Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 105: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

22 Agustus 2023   09:07 Diperbarui: 22 Agustus 2023   09:13 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zeus sudah siap untuk meraih pedang itu dan menusukkannya ke jantung gadis yang sedang dalam dekapan putra ketiganya.

Ia sudah sedari dahulu membenci Earth, benci yang ia pupuk sendiri di dalam batinnya semenjak pertama kali melihatnya lahir, sebagai ganti seorang ayah muda yang kegirangan dan terharu saat melihat putra kandungnya hadir di dunia.

Ia juga mulai beberapa saat lalu membenci Emily yang muncul entah dari mana. Selalu wanita dan wanita sumber permasalahan di dunia ini! - demikian batin Zeus sambil beringsut maju.

Tangannya yang sebagian besar masih berkuku panjang dan kuning melengkung meraih hulu 'Dangerous Attraction'. Dengan napas tertahan dicobanya untuk menarik pedang itu sekuat tenaga. Ia merasa cukup kuat untuk itu, walau usianya sudah menua.

Namun pedang itu bergeming. Sekuat apapun ia menariknya. Bersinar lemah di bawah sinar matahari yang belum lagi terik, seolah-olah mengejeknya.

'Sial betul!' - maki pria tua bersosok 'setengah monster' itu dalam hati. 'Masa' benda milikku ini sendiri, yang aku titahkan untuk tempa sebaik mungkin, yang aku asah hingga setajam mungkin, sekarang tak mau menurutiku! Bagaimana bisa Earth membawanya begitu jauh hingga kemari?'

Dalam kekesalannya, akhirnya Zeus memutuskan untuk diam saja.

Earth segera melepaskan diri dari Emily, teringat pada pedangnya, dan berbalik untuk mengambil, tepat pada saat Zeus kembali menundukkan kepala di semak-semak.

"Emily, aku butuh bantuanmu untuk membuat 'undangan ulangtahun spesial' bagi kakak-kakakku di puri. Sudah kuambil beberapa alat dari kamar Ocean!" ujarnya sambil meraih peralatan dari tas bawaan yang ia 'dapatkan' dari kamar Ocean saat menyamar dahulu.

'Apa kira-kira rencana Earth? Kuharap ia tak bermaksud buruk.' - Emily belum begitu mengerti.

"Ini," Earth mengeluarkan pena dan kertas serta sebuah botol kaca, "tuliskan pesanku kepada Ocean dan Sky. Aku tak bisa membaca dan menulis, jadi kau harus bantu aku. Tuliskan kalimat yang akan kukatakan ini, dan aku akan menyampaikan kepada mereka."

Emily ragu-ragu saat menerima semua itu, "Apa yang harus kutuliskan? Kuharap kau takkan menyakiti mereka!"

"A ha ha ha ha ha ha! Tidak, setidaknya, bukan hari ini, Sayang!" Earth tertawa setengah mengejek, "Ikuti saja apa kata-kataku dan aku yakin, demi dirimu, mereka akan hadir dalam undangan pestaku!"

Zeus terus mengawasi dari jauh. 'Earth sedang menjalankan apa yang Hannah titahkan, aku yakin! Oh ya, Hannah. Aku harus datang kepadanya sekarang juga sebelum terlambat. Walaupun ia terluka dan tak berdaya lagi, namun ia tetap saja ancaman terbesar juga bagi kedua putraku!

Sebelum entah dengan cara apa ia berhasil memunculkan putri kami yang ditinggalkannya di Evermerika, ia harus kuberi kenang-kenangan tak terlupakan lebih dahulu!

Bukankah ia mencintaiku setengah mati, menuruti titahku untuk membesarkan Earth, putraku yang tak bisa kucabut nyawanya dengan kedua tanganku sendiri? Nah, kini tugasmu sudah selesai, Hannah! Well done! Dan sudah saatnya bagi kita untuk berpisah, kali ini untuk selama-lamanya!'

Meninggalkan Earth dan Emily yang masih menuliskan pesan rahasia untuk Ocean dan Sky, Zeus kembali ke area puri secara diam-diam. Ia sadar, para pekerja kebun dan penjaga akan segera mengenali sosok asingnya dan bisa-bisa membunuhnya seketika, maka dilumurinya lagi dirinya dengan lumpur sisa hujan tadi hingga penampilannya kembali kumuh, mendekati 'mengerikan'.

Tujuannya hanya satu : paviliun tempat Hannah dirawat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun