Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Episode 42: Cursed: Kutukan Kembar Tampan (Novel Romansa Misteri)

6 Juli 2023   16:12 Diperbarui: 6 Juli 2023   16:13 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada apa antara kau dan Emily? Kau telah berjumpa dengannya?" selidik Lilian.

Ia gandeng tangan Earth berjalan-jalan di tepi pantai, karena ia tahu Earth selama ini belum pernah sedemikian lama terkena sinar matahari. Pasti dunia luar adalah tempat baru sekaligus masih asing baginya.

Mereka berdua berjalan seperti ibu dan anak di atas pasir putih Pulau Vagano yang keindahan alamnya memang masih sangat asri dan menakjubkan.

"Ya, tidak secara langsung. Tapi beberapa kali aku menyelamatkan Emily. Gadis itu... disukai Ocean." Earth mulai bercerita dengan suara pelan, takut salah bicara.

"Bagaimana kau tahu?"

Earth berhenti melangkah. "Beberapa kali aku melihat Ocean begitu mesra menatapnya. Aku tahu aku tak berhak merasa begini. Tapi aku ingin juga diberi kesempatan seperti dia.

Aku sudah kehilangan puluhan tahun. Tahun-tahun sebagai seorang anak dan remaja. Kini aku sudah begitu dewasa.

Saat melihat Emily, kuakui aku tak sengaja. Dan aku ingin sekali..."

Lilian menangkap dengan mata tuanya sebuah senyum kecil yang pedih terbit di wajah Earth yang tampan tapi masih sangat tirus.

"Ingin sekali apa?"

"Ingin seperti makhluk hidup lain. Di bawah tanah kulihat hewan-hewan yang jelek dan menjijikkan, yang dibenci kebanyakan manusia. Mereka berkembang biak dengan bebas. Aku juga mau." ucap Earth polos.

Lilian menatapnya prihatin. "Manusia juga butuh seperti itu. Tapi tak bisa begitu saja. Harus dengan cinta."

Earth menatap balik dengan tajam. "Mungkin aku cinta. Tapi mengapa? Aku tak tahu. Dan aku yakin sekali Emily belum atau takkan pernah... mencintaiku. Buruk, kasar, menakutkan, tak bisa apa-apa...aku.." Earth terduduk di atas pasir putih, menutup wajahnya dengan tangan.

"Aku sangat malu. Aku bahkan sudah melihat Emily. Aku tak tahu harus mengakuinya atau menyesalinya. Tapi aku suka."

Lilian ikut duduk. "Earth, anakku, aku yakin ia gadis yang baik. Tapi dalam cinta kita tak bisa memaksakan kehendak. Sebab nanti akan terjadi sama seperti pada Hannah, mantan sahabatku itu.

Cintanya kepada Zeus ayahmu telah membawanya hingga terpacak di sini, mengendap untuk selamanya. Kurasa ia begitu sakit hati saat Zeus tiba-tiba setuju... ah, belum saatnya aku bercerita. Keluargamu memang sangat rumit. Lain kali, oke?"

Earth menatap horison di kejauhan. "Baik, yang penting aku sekarang bebas. Kumohon, Lilian, untuk sementara rahasiakanlah aku dari siapapun di sana. Aku belum siap."

"Baiklah."

Dalam hati Earth kembali terngiang kata-kata Hannah tadi. 'Pedang apa yang ia maksud ada di bawah jerami di istal kuda? Memang dulu Hannah Si Tua pernah menjanjikanku akan memberikanku hadiah istimewa yang akan menjadi kunci kebebasanku pada hari yang ditentukan. Dan dengan benda itu akan kuperoleh pembalasan dendam kepada kedua orang yang ia tanamkan ke dalam kepalaku sebagai penyebab semua ini terjadi. Bila aku membunuh kedua orang itu dengan benda itu, maka semua akan terlepas, kutukan dan dendam dan segalanya.

Mungkinkan pedang itu yang Hannah maksudkan? Benda yang tak boleh dipegang siapa-siapa yang memiliki dendam kesumat?

Padahal ia sendiri memiliki dendam kesumat! Ia ingin membunuh Lilian dini hari tadi!

Lilian pasti sangat berat saat mengetahui segalanya telah berubah, persahabatan... apa itu? Aku tak pernah punya sahabat!

Aku ingin punya cinta. Cintaku tak terbalut dendam.

Tapi, kehadiran kakakku... Bagaimana mungkin aku tak cemburu dan mendendam?'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun