Mohon tunggu...
Randy Jullihar
Randy Jullihar Mohon Tunggu... Scientist -

A scientist, Father, Husband,Writer, Story teller, Analizer and Open minded reader

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bekantan Si Monyet Berhidung Besar

8 November 2017   16:34 Diperbarui: 8 November 2017   17:07 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mengapa kau berhenti Nasal?" Tanya Sumba keheranan

"Aku kelelahan, aku tidak sanggup berlari cepat sepertimu"Kata Nasal merasa kecewa pada dirinya sendiri
"Tidak apa-apa, kau tidak perlu memaksakan diri, biar aku saja yang mengantarkan mereka" Kata Sumba memahami Nasal
"Maafkan aku" Kata Nasal sambil menyerahkan anak tupai tersebut dan kembali menuju hutan.

Di sela perjalanan iya bertemu dengan Ibu burung merpati yang hendak pergi meninggalkan sarangnya. Itu dia, Merpati terkenal selalu tepat janji. Dia tidak pernah meleset mengantarkan pesan dari satu warga ke warga lainnya pada waktu yang tidak pernah telat pula sesuai janjinya. Mungkin aku bisa menjadi bekantan yang terkenal selalu menempati janjinya. Lalu dia memanjat pohon mendatangi Si ibu merpati tersebut.
"Ibu merpati, bolehkah aku mengikutimu mengirimkan pesan dari warga ke warga" Kata Nasal langsung mengungkapkan maksudnya
"Oh boleh saja, kebetulan banyak pesan yang harus disampaikan hari ini"Kata Ibu merpati tersenyum
"Kemana kah aku harus menyampaikan pesan nya itu bu?" TanyaNasal
"Ini, kau coba kirimkan pesan dari bu Asih Cendrawasih untuk Pak Aya Buaya di rawa hijau" kata Bu merpati menjelaskan
"Tapi akutidak tahu dimana rawa hijau itu bu" kata Nasal sedikit sedih. Lalu Ibu merpati menawarkan beberapa tempat yang lain, tetapi Nasal tidak juga mengenali tempat-tempat tersebut. Nasal memang jarang berpergian keluar hutan, sehingga tidak begitu hapal dengan daerah di luar hutan. Dengan sangat sedih Nasal mengurungkan niatnya untuk mengikuti Bu merpati mengantarkan pesan dari warga-warga hutan disana.
 

Nasal menyerah dan berniat pulang dengan perasaan yang sangat kecewa. 

"Aku tidak bisa menjadi pekerja keras seperti para berang-berang, menjadi disiplin sperti Jalu si ayam jantan, gagah dan pintar melayani seperti Sumba si kuda hitam ataupun Pintar menepati janji seperti Ibu merpati". Dia pulang dengan muka yang murung. Di perjalanan dia bertemu dengan Kakek Uya Si Kura-kura  bijaksana yang berumur puluhan tahun. Kakek tersebut menanyakan kenapa Nasal bermuka sedih seperti itu. Nasal pun menceritakan semua kepada Kakek Uya termasuk perjuangan nya untuk mendapatkan sebutan yang baik dari teman-teman nya.


"Tapi ternyata aku tidak bisa seperti mereka kek, aku akan tetap menjadi bekantan si hidung besar" Kata Nasal sambil menangis.  Kakek Uya ikut merasakan kesedihan Nasal. Kakek tersebut lalu tersenyum dan berusaha member nasehat bijaksana pada Nasal 

"Janganlah kau berbuat baik hanya untuk di sebut baik oleh teman-temanmu. Berbuat baiklah karena kau ikhlas tanpa mengaharapkan balasan apapun termasuk pujian dari mereka. Dan berbuat baiklah dengan apa yang kau bisa, yang kau mampu. Sedikit apapun perbuatan baikmua, apabila ikhlas itu akan menjadi kebaikan yang besar bagi mereka" Kata Kakek Uya

Nasal tersadarkan dengan nasehat bijaksana dari si kakek. Selama ini dia hanya berusaha berbuat baik demi mendapatkan  julukan yang baik dari teman-teman nya. Dan dia pun tidak menyadari bahwa kemampuan nya yang sangat besar bukanlah menyelam seperti berang-berang, bangun pagi seperti si Jalu, berlari seperti sumba atau mencari jalan seperti si ibu merpati. Kemampuan terbesarnya  adalah memanjat pohon dan berayun gesit dari pohon ke pohon. 

"Betul kek, aku akan menggunakan kemampuanku memanjat dan berayun diantara pohon untuk membantu siapapun yang ada disekitarku  dengan ikhlas tanpa mengharap balasan apapun termasuk pujian, terima kasih kek" Kata Nasal yang kembali bersemangat mendapatkan petuah berharga dari kakek Uya yang sangat bijaksana. Nasal pun berpamitan dan berayun kembali dengan semangat dari pohon ke pohon.

Di tengah perjalanan dia melihat anak burung pipit yang sedang belajar terbang. Dia melihat anak tersebut meloncat dan akan jatu dari pohon yang sangat tinggi. Nasal yang melihat kejadian tersebut segera berayun dan menyelamatkan burung tersebut sebelum jatuh ke tanah. Hap! Akhirnya Nasa berhasil menyelamatkan nya. Dia membawa anak pipit itu kembali ke sarang nya ke pangkuan ibunya. Ibunya sangat berterima kasih atas pertolongan
Nasal. Nasal yang berhati ikhlas kembali meneruskan perjalanan nya ke suatu tempat.

Dia menuju sungai dimana tempat berang-berang sedang membangun bendungan. Setelah sampai dia menuju berang-berang  tersebut. Setelah menyapa para berang-berang disana, Nasal bergegas memanjati pohon dan mematahkan serta membawa beberapa potongan kayu pohon-pohon tersebut. Nasal meletakan beberapa kayu tersebut di tepian sungai dan kembali lagi ke pohon terdekat untuk melakukan  hal yang sama sampai jumlah kayu yang dikumpulkan di tepi sungai sangat banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun