"Nona Maharani Cempaka! Jika benar kau penyebab putraku Leon jadi terluka parah seperti ini, apalagi jika ia sampai mati, kau juga harus menanggung semua akibatnya!"
Suara lantang Lady Rosemary Delucas itu membuat semua orang makin terdiam. Tak ada yang berani membantah kata-katanya. Senjata api dalam genggamannya takkan segan-segan ia kokang dan letuskan seperti saat mengeksekusi Edward Bennet, Sang Pendeta Gadungan.
"Tidak. Sebaliknya, kami malah berusaha keras menyelamatkan anak Anda. Sesungguhnya Leon hendak bunuh diri dalam misi Go Downtown for Hunting yang gagal!" Rani akhirnya berhasil mengumpulkan segenap keberanian dan mengeluarkan semua uneg-unegnya.
Sesaat dua saat Lady Rose terdiam, namun alih-alih terkesan, ia malah berseloroh, "Oh, jadi aku sekarang harus bersyukur, berterima kasih dan menyembahmu, wahai Ibu Guru Perebut Suami Orang?"
Masih di bawah todongan Magnum istri pertamanya itu, perlahan Orion berkata untuk membela istri keduanya, istrinya yang sejati, "Maharani tidak merebutku. Ia menikah denganku secara sah dengan saksi ibuku dan tentunya pemberkatan almarhum Reverend James, pendeta utama Chestertown. Kami memiliki semua buktinya."
"O-o-omong kosong! That's so ridiculous, so hilarious! Ha, ha, ha ha ha ha ha!" tawa Rose meledak sejadi-jadinya seakan-akan apa yang dikatakan Orion adalah lelucon terlucu di dunia.
"Rani, buka ranselmu, perlihatkan kepada semua orang yang belum melihatnya bahwa kau adalah istriku yang sah di mata Tuhan!"
"A-a-apa kau yakin, Orion?" Rani tentu tak ingin menambah duka maupun menimbulkan perdebatan yang tidak perlu antara dirinya dan majikannya.
"Ya, lakukan saja, agar wanita ini sadar jika kita berbuat hal yang benar!"
Tak lama-lama lagi menunda, Rani segera mengeluarkan benda rahasia yang disampaikan almarhum Rev. James dengan penuh perjuangan. "Dengan akte pernikahan ini, kami nyatakan jika aku dan Orion telah sah menjadi suami istri. Tidak seperti yang kau diam-diam sepakati bersama Edward Bennet seperti kisah Orion kepadaku, surat ini nyata, asli dan resmi!"
"Oh, tidak, tidak, tidak..." Rose menggeleng, bersikeras untuk tak begitu saja menerima semua kata-kata pasangan itu, "Leon, Orion, Rani, kalian semua hanya sedang bercanda dan main drama saja, bukan? Apa yang sebenarnya kalian rencanakan dan inginkan? Apa kalian juga ingin menguasai tempat ini seperti Edward Bennet? Suaka satu-satunya di Everopa, Tanah Perjanjian yang penuh susu dan madu?"
"Tidak. Kami hanya ingin membantu Anda, kemudian segera angkat kaki dari sini!" Rani menggeleng.
"Membantu apa lagi?"
"Membunuh Lazarus, Mama!" Kali ini Grace angkat bicara. "Monster zombie pamungkas ciptaan Kenneth! Lazarus di Lab Barn akan segera lepas. Ia bangkit, dan ia akan menghabisi kita semua! Orion, cepat, bunuhlah dia! Kami membutuhkanmu!"
Orion segera teringat pada sosok yang sempat ia temui di Inner Chamber. Sosok zombie misterius yang bahkan lebih menyedihkan dan mengerikan dari Russell. Mayat hidup bagai monster fiksi ciptaan Victor Frankenstein. Tragedi kemanusiaan yang entah layak disebut penemuan atau malah simbol kehancuran.
"Sama sekali tidak. Aku dan istriku akan pergi untuk selama-lamanya dari tempat ini. Namun kumohon, Rose. Izinkanlah aku membunuh Lazarus. Makhluk semacam itu bukanlah penemuan terbesar umat manusia, melainkan..."
"Tragedi? Ya. Seperti hidupku dan nasibku yang malang. Dan itu semua karena kehadiran wanita sialan ini!" Tetiba Rose mengarahkan ujung pistolnya kepada Maharani. "Kau harus mati seperti Edward Bennet, jika tidak, aku takkan pernah bisa hidup dengan tenang!"
"Kumohon, Lady Rosemary. Anda mungkin juga mencintai dan menginginkan Orion lebih dari apapun di dunia ini, akan tetapi izinkan kuingatkan kesalahan Anda dengan tidak mempercayainya serta menyamakannya dengan suami pertama yang mengkhianati Anda!" Rani entah dari mana bisa mendapatkan keberanian mengungkapkan semua yang ada dalam benak, "Sedangkan aku pernah tak merasa diriku lebih baik atau suci dari Anda, akan tetapi aku sungguh-sungguh menerima cinta Orion dan menyerahkan seluruh nasibku kepadanya!"
"Cukup! Kau tak tahu betapa pedihnya diselingkuhi dua pria! Kau memikat Orion dengan keluguanmu. Dasar guru palsu! Kau harus pergi dari kehidupan ini agar Orion bisa kembali kumiliki!"
Terdengar bunyi klik. Sang Nyonya Rumah telah mengokang senjatanya, siap untuk menembak.
"Astaga, Lady Rose. Apa yang Anda inginkan?" Beberapa orang tampaknya tak setuju jika nyonya rumah mereka mulai berbuat ceroboh, "Kami mohon, berpikirlah dengan jernih. Keselamatan Tuan Muda Leon saat ini jauh lebih penting daripada hal-hal lain!"
Suasana kembali hening mencekam. Rani tak ingin menutup mata. Mungkin ini saat-saat terakhirku. Selamat tinggal, Orion!
Tetiba terdengar pekik beberapa orang staf dari kejauhan, tepatnya dari arah Lab Barn.
"Tolong, Semua, dia terlepas! Kami tak bisa mencegah atau mengendalikannya! Dia tak terkalahkan! He's unstoppable!"Â
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H