Rambutnya cokelat panjang, melambai-lambai tertiup angin malam yang dingin. Ia tampan, kuat, dan penuh percaya diri. Namun batinnya masih menyimpan luka lama nan tak tersembuhkan.
Di sisinya, terduduk di tepi jurang, seorang gadis yang masih terikat tali tambang. Sedari entah kapan, ia belum berhenti meneteskan air mata.
"Emily!" Ocean dan Sky seakan berlomba, berlari menuju ke sana. Namun..
"Stop, kalian hanya bisa sampai di situ!" pemuda di sebelah Emily berbalik. Di bawah siraman cahaya bulan, wajahnya cukup jelas, apalagi mata birunya yang berkilau.
Earth!
Baru kali inilah kedua Vagano berhadapan langsung dengan adik kandung mereka yang disangka telah mati atau terhilang selama 23 tahun.
Ia bukan monster mengerikan seperti apa yang semula mendiang Hannah ingin ciptakan dengan segala penyiksaan fisik yang dilakukannya. Ia sama saja seperti mereka berdua.
"Selamat ulang tahun, kakak-kakakku semua! Selamat datang dalam permainan kecil kita menyambut hari istimewa ini, dengan hadiah utama, seorang gadis muda yang kita semua sama-sama cintai." ucap Earth sedingin es dengan nada rendah.
"Earth, anakku, ketahuilah, tadi siang Hannah sudah mati. Earth, kau sudah tak punya siapa-siapa lagi yang mengontrolmu!" Lilian maju, masih berusaha agar semua ini jangan sampai terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H