AUM!" sebagai sebuah karya yang menarik dan kompleks. Film ini, yang mengambil latar belakang peristiwa reformasi 1998 di Indonesia, menawarkan lebih dari sekadar rekonstruksi sejarah; ia mengajak penonton untuk merenungkan tentang idealisme, kebebasan berekspresi, dan konflik antara status quo dengan aspirasi perubahan. Saya terkesan dengan bagaimana film ini dibuka dengan adegan yang menegangkan, menampilkan kejar-kejaran yang menggambarkan semangat berapi-api mahasiswa yang menuntut reformasi, sebuah penggambaran yang kental dengan suasana 1998.
Dari segi estetika, saya mengapresiasi bagaimana film ini berhasil mereplikasi nuansa tahun 90-an melalui penggunaan warna kekuningan dan format gambar yang tidak terlalu lebar, menciptakan suasana yang otentik dan nostalgia. Ini menunjukkan kepiawaian sutradara dalam menghidupkan kembali era tersebut, tidak hanya melalui setting dan kostum tetapi juga melalui sinematografi yang cermat.
Dalam hal akting, saya terkesan dengan penampilan Jefri Nichol dan Aksara Dena yang memerankan Satriya dan Adam. Keduanya berhasil menampilkan karakter yang berlapis dengan konflik emosional yang kuat, yang menurut saya memberikan kedalaman pada narasi. Saya juga merasa bahwa Agnes Natasya Tjie, meskipun baru pertama kali berakting, memberikan penampilan yang menawan dan menambah dinamika pada cerita.
Namun, saya juga menyadari beberapa kekurangan dalam film ini. Plot twist yang terkesan janggal dan dipaksakan mungkin dapat mengurangi keterikatan emosional penonton terhadap cerita. Saya juga merasa bahwa film ini menghadapi tantangan dalam menjaga konsistensi tone, terutama ketika beralih dari bagian pertama yang lebih serius ke bagian kedua yang lebih ringan. Ini bisa menyebabkan kebingungan dan mengganggu alur cerita.
Dari perspektif teori naratif, film "AUM!" berhasil dalam mengimplementasikan teori dramaturgi Erving Goffman, di mana setiap adegan diatur seperti dalam sebuah pertunjukan teater, dengan karakter yang memainkan 'depan' dan 'belakang' panggung. Namun, dari sudut pandang teori resepsi, film ini mungkin menantang penonton untuk terus menyesuaikan ekspektasi seiring dengan perubahan tone dan gaya narasi.
Film ini sangat direkomendasikan sebagai tontonan yang wajib, terutama bagi penggemar film yang menghargai karya sinematik dengan latar sejarah. Tidak hanya itu, namun juga perjuangan-perjuangan serta keberanian yang ditunjukkan yang membuat penonton ikut terbawa perasaan mengikuti alur. “Aum” juga merupakan sebuah refleksi yang mengajak penonton untuk merenungkan dan menghargai perjuangan yang telah dilalui, serta mengingatkan bahwa perjuangan tersebut belum selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Aum! (2021). Wikipedia bahasa Indonesia. Dibuka Maret 24, 2024, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Aum!
Asian Movie Pulse. (2023, May). Film Review: Aum! (2021) by Bambang Ipoenk K.M. https://asianmoviepulse.com/2023/05/film-review-aum-2021-by-bambang-ipoenk-k-m/