"Siapa dia,
Tak pernah dengar namanya,
Apa saja karyanya,
Di mana istimewanya?"
*
Ibarat pengamen di emper rumah makan
Kadang baru masuk sudah diusir ke bahu jalan
Dengan susah payah lagu ciptaan sendiri dilantunkan
Tiada penghargaan apalagi tepuk tangan
Minus apresiasi sorak sorai pujian
*
Beda nasib dengan biduan ternama di lapak seberang
Buka-bukaan angka saweran di pundi-pundi giur mengundang
Hasil umbar diksi hareudang
*
Prestasi sukses undang sensasi
Tebar imajinasi liar terbalut bumbu halusinasi
Hasil luruh gairah madu beraroma terasi
*
Bukan yang seperti itu jalan pilihannya
Pemanggul pena akan tetap berkarya
Tak apa jadi lentera kecil bercahaya
Tak terusik jika sebelah lebih berjaya
*
Berapa jumlah mata lewat tiada masalah
Apa ada yang sudah kenan singgah
Asal jerih payah asli sudah diunggah
*
Syukuri berapapun keping receh Rupiah
Bukan itu alasan ia masih bermegah
Asal ada satu dua hati berhasil digugah
*
Apa yang ia terus coba ungkapkan
Bukan hanya belaka jualan khayalan
Mungkin kisah sederhana atau imbauan berharap perubahan
Sebetik amanat dititipkan, tersirat dalam pesan
Semoga tak hilang ditelan zaman
Hingga terwujud impian idaman
*
Tangerang, 2 Januari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H