Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 48: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

11 Juli 2023   07:58 Diperbarui: 11 Juli 2023   08:00 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

"Jadi, Hannah menghilang dan sekarang, kita tahu bahwa adik atau ayah kita sebenarnya masih ada walau entah berada di mana?"
Ocean yang telah bersih kembali duduk bersama Sky dan Emily di lounge. Mereka ingin mencari Hannah lagi karena sudah mulai ada titik terang bila ialah kunci sekaligus pelaku pembunuhan pertama, walau barang bukti belum ditemukan.

"Kurasa Hannah bersembunyi bersama pedang itu. Mungkin ia menunggu saat yang tepat untuk keluar dan membunuh kita semua." Sky yang imajinasinya sering liar bermaksud bercanda, tapi memang terdengar tak lucu, malah menakutkan sekaligus bisa saja jadi kenyataan.

"Ayah kita mungkin juga masih ada, atau memang makamnya bukan di situ."  tambah Ocean, suram. "Besok aku akan mendatangi Lilian lagi. Tadi sebenarnya aku agak curiga. Hanya saja daripada menghabiskan waktu mencari yang tak jelas, lebih baik kubuktikan sendiri hal yang membuatku penasaran. Benar, tubuh ayah kita tak ada di makamnya. Ia mungkin dibunuh di tempat lain atau kemungkinan besar masih hidup."

"Suara yang kami dengar di Lorong Bawah Tanah!" Sky mendadak teringat. "Ada sesuatu atau seseorang di bawah sana! Aku yakin itu bukan ilusi, hantu, monster atau semacamnya."

"Kalian tadi ke sana?" reaksi Ocean sepertinya kurang senang. "Tempat itu berbahaya! Kau sudah melanggar perintahku sebagai kakak!" nada suaranya yang biasanya tenang kali ini berubah gusar.

"Bila bukan kita sendiri, siapa lagi yang bisa memecahkan masalah ini?" Sky mulai panas hati. "Buktinya kami tak apa-apa, hanya sedikit kotor dan kebauan saja. Toh, kami bisa kembali dengan selamat!"

"Emily kau ajak juga? Dia bisa terluka!" Ocean mendekati adiknya dan menggenggam erat kerah t-shirt Sky.

"Hei, jangan bertengkar. Ocean, Sky!" Emily mulai khawatir.

"Terserah kau saja, Sky. Aku ingin memecahkan masalah ini dengan caraku sendiri, kau jalan saja sendiri!" Ocean berdiri, menyambar jaketnya dan berlalu.

"Eh, kau mau kemana malam-malam begini?" Emily berlari mencegat si pemuda tampan berambut panjang itu. "Kau pasti sangat lelah, juga baru saja bebersih dan makan malam. Sangat berbahaya keluar sendiri malam-malam begini! Hannah bisa saja berada di luar sana..."

Ocean tersenyum. Tanpa siapapun menduga, tiba-tiba ditariknya wajah Emily mendekat dan memeluk serta mencium bibirnya sekilas.

Ehhhh? Emily merona.

"Jangan khawatir, aku hanya akan berkuda sebentar di tepi pantai sambil merenungkan apa yang harus kita lakukan selanjutnya." Ocean menyahut dengan suara kecil.

"Aku ikut!"

"Jangan! Sebab sangat berbahaya untukmu, lebih baik berada di puri dengan penjagaan diperketat agar Hannah tak bisa masuk dan juga siapapun yang membantunya. Sepulang berjalan-jalan aku akan singgah di mercu suar Lilian lagi. Doakan saja aku, ya. Bye."

"Hati-hati."

Ocean segera melepaskan Emily. Lalu ia menghilang di balik pintu lounge, keluar menuju istal.

"Huh, sana, pergi saja!" Sky mendadak ngambek. "Pakai cium-ciuman segala, dasar playboy!"

"Sudahlah, kakakmu cuma sedang cemas saja. Dia butuh sedikit waktu dan ketenangan. Semoga saja ia baik-baik saja dan selalu berhati-hati." Emily hanya bisa pasrah.

***

(point-of-view Earth Vagano:)

'Aku tak habis pikir mengapa Hannah bisa begitu membenci aku dan kedua saudaraku. Ayahku mungkin orang yang jahat. Tapi ibuku? Aku tahu sedikit-sedikit sekarang, kehadiranku di dunia ini tak dikehendaki.

Pedang yang Hannah sebutkan itu sebenarnya sering ia sebutkan sewaktu aku masih disekapnya di kandangku yang bau.

'Makhluk Terkutuk, gunakan pedang itu nanti! Aku mengajarkanmu cara menggunakannya agar kau siap menghadapi hari pembebasanmu!'

Kadang ia membawakanku pedang-pedangan dari kayu tipis yang tak tajam. Ia menyuruhku 'latihan' agar kelak bisa menghujamkan ujung benda itu ke jantung Ocean dan Sky.

'Setelah melakukannya kau akan bebas. Kau akan menjadi yang nomor satu. Kau akan melihat matahari. Hidupmu akan kukembalikan kepadamu!'

Namun janji tinggal janji. Si Tua Hannah tak benar-benar tulus mengasihiku. Ia hanya memeliharaku untuk membalaskan dendamnya!

Tapi, benarkah siapa yang memegang atau memiliki pedang itu akan membunuh siapapun yang ia temui, termasuk mereka yang kepadanya ia menaruh dendam? Haruskah aku mencoba, paling tidak, menemukan atau mendapatkan benda itu dulu sebelum kedua Vagano itu menemukannya.

Istal kuda, di bawah tumpukan jerami.

Aku menunggu hingga malam larut, lalu diam-diam keluar dari mercu suar saat Lilian mulai terlelap.'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun