Zeus tak ingin menjadi korban peluru anaknya lagi. Ia sudah lega karena yakin mereka, Sky atau Ocean, sama-sama bisa melindungi diri. Tak perlu diakui sebagai seorang ayah, bahkan tak ingin lagi masuk ke dalam puri sebagai seorang bangsawan.
Yang ia inginkan hanya menjalankan semua yang ia sudah rencanakan. Menyelamatkan semua putranya, penerus garis keturunannya. Serta tentu saja menyingkirkan semua yang menghalangi jalan. Kutukannya bukan sekedar isapan jempol atau gertak sambal.
Hujan mulai reda dan kabut berangsur menipis. Matahari mulai muncul di langit, sudah mulai tinggi, bercahaya lemah di langit yang masih agak kelabu.
Zeus terus menelusuri hutan yang baginya sama sekali tak menyeramkan, bahkan terasa hijau menyegarkan bagaikan Taman Eden. Sesekali dilihatnya buah beri segar, yang ia petik dan makan dengan nikmatnya tanpa peduli apakah buah itu beracun atau tidak. Ia sudah kebal dengan segala jenis makanan berbahaya, beracun maupun yang dianggap menjijikkan bagi manusia biasa.
Hingga ia menemukan dua sosok lain lagi, yang segera menghentikan langkahnya dan kembali bersembunyi di balik pepohonan besar berbatang basah.
'Siapa-siapa lagi di sana itu? Aku tahu yang satu itu pasti salah satu putraku juga. Tapi siapa gadis itu?
Kurasa aku pernah melihatnya, di Lorong Bawah Tanah?
Apakah ia belum lama muncul di pulau ini sebagai tamu yang tak diundang?'
Zeus merasakan firasat aneh yang mulai merayapinya, bagai dendam lama yang mulai membara lagi.
'Gadis itu seorang pengacau skenarioku, bukan bagian dari kutukan angka tigaku!
Aku harus tahu apa yang salah satu putraku itu lakukan bersama dia.'
Ya, Zeus tak sengaja telah melihat 'pasangan' Emily dan Earth yang masih bersama-sama. Bukan, atau belum karena cinta.
Emily memang tak bisa pergi begitu saja dari Earth. Ia tahu, pemuda itu 'menguasainya' baik karena ia masih memegang pedang itu maupun karena ia telah menjanjikan diri.
"Emily, Â aku mendapatkan ide baik untuk merayakan ulangtahun Ocean, Sky dan aku besok. Aku harus melakukan ini!"
"Bukankah kau berjanji padaku untuk tak mengapa-apakan mereka?"
"Ya, tapi hingga saat ini pun kau belum mau aku sentuh lagi!" gusar Earth. "Kesabaranku pun ada batasnya. Kau belum mau menikah denganku 'kan?"
"Untuk menikah itu perlu saksi dan juga perlu cinta. Kau harus menunjukkan cintamu dan aku juga harus mencintaimu, Earth!"
Zeus dalam persembunyiannya seketika terhenyak mendengarkan nama itu.
'Earth? Dia putra ketigaku yang terkutuk itu?'
"Kita tak membutuhkan saksi! Dengan jatuhnya pedang terkutuk itu dalam genggamanku, sudah membuktikan bahwa akulah Vagano yang terpilih untuk mendapatkan apapun yang kuinginkan, termasuk dirimu!" Earth mendekat, lalu meraih dagu dan mencium bibir Emily, setelah mengatakan, "Kau akan jatuh cinta lagi dan lagi kepadaku, karena akulah yang menyelamatkanmu berkali-kali, sementara Ocean hanya satu kali saja! Kau harusnya mati di Lorong Bawah Tanah dan di hutan ini, namun karena kuselamatkan, kau berutang nyawa kepadaku dua kali!"
'Emily,' - ucap Zeus dalam hati. 'Earth, kau lagi-lagi membuatku marah! Dulu kau bunuh istriku dengan kelahiranmu, dan kini gadis ini kau perebutkan dengan Ocean kakak sulungmu? Tak boleh begitu! Gadis ini juga harus disingkirkan! Pedang, pedang itu.... itukah pedangku? Ya... itu dia!'
Zeus menatap tajam 'Dangerous Attraction' yang tertancap di tanah, sedang tak dalam pengawasan Earth yang masih asyik bermesraan dengan 'gadis yang tak dikenal' yang ia diam-diam mulai benci...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI