Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mau Hidup Sehat, Urusan Makan-Minum Kok Tetap Nekat?

6 November 2024   08:31 Diperbarui: 6 November 2024   08:50 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di mana-mana, lingkungan ibu-ibu tetangga atau tempat kerja, pasti kita sering dengar kalimat semacam 'Aduh, timbangan gue 'ampir jebol 'nih!' atau 'Kayaknya diriku harus mulai diet lagi!' dari mulut emak-emak (mungkin juga bapak-bapak) yang merasa kelebihan bobot. Lalu beramai-ramailah rekan-rekan tercinta atau mungkin juga kita menyerbu gym, berusaha ikut program diet segala rupa yang viral di TikTok, mencari suplemen atau minuman herbal pelangsing dan lain sebagainya.

Meskipun pada umumnya semua orang ingin hidup sehat, ternyata tidak semua dikaruniakan bentuk tubuh ideal seperti yang sering dipertontonkan dalam drakor, drachin hingga sinetron. Bukan hanya sekadar cantik-tampan dan sehat, ternyata masalah kelebihan berat beberapa kilogram saja seakan menjadi momok yang demikian menakutkan.

Barangkali beberapa kita akan berkata sebaliknya, "Ah, gemuk itu sehat!" atau "Saya malah ngerasa bodi terlalu kurus, ingin gemukan!" Tapi percayalah, hingga kini stereotype bangsa kita masih terpacak pada 'bayi/anak gemuk itu lucu/sehat' sedangkan 'bentuk tubuh ideal itu ya yang langsing'. Kalimat yang sering digaungkan praktisi kesehatan, "Ukuran badan/angka bukan masalah, yang penting BB ideal-sehat!" seakan tidak lagi diindahkan.

Mengingat betapa inginnya mencapai ukuran badan yang dianggap ideal itu, pertama-tama tentu saja semangat 1945, eh, 2024 bergelora. Untuk sementara nafsu makan berkurang. Usaha untuk frugal living alias hidup frugal mulai kelihatan hasilnya.

Tapi eh tapi, tiba-tiba ada makanan minuman baru nan viral di media sosial. Outletnya dekat-dekat, ada promo besar-besaran, lagi! Beli satu gratis tiga, ada cashback lima puluh persen pula. Siapa tidak jadi tergoda. Apalagi jika ditraktir, eh?

Nah, jika sudah begini, semua program diet, makan-minum sehat jadi ter-pending. Mukbang dululah! Besok aja baru mulai dietnya lagi. Belum lagi di sana gak cuma ada makanan utama rasa-rasa des-endes level sekian-sekian. Ada juga cemilan gurih renyah plus minuman manis segar ekstra jumbo biar customer merasa tambah untung. Makan gaspol, kenyang nampol. Batal deh mau nyoba frugal living, jadinya telanjur brutal living!

Bukan hanya itu masalahnya semata-mata. Kebiasaan FOMO makan-minum orang Indonesia sudah menjurus ke arah konsumtif. Padahal ingat, daya beli masyarakat Indonesia sedang menurun seiring turunnya kasta kelas menengah ke kelas bawah.

Kembali ke masalah kesehatan. Selain cita-cita mulia yang terlupakan, kita jadi lupa pada bahayanya terlalu banyak mengonsumsi lemak, garam dan gula. Hipertensi, stroke hingga diabetes diam-diam mengintai. Belum lagi obesitas dan ancaman gagal ginjal mengintai balita dan kanak-kanak akibat terlalu sering jajan es teh manis jumbo, gorengan, jajanan manis dan sebagainya.

Apakah pengenaan label gizi, harga produk yang dinaikkan atau pengenaan pajak/cukai minuman manis akan membuat calon konsumen 'kapok'? Itu juga masih tanda tanya besar bagi penulis. Selama masih memiliki uang di tangan dan keinginan yang kuat untuk membeli, penulis rasa calon konsumen tidak akan pernah jera.

Jadi, apa solusinya? Selama godaan-godaan manis gurih itu masih ada entah dalam bentuk iklan yang masif, konten kekinian di dunia maya pada umumnya dan media sosial pada khususnya, penulis rasa masih akan sangat sulit menyelaraskan antara keinginan kita semua untuk hidup sehat dengan makan-minum nekat. Yang sebenarnya dibutuhkan adalah kesadaran dan tekad kita masing-masing agar tidak terjadi ledakan-ledakan kejadian tak diharapkan di masa yang akan datang. Bijak dalam mencoba segala yang viral, tidak kebablasan jajan, berjuang keras agar kantong dan kesehatan keluarga tetap aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun