Mohon tunggu...
Randy Alvianto
Randy Alvianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang dalam proses belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelaksanaan Ibadah Haji Pada Masa Jahiliyah

4 Juni 2023   23:30 Diperbarui: 5 Juni 2023   00:22 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : PEXELS

Ibadah haji pada dasarnya sudah dilaksanakan oleh masyarakat Arab Jahiliyah sebelum kedatangan syariat Islam. Hal ini dikarenakan ajaran yang telah turun temurun diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS dan juga keturunannya. 

Sekalipun sudah bukan rahasia umum bahwa seiring dengan perkembangan zaman, mereka mulai menodai ajaran tersebut dan memodifikasinya sesuai dengan hawa nafsu mereka. Walaupun demikian, terdapat beberapa hal yang masih dipegang oleh masyarakat Arab jahiliyah dari ajaran Nabi Ibrahim AS. 

Salah satunya adalah ibadah haji. Akan tetapi, yang harus digaris bawahi adalah pelaksanaan ibadah haji pada masa jahiliyah ini sudah sangat jauh berbeda dengan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS. Hal ini dikarenakan adanya hal-hal baru dan juga penambahan unsur-unsur kesyirikan yang sama sekali tidak diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS.

Salah satu hal yang  menjadi kebiasaan bangsa Arab jahiliyah adalah mereka kerap kali mengaku masih berada pada ajaran agama Nabi Ibrahim AS yang lurus dan memegang erat ajaran tersebut. Akan tetapi kenyataannya mereka telah jauh melenceng dari ajaran tersebut hingga meninggalkan ketauhidan serta menambah hal-hal baru dalam ajaran tersebut sesuai dengan hawa nafsu mereka.

Proses pelaksanaan ibadah haji pada masa jahiliyah sudah tidak murni dari apa yang telah diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS. Hal ini karena adanya penambahan hal-hal baru dan juga kesyirikan di dalamnya. 

Haji pada masa jahiliyah kerap kali dilakukan dengan ritual-ritual yang bodoh dan tercela. Bangsa Arab pada masa jahiliyah melakukan thawaf di Ka'bah tanpa mengenakan pakaian sehelai pun. 

Hal ini dikarenakan pada masa itu hanya suku pemberani lah yang boleh mengenakan pakaian, yaitu suku Quraisy dan juga keturunannya. Mereka berkeyakinan bahwa pakaian suku lain adalah kotor, sedangkan pakaian suku Quraisy adalah pakaian yang suci. Jika suku Quraisy tidak memberikan pakaian sucinya, mereka akan melakukan thawaf dengan keadaan telanjang. Hal itu menjadi tradisi dalam ibadah haji mereka sampai Allah SWT menurunkan ayat :

"Kenakanlah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid". (Surah Al-A'raf :31).

Ada juga yang mengatakan bahwa pada masa jahiliyah penduduk di luar Tanah Suci (Mekkah) disuruh untuk tetap mengenakan pakaian ciri khas daerah asalnya sebagai penduduk yang berasal dari luar Tanah Suci (Mekkah) selagi baru datang untuk melakukan thawaf awal. 

Hal ini merupakan bentuk pembedaan kelas pada masa itu. Jika mereka tidak memiliki pakaian yang menjadi ciri khas sebagai penduduk luar Tanah Suci, maka mereka harus thawaf dalam keadaan telanjang. Hal demikian berlaku untuk laki-laki. Sedangkan bagi para wanita harus melepaskan semua pakaiannya, kecuali baju rumahnya yang longgar. Saat itu mereka berkata, "hari ini tampak sebagian atau semuanya, apa yang tidak tampak tiada diperkenakannya". Pakaian yang dikenakan penduduk luar Tanah Suci dibuang setelah melakukan thawaf awal, dan tak seorang pun boleh mengambilnya lagi. 

Imam Nawawi mengatakan, masyarakat Arab jahiliyah berthawaf dengan keadaan telanjang. Mereka menanggalkan pakaian, melemparkannya, serta membiarkan pakaiannya terinjak-injak di tanah hingga warnanya pudar. Mereka takkan mengambil kembali selamanya. 

Pada masa jahiliyah pula orang-orang Quraisy tidak melaksanakan wuquf di Arafah melainkan di Muzdalifah. Mereka berkata "Kami adalah anak keturunan Ibrahim dan penduduk Tanah Suci, penguasa Ka'bah dan penghuni Mekkah. Tak seorang pun dari bangsa Arab yang mempunyai hak dan kedudukan seperti kami". Maka dari itu mereka enggan untuk keluar dari Tanah Suci. Terkait dengan hal ini, Allah SWT menurunkan ayat :

"Kemudian bertolaklah kalian dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (Arafah)" (Surah Al-Baqarah: 199)

Hal-hal baru lainnya yang mereka kerjakan pada saat ibadah haji adalah tidak memberi makan keju dan meminta samin tatkala mereka sedang ihram. Mereka berkata, "Tidak selayaknya bagi orang-orang Quraisy untuk memberi makan keju dan meminta samin tatkala mereka sedang ihram. Mereka tidak boleh masuk Baitul-Haram dengan menggunakan kain wol dan tidak boleh berteduh di rumah-rumah pemimpin selagi mereka sedang ihram."

Mereka juga berkata, "Penduduk di luar Tanah Suci tidak boleh memakan makanan yang mereka bawa dari luar Tanah Suci ke Tanah Suci, jika kedatangan mereka itu dimaksudkan untuk berhaji dan umrah".

Selain itu mereka juga tidak memasuki rumah dari pintunya selagi dalam keadaan ihram, akan tetapi mereka membuat lubang di bagian  belakang rumah, dan dari lubang itulah mereka keluar masuk rumahnya. Mereka menganggap hal ini merupakan sesuatu yang baik.

Itulah beberapa hal-hal baru dan juga penyelewengan yang dilakukan oleh masyarakat Arab jahiliyah sebelum kedatangan Islam. Mereka memodifikasi ajaran yang telah dibawa oleh Nabi Ibrahim AS sesuai dengan hawa nafsu mereka. Perintah untuk menutup aurat saat ibadah haji disyariatkan pada tahun ke-9 H. Hingga pada saat haji wada, tepatnya pada tahun 10 H. Pada kesempatan tersebut Rasulullah SAW mengajarkan tata cara manasik haji seperti yang kita kenal hari ini dan membatalkan tata cara ibadah haji Arab Jahiliyah yang sudah menjadi kebiasaan dan mengakar dalam budaya mereka.

Wallahu a'lam.

Referensi

Al-Mubarakfuri, Shafiyyurrahman. (2008). Sirah Nabawiyah. (Kathur Suhardi, Terjemahan.) Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Kurniawan, Alhafiz. (2021). Haji dari Masa Jahiliyah ke Masa Islam. Diakses pada 04 Juni 2023, dari https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/haji-dari-masa-jahiliyah-ke-masa-islam-Y6ljz

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun