Begitu tersadar pada sebetik fakta itu, Emily seperti berada pada titik yang paling berat dalam hidupnya, antara kenyataan yang coba disangkalnya hingga apa yang memang ia sudah tunggu-tunggu, berjumpa dengan sosok kembar ketiga yang selama ini menghantuinya.
"Kau... Earth?"
"Begitulah Lilian memanggil namaku." ucap pemuda yang belum menunjukkan wajah di hadapan gadis yang masih begitu takjub sekaligus ketakutan, malu dan penasaran sekaligus.
"Kita berjumpa lagi." Earth memiliki suara yang hampir sama dengan Ocean dan Sky, namun sedikit lebih parau dan juga sedih. Senyumnya hampir sama seperti senyum Ocean.
Emily dalam penasarannya segera maju ke depan walau kakinya masih sedikit sakit, dan menyingkap tudung yang menutupi wajah Earth.
"Astaga." ia terpana. Sangat amat mirip dengan kedua kakaknya, hanya Earth masih begitu kurus dan tirus dengan sedikit lingkaran hitam di bawah lingkaran matanya yang biru.
"Aku jelek sekali bukan?" Earth memegang tangan Emily yang sangat kontras dengan tangannya yang kasar tak terawat.
"Tidak. Kau sama persis seperti mereka. Dan kau masih hidup."
"Aku bertahan. Aku hampir mati berkali-kali, namun aku ditakdirkan untuk hidup demi membalaskan dendam kepada mereka."
"Dendam siapa? Dendam yang berasal dari dirimu sendiri?"