Jauh di kedalaman labirin Lorong Bawah Tanah, Hannah yang berwajah hancur secara tak sengaja bertemu dengan Lilian, mantan sahabatnya yang sedang turun mencari jawaban atas segala pertanyaan. Namun kemunculan Hannah yang 'dibuang' Sky di sana  mengejutkannya.
Nostalgia masa lalu mereka tak pernah bisa mengembalikan kehangatan sebuah persahabatan. Lilian yang sudah menjadi dokter dan memutuskan untuk mengabdikan ilmu dan dirinya kepada keluarga Vagano dan semua orang yang bekerja dan tinggal di pulau itu, mulai membuat Hannah kehilangan rasa. Menjadi semakin muak, dan semakin menjadi-jadi saat Florence akhirnya mengandung anak pertamanya. Lilian yang menolong keluarga itu tak pernah mengindahkan keberatan Hannah, lagipula sebagai dokter, sudah kewajiban luhurnya untuk mengabdi pada siapa saja tanpa memandang perasaan.
Dan puncaknya adalah saat kelahiran ketiga putra kembar dimana Florence harus pergi untuk selama-lamanya dan Zeus mulai berubah pahit, menyalahkan semua orang termasuk sang putra ketiga, bahkan Lilian pun tak bisa menghibur hatinya. Berbeda dengan Hannah, yang bersorak gembira dalam hati.
Kini keduanya saling berhadap-hadapan di tempat tak terduga, memikirkan langkah selanjutnya.
Hannah masih sangat ingin segera maju mencekik Lilian. Apabila Lilian mati di sini hari ini, semua penghalang akan berakhir. Dan beberapa hari lagi, dengan atau tanpa Earth, aku akan menghabisi Ocean dan Sky dengan pedang itu atau apapun yang ada padaku.
Lilian juga bersiap-siap untuk pergi. Aku tak ada urusan dengan Hannah lagi. Aku tak mungkin lagi bisa memperbaiki semua dengannya. Persahabatan kami memang harus  musnah, bukan karena persaingan cinta, juga bukan karena aku memihak siapa-siapa. Ia yang menolak untuk memahamiku, walau sudah kubuktikan rasa persahabatanku dengan mengikutinya ke pulau ini.
"Maafkan aku, Lilian. Aku tahu kau takkan pernah mengerti rasa sakit hati dan dendamku. Jadi agar kau tak lagi jadi penghalang semua niatku, sebaiknya kau susul saja Florence hari ini!"
Hannah bergerak maju ke depan menerkam Lilian yang belum sempat lagi melangkah atau berbalik pergi.
Kedua wanita setengah baya itu langsung terjatuh ke atas lantai Lorong Bawah Tanah yang berlumpur, saling tindih dan bergulat di atasnya.
Lilian berusaha mati-matian untuk menghindari tangan-tangan tremor Hannah yang berusaha keras mengarah ke lehernya, bahkan senter yang berada di bandananya tergeser dan nyaris jatuh.
"Apa yang kau lakukan, Hannah? Lepaskanlah aku! Aku ingin membuktikan keberadaan Zeus, bukan mencari masalah denganmu!" ucapnya dengan susah payah.
Namun Hannah tentu saja tak mau melepaskannya, dan kedua tangannya masih cukup kuat untuk mulai meraih leher Lilian, yang megap-megap sambil masih coba menolak, memegang erat kedua pergelangan tangan sahabatnya.
"Ingat, kau membantu istri mantan kekasihku! Kau lebih memilih menolong mati-matian wanita yang sahabatmu benci daripada sahabatmu sendiri!" Hannah semakin mantap, yakin kali ini, di tempat sesepi ini, takkan ada siapapun yang akan menolong Lilian seperti Earth waktu itu.
"Salah besar!"
Kedua wanita itu terkejut. Sesuatu tetiba hadir di antara mereka, sosok gelap hitam kehijauan yang wajahnya samar-samar tampak di bawah sorotan lampu senter Lilian.
"Hah.. siapa di sana?" hampir bersamaan Lilian dan Hannah berhenti bergumul.
"Kita reuni lagi, Ladies. Aku sudah begitu lama tak bicara hingga suaraku sudah hampir hilang dan lupa pada perbendaharaan kata dan bahasa. Hannah, terima kasih atas segalanya. Aku masih bertahan hidup di sini hingga hari ini semua karena kau!"
Suara kering serak lelaki setengah baya dari masa lalu itu sangat mereka kenal. Zeus!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H