Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pegawai Harus Bisa Bekerja Apa Saja: Setujukah Anda?

9 Juni 2023   13:11 Diperbarui: 9 Juni 2023   17:26 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa perusahaan atau tempat kita bekerja seringkali memiliki moto atau prinsip: Siapa yang sedang tidak memiliki pekerjaan (sedang kosong) diharapkan bisa membantu bagian lain yang sedang banyak pekerjaan. Dalam kata lain, semua pekerjaan harus bisa juga dikerjakan pekerja lainnya. Mungkin bagi beberapa perusahaan kecil atau pribadi, hal tersebut bisa dan sah-sah saja dilakukan, serta bisa berjalan efektif karena memang ringan atau sementara saja.

Akan tetapi, apakah hal tersebut juga bisa dikerjakan di semua perusahaan, apalagi perusahaan yang relatif besar dan memiliki banyak segmen/divisi? Pertimbangkanlah dahulu matang-matang beberapa hal di bawah ini.

1. Tidak semua pekerja atau pegawai memiliki job description atau jobdesc yang sama atau bisa menggantikan atau melakukan hal yang biasa dilakukan pegawai lain begitu saja. Jikapun bisa, barangkali hasilnya tidak akan sama baik atau sesuai ekspektasi atau standar yang diharapkan.

2. Tidak semua pekerja atau pegawai memiliki ability dan talenta yang sama. Begitu pula dengan kecepatan, ketelitian dan kesanggupan. Jadi, tidak terlalu adil rasanya jika prinsip melakukan pekerjaan lain bisa dilakukan juga oleh pekerja yang tidak biasanya mengerjakan pekerjaan itu.

3. Tidak semua pekerjaan yang terlihat mudah akan jadi mudah juga bagi mereka yang tidak terbiasa mengerjakannya. Sebagai contoh sederhana saja, ada pegawai yang mampu bicara dengan luwes dan mudah sehingga mudah saja baginya menjadi resepsionis atau penerima tamu, mengangkat panggilan yang masuk (operator telepon) atau menjamu/mengajak customer bicara/berbasa-basi. Akan tetapi bagi pegawai yang biasa bekerja di balik layar, misalnya duduk di depan layar komputer, akan terasa sulit jika tiba-tiba harus menggantikan pekerjaan resepsionis yang tiba-tiba tidak masuk.

4. Demikian pula beberapa pekerjaan yang memerlukan pelatihan atau training khusus, tidak semua orang dengan mudah bisa segera menggantikan, walau sama-sama sudah diajar atau berlatih melakukan pekerjaan rutin yang sama. Kadang diperlukan waktu lama, entah berminggu-minggu hingga bertahun-tahun untuk mencapai hal yang sudah sering dilakukan oleh orang sebelumnya. Barangkali jika terlalu dipaksakan atau terburu-buru, hasil yang diharapkan bisa jadi takkan pernah optimal atau maksimal. Rentan terjadi human error atau malah kesalahan teknis akibat kelalaian atau kekurangtelitian.

5. Menurut opini penulis, solusi terbaik adalah bagaimana bisa mendayagunakan semua tenaga kerja yang ada sesuai bakat dan minat masing-masing. Bukan dengan mengatur agar semua pekerjaan terbagi rata sehingga tak ada pekerja atau pegawai yang menganggur, melainkan agar mereka bisa melakukan apa saja tugas yang ada semaksimal mungkin dengan penuh suka cita dan kerelaan.

Tidak semua pekerja barangkali akan mencapai hasil yang diharapkan selesai atau tercapai secepat mungkin, karena time pace dan kemampuan kerja fisik dan psikis setiap individu berbeda-beda. Demikian pula dengan sifat mereka, apakah bisa melakukan pekerjaan multitasking atau hanya sanggup berkonsentrasi mengerjakan satu macam pekerjaan saja pada setiap masa. Hal ini tidak bisa dipaksakan, jika merasa terpaksa mereka kelak akan mengeluh, bisa jadi malah minta resign akibat terlalu sering ditekan untuk melakukan pekerjaan yang bukan jobdesc mereka.

Cara terbaik lainnya adalah mencari tahu apa saja kelemahan dan kelebihan setiap pegawai, sehingga mereka bisa didayagunakan semaksimal mungkin tanpa membuat mereka lelah atau bosan. Misalnya ada yang suka menulis, bolehlah mereka diberi pekerjaan sampingan membuat misalnya pariwara promosi perusahaan, company profile. Ada yang suka pada bidang fotografi, mereka bisa diberi pekerjaan sampingan santai memotret keliling lingkungan perusahaan untuk dokumentasi sekaligus kelak dijadikan bahan brosur atau company profile perusahaan. Menarik, bukan?

Masih ingin menghindari terjadinya gabut alias kekosongan pekerjaan? Tentunya masih banyak hal yang bisa dilakukan pegawai, misalnya bersih-bersih meja atau ruangan sendiri, di mana misalnya hal ini tak sempat dilakukan jika sedang sibuk. Selain membuat jadi lebih nyaman, tentunya pegawai jadi lebih semangat bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun