Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 70: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

20 Juli 2023   11:15 Diperbarui: 20 Juli 2023   11:16 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingin sekali ia datang lagi dan lagi mengulangi itu, cinta atau tak cinta, bermasa depan atau tak ada tujuan, semuanya seakan tak lagi penting.

Aku hanya ingin memiliki dan dimiliki. Tak ingin diikat-ikat, namun juga tak ingin bersendiri lagi. Aku harus bisa memiliki mereka, semuanya...'

***

(Point-of-view Sky Vagano:)

'Heran, Emily tiba-tiba kembali entah darimana bersama dengan kakakku yang tadi turun bersamaku ke Lorong Bawah Tanah. Aku saja kembali ke atas dengan begitu susah payah setelah berhasil menemukan tali pemandu yang kami ulurkan, ternyata Ocean sudah berhasil duluan. Dan Emily menemukan Pedang Terkutuk entah dari tangan siapa, sungguh mencurigakan. Berarti pencurinya tak jauh-jauh dari sini. Mungkinkah Hannah pelaku tunggalnya, bilapun begitu, bagaimana mungkin Emily bisa membawa benda berat itu kembali sedemikian cepatnya?

Dalam gundahku, setelah aku mandi dan berganti pakaian tidur, kusetel kembali rekaman video Lorong Bawah Tanah sedari aku-Ocean datang hingga berpapasan dengan makhluk aneh yang mengejutkan dan menakutkan itu.

Betulkah bukan monster?

Ya. Dalam cahaya senter-senter kami yang saat itu masih cukup terang, sosok itu memang kelam hitam bagai tertutup lumpur dan lumut, tapi jelas-jelas, ia juga manusia biasa.

Seseorang yang kami pernah lihat lukisan potretnya di museum keluarga kami.

Ayah?'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun