Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 53: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

12 Juli 2023   16:41 Diperbarui: 12 Juli 2023   16:43 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit lebih lama, lewat tengah malam menjelang fajar, Ocean pun tiba kembali di area puri Vagano bersama kedua wanita tua yang ia dudukkan di atas kudanya. Lilian sang dokter setibanya di istal langsung sibuk menangani kuda milik Sky yang terluka parah sekaligus Hannah yang kondisi luka bakarnya sangat kritis dan memprihatinkan.

"Emily! Sky!" pemuda itu buru-buru ke puri mencari kembarannya dan juga gadis yang ia suka, yang ia harap sedang menunggunya. Tapi lounge kosong melompong.

"Hah, kemana mereka pergi? Semoga tak terjadi hal-hal buruk." Ocean bingung, dan dalam renungannya saat memikirkan apa yang sebaiknya ia lakukan saat ini, terdengar sayup-sayup raungan dari Lorong Bawah Tanah. Sudah beberapa hari ini begitu jelas seakan-akan semakin dekat.

Sementara itu, di suatu tempat di Lorong Bawah Tanah...

Sky sudah berada di sana sendirian di tengah malam kelam, hanya berteman sebuah senter besar nan terang yang disematkan di bandana kepala seperti pekerja proyek, memakai masker hitam dan juga tali yang ia persiapkan sebagai pemandu jalan keluar nanti.

Di bahunya tersandang sebuah senapan dengan peluru lengkap dan siap tembak.

Ini sebetulnya sangat keren, seperti dalam permainan game video berjudul 'Bukit Sunyi' atau 'Penghuni Residen yang Jahat'. Tapi bedanya, tak ada yang namanya nyawa cadangan atau kesempatan kedua.

Ia terus berjalan perlahan-lahan menuju sumber suara raungan.
Yang tak seberapa jauh dari tempatnya kini berada.

Seseorang dalam kegelapan yang bahkan tak disadari oleh Hannah selama ini.

Ia tetap ada, walaupun dulu Hannah menjebloskannya kemari dengan harapan ia akan segera mati. Seperti yang wanita itu beritakan kepada semua orang di atas sana.

Tak seperti Earth yang bernasib malang, sosok ini bahkan diperlakukan bukan lagi seperti binatang. Bahkan dianggap tak pernah ada.

Tapi tidak, ia tak mati. Atau tepatnya, ia belum mati.

Zeus Vagano, sama seperti sosok orang yang kehilangan akal sehat pada umumnya, malah bertahan hidup lebih lama daripada orang-orang sehat dan waras pada umumnya. Jika Earth baru belakangan ini bisa terlepas saat kedatangan Emily, terkurung lagi untuk sementara hingga dibebaskan lagi oleh Hannah jelang 'Rencana Besar'-nya itu, tidak dengan sang ayah.

Zeus yang dicampakkan kembali oleh Hannah, tentunya sepengetahuan Lilian tapi tak berani buka mulut hingga kini, masih hidup di sana! Ia bebas sedari dahulu. Tak ada rantai, belenggu, apalagi pasungan. Makanya ia tak pernah meraung kesakitan atau mencoba melepaskan diri.

Sebab ia memang lepas bebas. Semua hal ia tahu, termasuk Hannah dan kunjungan hariannya ke kurungan Earth.

Hanya saja, ia belum ingin keluar lagi kemana-mana. Ia selama hampir dua puluh tiga tahun betah-betah saja makan tikus atau minum air kotor di Lorong Bawah Tanah.
Bahkan ia tahu bila Hannah 'menuruti permintaannya' untuk mengasuh anak-anaknya dengan 'baik' kecuali Earth yang ia sangat benci dan kutuki.

Zeus yang tumbuh seperti makhluk kegelapan yang tak kasat mata itu meraung-raung karena ia sadar, masanya keluar hampir tiba.

Ia saat menyadari jika sosok Earth sudah tak ada lagi di kurungannya, maka ia dalam semua kegilaannya kembali bergairah untuk ikut terjun mewujudkan kutukan.

"Aku belum mati, Hannah! Aku akan membalaskan semua kepadamu, lalu membunuh putra pembunuh ibunya sendiri, lalu barulah aku akan mati dengan tenang di puri ini secara terhormat!" - itulah pemikiran waras yang masih mengendap di alam sadar sang Bangsawan tua.

Merasa gembira, Zeus meraung lagi tanpa kata-kata.

'Hah.... ?'
Sky terhenyak. Senapannya segera ia siagakan, sementara jantungnya berdegup begitu kencang hingga bisa terdengar olehnya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun