Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 83: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

31 Juli 2023   09:41 Diperbarui: 31 Juli 2023   09:43 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Point-of-view Earth Vagano beberapa saat sebelumnya:)

'Malam itu aku tak pulang ke manapun, karena kini aku tak punya tempat untuk berteduh. Dan aku sungguh tak tahu lagi siapa yang bisa kupercaya. Untuk kembali ke paviliun yang ditempati Lilian juga tentunya masih sangat riskan karena aku yakin sekali, banyak penjaga di sana yang sedang mencari Ocean yang entah sudah ditemukan atau sudah kembali ke puri.

Aku tak boleh gegabah, walau aku sangat ingin kembali menemui Emily.

Namun suasana area puri begitu sepi menjelang tengah malam. Walaupun dikelilingi banyak penjaga, puri yang dikelilingi banyak pepohonan tua tinggi rimbun dan pagar hidup ini tidaklah begitu sukar untuk ditembus. Keahlianku dari dulu adalah bersembunyi di balik bayang-bayang dan menyatu sempurna dengan setiap semak, lekuk pohon berkulit kasar dan tembok bebatuan kusam.

Aku bertekad akan mengambil kembali Pedang Terkutuk itu dan menyimpannya baik-baik, sebab waktunya beraksi akan segera tiba.

Sekarang bukan cuma masalah 'dendam' atau apapun yang Si Tua Hannah tanamkan kepadaku sejak dahulu kala. Bukan cuma masalah ketidakadilan yang kualami karena dianggap anak pembunuh ibu kandungnya sendiri. Namun karena Emily yang masih belum bisa sepenuhnya kumiliki karena kakak sulungku masih ada dalam hati dan pikirannya.

Dalam pengembaraanku mencari celah masuk ke dalam puri, tetiba aku mendengar suara piano yang aku tahu berasal dari mana.

Baca juga: Words

Itu sudah pasti Ocean.

Namun hari ini ia tak memainkan lagu klasik yang merdu. Ia memainkan nada asal-asalan saja, seolah-olah sesuatu sedang mengganggu pikirannya. Dan tiba-tiba saja sepertinya sesuatu terjatuh dengan keras ke atas alat musik yang sedang ia mainkan itu.

BRANG!

Nada-nada berhamburan itu cukup mengejutkan, bahkan bagiku yang sedang berada jauh di luar untuk mendekat.

Dan kudengarkan apa yang terjadi dari balik jendela kaca yang tertutup tirai tebal.

Suara percakapan Ocean dengan seorang wanita, yang aku yakini itu Emily. Aku tadinya ingin langsung memecahkan kaca ini dan memisahkan mereka berdua. Tapi, mendengar bahwa mereka bukannya sedang bercakap-cakap dengan baik, aku urungkan niatku dan mendengarkan dengan telinga tertempel di kaca.

"Jangan, Ocean, please..." suara Emily lirih, lalu terjatuh ke atas sesuatu yang kurasa piano Ocean.

Lalu lama, tak ada dialog apapun, hanya beberapa bunyi yang aku tak yakin suara apa karena lemah. Tapi justru keheningan itu membuatku curiga dengan apa yang sedang terjadi pada Emily.

"Emily?" panggilku sambil mengetuk, atau mungkin menggedor-gedor kaca jendela.

Namun aku sadar, spontanitas itu hanya membuat Ocean sadar akan kehadiran seseorang di sini. Bodoh!

Segera aku menyelinap di balik sebuah pohon terdekat. Tepat sebelum pemuda itu membuka kaca jendela dari dalam dan menodongkan semacam senjata laras panjang keluar.

Aku pun tambah yakin, antara Ocean dan Emily baru saja, akan, atau telah terjadi sesuatu!

Jantungku berdebar cepat, menunggu akankah Ocean keluar dari jendela itu dan mencariku hingga ketemu.

Ternyata tidak. Ia hanya sebentar saja bertahan dalam posisi itu lalu masuk kembali, langsung mengunci jendela dan menutup tirai.

Kurasa akan sulit untukku bertemu lagi dengan Emily selama masih ada Ocean.

Umur kalian hanya beberapa hari lagi, wahai kembar-kembarku yang merasa diri beruntung! Kalian yang selama hampir 23 tahun hidup dalam kenyamanan!

Aku harus segera memperoleh Dangerous Attraction kembali. Pedang Terkutuk itu milikku. Ditempa hanya untukku!'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun