1. Tidak banyak diksi dan kosakata yang bisa ia kuasai. Mungkin saja ia masih bisa menulis lancar sekali, berpuluh judul, bahkan dengan jumlah kata yang melimpah ruah hingga belasan ribu sehari, akan tetapi sesungguhnya ia hanya akan mengulang kata-kata yang hanya mengundang klik atau hanya membahas topik itu-itu saja. Diksi dan kosakata tidak perlu aneh-aneh atau nyastra, paling tidak ada variasi atau tingkatan tertentu yang bisa dikembangkan dengan gaya penulisan masing-masing.
2. Pengetahuan umumnya tidak akan pernah berkembang. Walaupun sudah lulus sekolah atau kuliah hingga tingkat tertinggi sekalipun, penulis seyogyanya tetap membaca sesuai bidang yang diminatinya. Membaca sebelum menulis ibarat mencicipi aneka bumbu dan bahan masakan sebelum memasak. Pastinya akan jauh lebih sreg sehingga rasa masakan (tulisan) menjadi nikmat.
3. Rentan akan berbagai misinformasi dan kesalahan, khususnya yang berhubungan dengan latar belakang penulisan. Dalam kata lain, penulis yang tidak suka membaca akan menjadi kudet (kurang update).
Nah, setelah membaca opini ini, apakah Anda sudah termasuk penulis yang juga seorang pembaca atau malah masih termasuk penulis yang tidak suka membaca?
Mampir membaca ke karya-karya penulis yang tulisannya Anda sukai atau membeli buku karyanya tidak akan pernah merugikan Anda. Semoga terinspirasi, semoga bermanfaat dan salam literasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI