Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Apocalypse Episode 139)

13 Juni 2023   08:04 Diperbarui: 13 Juni 2023   08:07 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Bagai tersadar dari mimpi, Lady Rose tersentak. Diturunkannya senjata, akhirnya tak jadi mengeksekusi wanita muda yang pasrah itu. "Walau seandainya Nona Maharani Cempaka tidak ada lagi, itu juga takkan bisa mengubah fakta jika kegilaan betul-betul terjadi! Cepat atau lambat, kita semua pada akhirnya akan mati!"

Orion belum terlalu lega, namun ia sedikit banyak merasa harus bersyukur. "Rose, terima kasih. Meskipun kau telah mengelabui keluargaku, akan tetapi kurasa kau masih punya sebetik hati nurani dan kesempatan. Sekarang, kami mohon bawa Leon dan Grace pergi jauh-jauh dari sini! Kurasa memang sudah tiba saatnya semua kegilaan ini diakhiri. Walau dokter Kenneth tak hadir di sini, meski seharusnya ia yang bertanggungjawab atas segalanya, saatku telah tiba, aku rela menjadi pahlawan." Orion tahu bahwa tak ada pilihan lain. Di antara mereka semua kini hanya ia satu-satunya pria dewasa yang dapat menembak dengan jitu. Mungkin itu bisa menolong untuk beberapa saat, memperpanjang hidup semua orang walau tak lama lagi.

"Orionku Sayang, zombie pamungkas itu bisa jadi sangat berbahaya! Para pengawal dan staf Lab Barn saja tak bisa mengatasinya dengan semua yang ada!" Rani masih ragu, sungguh, ia belum siap untuk melepas suaminya ke medan pertempuran terakhir. Sebuah pertaruhan nyawa yang tak bisa diprediksi siapa pemenangnya!

"Jangan khawatir. Aku takkan menyerah begitu saja sebelum berjuang. Apapun yang kemudian terjadi, ingatlah baik-baik, cintaku hanya untukmu. Cinta pertama dan terakhir yang mungkin hadir terlambat dan jauh dari sempurna, akan tetapi siap kupertaruhkan demi keselamatan semua yang ada di sini.." Orion begitu ingin membuka maskernya dan mengecup Maharani di hadapan semua orang. Akan tetapi ia sadar, virus Octagon sudah menyebar di udara yang mereka hirup bersama.

Orang-orang dari Lab Barn tiba. Mereka tampaknya baru saja mengalami shock berat. Walaupun masih menggenggam aneka senjata dan aneka piranti keselamatan di tangan masing-masing, kelihatan jelas jika mereka baru saja mengalami hal-hal yang mengerikan.

"Ma-ma-maafkan kami, Lady Delucas. Kami gagal total. Lab Barn sudah hancur total. Beberapa peralatan berikut eksperimen dokter Kenneth Vanderfield turut musnah. Masalahnya bukan hanya itu..." terengah-engah, salah seorang staf buka suara, "Virus Octagon dalam beberapa varian telah berhasil beliau kembangkan! Kompleks Delucas bisa saja dalam bahaya besar! Ini senjata biologis termutakhir yang tak mungkin lagi kita bendung!"

"Aku tahu apa yang harus kulakukan. Bunker bawah tanah! Cepat, semua ke sana, ikuti aku! Bawa Leon! Grace, mari ikut! Kau harus selamat!" Lady Rose segera mengambil keputusan.

"Tapi, Ma..." Grace merasa keberatan walau ia tak ingin jika ibunya kelak lebih menderita lagi apabila terjadi hal-hal yang lebih buruk, "aku tak ingin diam saja, seandainya ada hal yang bisa kulakukan untuk membantu dalam krisis ini, meski sekecil apapun!"

Tetiba gadis itu bergerak keluar dari kelompok di mana ia berada bersama Lady Rose dan segenap stafnya yang setia. Dengan berani sekaligus kenekatan yang tak terduga, ditepiskannya dan dilawannya semua orang yang berusaha menghalangi.

"Grace, what the hell are you doing? Kembali, kau gadis kecil ingusan dan bodoh! Hanya kau yang kumiliki!" Lady Rose gusar menyaksikan sendiri betapa hebatnya perubahan dalam keluarganya yang berlangsung hanya dalam semalam saja!

"Kau tak pernah benar-benar peduli kepada keluarga kita, Mama! Yang selama ini kaupikirkan hanya dirimu sendiri, lalu kakakku! Sedangkan aku hanya kau anggap Barbie saja, diam dikurung tanpa bisa berbuat apa-apa!" Entah dari mana Grace bisa menyemburkan semua kata-kata yang selama ini tertahan itu, "Dan aku bukan gadis ingusan lagi. Sama seperti Orion, jika ada yang bisa kulakukan, akan kulakukan!"

Tanpa dapat dicegah oleh siapapun termasuk Rani, serta merta Grace berlari ke arah Lab Barn.

"Jangan ke sana, Nona Muda!" Staf-staf dokter Kenneth yang kelelahan dan masih dalam keadaan shock berat berusaha mencegah dengan larangan, akan tetapi percuma. Grace sudah menghilang di balik kerimbunan pepohonan di sepanjang jalan setapak menuju ke Lab Barn.

"Akan kususul dia dan kucoba untuk menyelamatkannya, Rose. Meskipun bukan kewajibanku sebagai ayahnya, aku tetap mengasihi anak itu, Rani..." Orion merasa tak punya pilihan lain lagi, ditatapnya Rani dengan mata cokelatnya yang berkaca-kaca, "seandainya ini momen pertemuan terakhir kita di dunia ini, maafkanlah aku jika aku punya kesalahan apapun terhadapmu, dan ketahuilah, aku mencintaimu!"

"Tapi, Orion..."

"Selamat... tinggal..."

***

Sementara itu, Kenneth terjaga entah di mana. "Uh, di mana aku? Aw, sakit sekali... Pasti aku semestinya sudah mati!"

Tadinya ia mengira jika ia sudah tewas dan bergabung dengan kawanan para zombie yang ingin membalas dendam karena ia tak sengaja menembak rekan mereka kemarin malam. Akan tetapi...

"Hampir saja, dan mungkin akan segera bereanimasi. Namun beruntung, aku kebetulan melihat Anda, lalu menghabiskan semua amunisi yang ada..."

Suara serak wanita tua itu mengejutkan Kenneth. Si Dokter berusaha keras bangkit dari tempatnya berbaring. Namun gagal, karena tubuhnya terikat erat.

"Hei, lepaskan aku, Ma'am! Aku harus segera kembali ke Kompleks Delucas! Proyek besarku menunggu di sana, demi masa depan umat manusia!"

"Oh, maaf, tidak bisa. Anda terluka, sudah jadi seorang victim. Mungkin Anda tak aman untukku, seorang survivor. Jadi Anda tinggal di sana? Sebenarnya pondokku ini tak jauh lagi dari lokasi yang Anda sebutkan. Kompleks besar dan indah dengan segala fasilitas kebangsawanan." Wanita setengah baya misterius itu sedikit mendekat, "Sayang, kelihatannya kompleks itu sedang tidak baik-baik saja. Sesuatu yang buruk terjadi di sana. Pengamanan bertambah ketat sejak pagi ini. Kurasa sedang ada prahara besar di dalamnya." 

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun