Mohon tunggu...
Randy Firmansyah
Randy Firmansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Learner

Sharing

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mengapa Sebagian Orang Sulit Berkomitmen?

5 Oktober 2024   15:15 Diperbarui: 5 Oktober 2024   15:20 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Barry Schwartz, seorang psikolog yang mengembangkan teori Paradox of Choice, memiliki terlalu banyak pilihan sering kali menyebabkan stres, kecemasan, dan rasa ketidakpuasan. Ini menjelaskan mengapa banyak orang, meskipun berada dalam hubungan yang baik, masih merasa ragu untuk berkomitmen penuh.

Kurangnya Kedewasaan Emosional: Belum Siap Memikul Tanggung Jawab

Kedewasaan emosional tidak selalu datang seiring bertambahnya usia. Seseorang mungkin memiliki pekerjaan yang mapan atau kehidupan sosial yang aktif, tetapi belum siap secara emosional untuk menanggung tanggung jawab yang datang bersama komitmen. Mereka takut untuk menghadapi tuntutan emosional, kompromi, atau konflik yang pasti ada dalam hubungan jangka panjang.

Ketidaksiapan ini sering kali terlihat dalam bentuk menghindari diskusi serius, bersikap pasif-agresif, atau tidak mau membicarakan masa depan bersama. Ini bukan berarti mereka tidak mencintai pasangannya, tetapi lebih karena mereka belum mampu mengelola kompleksitas emosi dalam hubungan serius.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki emotional intelligence rendah lebih cenderung menghindari hubungan yang serius karena mereka kesulitan mengenali dan mengekspresikan emosi mereka sendiri. Ini membuat mereka lebih mudah merasa kewalahan oleh tuntutan emosional dari hubungan jangka panjang.

Faktor Kepribadian: Ketika Kedekatan Dianggap Ancaman

Kepribadian juga berperan besar dalam menentukan kesiapan seseorang untuk berkomitmen. Misalnya, individu dengan kecenderungan kepribadian avoidant atau penghindar merasa cemas ketika hubungan mulai terlalu dekat. 

Bagi mereka, komitmen berarti kehilangan kontrol atau terjebak dalam hubungan yang membatasi kebebasan. Mereka secara tidak sadar menciptakan jarak dengan pasangannya agar tetap merasa aman.

Di sisi lain, orang yang memiliki pola pikir perfeksionis mungkin merasa tidak ada satu pun orang yang cukup baik untuk mereka. Mereka menunda komitmen karena terus-menerus mencari pasangan yang sesuai dengan daftar panjang kriteria yang mereka tetapkan.

Menurut penelitian, individu dengan kepribadian perfectionist sering kali terjebak dalam pola pikir "the one"---mencari sosok yang sempurna. Ketidakmampuan untuk menerima ketidaksempurnaan dalam pasangan menyebabkan mereka sulit berkomitmen, meskipun hubungan tersebut sebenarnya sudah sangat baik.

Kesimpulan: Komitmen Itu Proses, Bukan Tujuan

Komitmen bukan sekadar tentang janji untuk bersama, tetapi tentang kesiapan emosional dan kesediaan untuk menghadapi tantangan bersama. Jika seseorang sulit berkomitmen, mungkin itu bukan karena mereka tidak mencintaimu, tetapi karena ada ketakutan, trauma, atau ketidakdewasaan emosional yang belum teratasi. 

Memahami akar masalah ini adalah langkah pertama untuk membangun hubungan yang lebih sehat dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun