'Aku tak habis pikir mengapa Hannah bisa begitu membenci aku dan kedua saudaraku. Ayahku mungkin orang yang jahat. Tapi ibuku? Aku tahu sedikit-sedikit sekarang, kehadiranku di dunia ini tak dikehendaki.
Pedang yang Hannah sebutkan itu sebenarnya sering ia sebutkan sewaktu aku masih disekapnya di kandangku yang bau.
'Makhluk Terkutuk, gunakan pedang itu nanti! Aku mengajarkanmu cara menggunakannya agar kau siap menghadapi hari pembebasanmu!'
Kadang ia membawakanku pedang-pedangan dari kayu tipis yang tak tajam. Ia menyuruhku 'latihan' agar kelak bisa menghujamkan ujung benda itu ke jantung Ocean dan Sky.
'Setelah melakukannya kau akan bebas. Kau akan menjadi yang nomor satu. Kau akan melihat matahari. Hidupmu akan kukembalikan kepadamu!'
Namun janji tinggal janji. Si Tua Hannah tak benar-benar tulus mengasihiku. Ia hanya memeliharaku untuk membalaskan dendamnya!
Tapi, benarkah siapa yang memegang atau memiliki pedang itu akan membunuh siapapun yang ia temui, termasuk mereka yang kepadanya ia menaruh dendam? Haruskah aku mencoba, paling tidak, menemukan atau mendapatkan benda itu dulu sebelum kedua Vagano itu menemukannya.
Istal kuda, di bawah tumpukan jerami.
Aku menunggu hingga malam larut, lalu diam-diam keluar dari mercu suar saat Lilian mulai terlelap.'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H