Memang bisa saja aku langsung membunuh anak domba itu seperti penjaga malam yang dulu kuhabisi. Emily cuma gadis lemah yang tak berdaya. Beberapa kali ia nyaris mati, jadi bagiku memetik nyawanya bukan masalah besar sama sekali. Apalagi bila ia sedang berkeliaran sendiri seperti kebiasaannya. Namun entah mengapa, kurasa hal itu terlalu enak baginya. Ia tak boleh mati dengan begitu mudah.
Setelah semua urusanku dengan Kembar Vagano selesai, barulah akan kuhabisi gadis itu sedikit demi sedikit. Pertama-tama tentu pemuda mana yang paling dia suka atau cintai. Lalu dirinya sendiri boleh ikut menyusul. Dengan cara apa? Tentu saja sesuka hatiku. Menyiksa Earth habis-habisan dan bahkan mencabut nyawa dengan pisau dapur saja sudah pernah kulakukan, tangan tremorku sudah berlumur darah. Tak ada dosa yang perlu kutakuti, takkan ada penyesalan!
Aku masih larut dalam rencana indah yang kususun saat di luar pintu kamarku terjadi keributan. Seperti ada suara pertengkaran. Aku yang tak berdaya, hanya bisa mendengarkan beberapa pukulan dan erangan.
Lalu pintu kamarku didobrak, terbuka dengan keras.
Salah satu Kembar Vagano masuk. Dalam kegelapan malam, aku tak bisa melihat siapa dia.
"Hannah, kau harus ikut denganku!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H