Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Episode 34: Cursed: Kutukan Kembar Tampan Season 1 (Novel Romansa Misteri)

2 Juli 2023   19:23 Diperbarui: 2 Juli 2023   19:28 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Point-of-view Emily:)

'Astaga. Earth, betulkah dia orang yang kusangka sebagai Ocean tadi? Dia masih hidup?

Diakah yang pertama kali kudengar erangannya pada malam-malam pertamaku di sini dan kemudian terulang lagi sehingga aku begitu ketakutan dan lari ke kamar tidur Ocean?

Diakah yang mengintaiku dalam berbagai kesempatan, termasuk... yang menyelamatkanku hingga dua kali walau dalam keadaanku yang paling polos dan terbuka?

Aku sungguh merasa malu dan betul-betul risih, bila begitu, bisa saja lelaki tak kukenal itu memperlakukanku apa saja.

Tapi tidak, dia tak begitu.

Earth, penghuni Lorong Bawah Tanah yang kerap diberi makan Hannah!

Dialah yang kucari-cari selama ini!

Hannah... ! Dia merencanakan sesuatu! Dia sangat berbahaya!'

Emily langsung berdiri dan menghambur keluar dari ruang perpustakaan.

Sudut Pandang / point-of-view Earth Vagano :

'Malam itu hujan berhenti, namun aku tak bisa tidur. Emily selalu hadir setiap kali aku berusaha memejamkan mataku, walau sudah begitu lelah tubuhku ini.

Dia ada di luar sana pasti ingin melakukan sesuatu atau menemui seseorang. Tapi siapa?

Di pulau ini hanya ada sangat sedikit orang, dan mustahil Emily keluar bila tak ada hal mendesak.

Lokasi hutan tempat aku menemukannya pun tak berpenghuni. Kecuali ada satu bangunan di sana yang tinggi dan memancarkan cahaya, terletak dekat kumpulan air biru luas yang kurasa disebut lautan.

Dalam hujan badai begini, mungkinkah Emily tadi mengunjungi satu-satunya bangunan itu? Adakah seseorang yang begitu penting di sana? Bagaimana kalau aku keluar lagi untuk mencari tahu?'

Malam dini hari itu juga, Emily membangunkan Ocean dan Sky yang masih terlelap. Mereka berdua, tanpa pernah tahu kepergian Emily ke mercu suar, merasa heran namun mau memberi waktu untuk mendengarkan Emily.

Ketiganya lalu duduk di dapur sambil menyesap minuman hangat yang dihidangkan Hannah, yang ikut terjaga dan segera menyediakan tiga cangkir teh. Wanita kepala pelayan itu seolah-olah pergi begitu menghidangkan minuman buatannya, namun sebenarnya ia bersandar di balik pintu dapur, mendengarkan dalam diam.

"Aku menemukan sesuatu! Kalian memiliki adik! Kalian tak hanya berdua saja!" Emily langsung  mengatakan apa yang baru ia temukan di buku biografi di perpustakaan.

"Kami sudah tahu. Earth, 'kan?" Sky tampaknya masih mengantuk, tak terlihat terkejut, berusaha melawan kantuk sambil erat-erat menggenggam cangkir tehnya.

"Earth Avalance Vagano." tambah Ocean. Ia tak secuek Sky, namun juga tak terlalu berminat karena merasa sudah tahu. Santai menyesap tehnya, ia berujar pelan,

"Adik kami itu sudah meninggal dunia, ia dikremasi, itu kata Hannah." tambah Ocean. "Kami bahkan tak sempat mengenalnya. Ia meninggal saat ibunda kami melahirkannya. Tak ada foto maupun lukisannya. Kami seumur hidup hanya berdua."

"Kalian salah !!!"

Kedua kembar Vagano seketika terkejut, begitu pula Hannah di balik pintu.

"Mengapa begitu?" Ocean berusaha mengendalikan diri dan tampak prihatin, "Emily, yang kau baca di buku itu semua kami tahu. Ayah membenci adik kami karena ia membuat ibu kami meninggal dunia. Ayah tak bisa menerima kematian ibunda." ujarnya lembut sambil meletakkan cangkir dan menggenggam tangan Emily.

"Bukan, Ocean! Coba kalian tanyakan faktanya kepada Doc Lilian! Dia 'kan yang menolong persalinan ibu kalian! Kalian bertiga lahir di tangannya! Ia pasti tahu sesuatu!" Emily langsung mengeluarkan semua pendapatnya.

Hannah di balik pintu menyipitkan mata dan menyeringai.

'Lilian? Oh ya, mantan sahabatku di masa lalu. Saatnya memberimu kunjungan kejutan kecil yang manis untuk mengenang persahabatan kita.'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun