Malam itu juga, Emily yang belum dapat tidur karena masih memikirkan nasib  Earth dan bertanya-tanya dalam hati dimana ia berada sekarang, tiba-tiba saja 'mendapatkan undangan' dari Ocean untuk menemuinya di ruang pertunjukan atau aula tempat mereka dulu bermain piano bersama-sama.
Emily biasanya merasa senang dan berdebar-debar bila Ocean menaruh perhatian khusus padanya, namun entah mengapa, setelah beberapa kejadian yang secara tak disengaja mendekatkannya dengan Earth, ia malah menjadi ragu-ragu dan malu sendiri pada Ocean semenjak pertemuan mereka kembali di hutan tadi siang.
Seakan-akan Ocean kini pun telah tahu segala yang terjadi dan akan marah besar karena Emily tak mau jujur bila ia sudah mengetahui sesuatu yang penting. Seolah Emily telah menutup-nutupi sebuah dusta besar.
"Aku di sini."
Ocean belum berkata apa-apa, ia hanya menunduk dalam-dalam memainkan pianonya seperti malam itu, hanya saja entah lagu apa, Emily tak tahu. Iramanya sedikit kacau dan juga terdengar tak merdu. Begitu asal-asalan dan ruwet.
"Ocean, kau marah kepadaku?"
BRANG!
Pemuda itu tiba-tiba menjauhkan kedua tangannya ke atas tuts piano, nada-nada tak jelas mengejutkan seperti sesuatu jatuh terbanting di atasnya menyentakkan Emily hingga ke relung jiwa terdalam.
"Ocean... apakah aku mengejutkanmu?"
Pemuda itu lama terdiam. Tak seperti biasanya. Â "Aku selalu berusaha untuk sabar, tenang dan bersikap bijaksana. Namun kau diam-diam mengetahui sesuatu yang kami belum ketahui dan bahkan membawa dia masuk ke dalam puri ini. Siapa dia, Em? Siapa?"